Pemerintah Tebar Insentif, Mampukah Bawa IHSG-Rupiah Terbang?
- Pasar keuangan domestik ditutup beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall Street ditutup menguat, S&P mencatat rekor tertinggi
- Hasil pemilu dan data dari AS diperkirakan akan membayangi pergerakan pasar keuangan hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpantau bergerak beragam pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (22/2/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sementara rupiah mengalami apresiasi dan Surat Berharga Negara (SBN) diborong investor.
Pasar keuangan Indonesia hari ini diharapkan mampu mengakhiri perdagangan di zona positif. Sentimen yang memengaruhi fluktuasi pasar keuangan domestik hari ini akan dibahas lebih lanjut pada halaman 3 artikel ini.
IHSG padaperdagangan kemarin ditutup di posisi 7.339,6 atau turun tipis 0,13%. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.300.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp9,26 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,29 juta kali. Sebanyak 297 saham naik, 218 saham turun dan 256 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,17%.
Beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG kemarin. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
IHSG bergerak cukup volatil sepanjang perdagangan kemarin. Pada awal perdagangan sesi I hingga sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG bergerak melemah, kemudian sempat menguat hingga akhir sesi I. Pada awal sesi II, IHSG sempat menguat sejenak namun sekitar pukul 14:00 WIB, IHSG kembali melemah hingga akhir perdagangan.
Investor sepertinya cenderungwait and seesetelah mencerna risalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Dalam risalah pertemuan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC Minutes) yang dirilis kemarin dini hari waktu Indonesia, The Fed mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.
Keputusan pemangkasan suku bunga akan diambil jika pejabat The Fed memiliki keyakinan yang besar bahwa inflasi terus melandai.
"Sebagian besar partisipan menekankan risiko jika melonggarkan stance kebijakan lebih cepat dan menekankan penting untuk menilai data-data mendatang dengan hati-hati untuk memastikan apakah inflasi memang akan berlanjut turun ke 2%," tulis FOMC, dikutip dari CNBC International.
Para pejabat The Fed juga mencatat bahwa mereka ingin melihat lebih banyak hal sebelum mulai melonggarkan kebijakan, sambil mengatakan bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan besar akan berakhir.
Beralih ke nilai tukar rupiah, dilansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup menguat 0,29% di angka Rp15.585/US$. Apresiasi rupiah ini memperpanjang tren penguatan rupiah yang sebelumnya juga naik 0,16%.
Sementara di pasar SBN, terjadi penurunan imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang menjadi kabar gembira yang menunjukkan investor memborong pasar obligasi. Perlu dicatat, pergerakan harga dan yield obligasi adalah berlawanan arah, ketika yield turun maka harga naik. Hal inilah yang menjadi alasan dana investor terutama asing kembali masuk lagi ke Tanah Air.
Posisi imbal hasil SBN saat ini merupakan yang terendah sejak 2 Februari 2024 atau sekitar tiga minggu terakhir.
(rev/rev)