
Masalah Besar Landa Jepang: Uang Banyak Tapi Ditabung

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Jepang secara resmi masuk ke jurang resesi lantaran konsumsi yang menyumbang separuh PDB terkontraksi, menariknya ini karena daya beli rendah buntut dari warga jepang yang jarang belanja lantaran suka menabung.
Ekonomi negeri bunga Sakura tergelincir ke zona resesi setelah data Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal beruntun selalu tumbuh negatif.
Melansir dari data pemerintah Jepang pada Kamis (15/2/2024), PDB Jepang terkontraksi -0,4% pada kuartal empat 2023 dan pada kuartal tiga 2023 juga mengalami kontraksi sebesar -3,3%.
Laporan PDB terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonom Reuters. Kontraksi ekonomi membuat Jepang telah kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia dan kini ditempati oleh Jerman.
PDB nominal Jepang untuk 2023, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, berada di angka 591,48 triliun yen (Rp104,17/JYP) setara Rp61.614 triliun atau US$ 4,21 triliun (Asumsi Rp15.585/US$). Nilai tersebut lebih kecil dari ukuran ekonomi Jerman yang mencapai US$ 4,46 triliun.
Jika ditelisik secara lebih rinci, dalam basis kuartalan yang menyebabkan PDB terkontraksi ternyata paling banyak dari konsumsi.
Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh PDB Jepang, menyusut 0,2% pada periode Oktober-Desember, turun selama tiga kuartal berturut-turut. Konsumsi pemerintah juga terlihat menyusut pada kuartal empat tahun lalu sebesar 0,1%. Secara lebih rinci terlihat pada grafik berikut :
Warga Jepang Suka Nabung Jarang Belanja
Rendahnya konsumsi ini bila ditelisik lagi ternyata karena simpanan masyarakat yang terus meningkat sementara daya beli masyarakatnya terus menyusut. Ini menunjukkan warga Jepang cenderung lebih suka menabung dibandingkan belanja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jepang, menunjukkan dalam setahun terakhir ini tingkat tabungan rumah tangga terus meningkat, pada Januari hanya tercatat 16,1% kemudian melonjak ke atas 60% pada Desember 2023.
Hal tersebut kontras jika dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga yang cenderung dalam tren turun. Terlihat pada Januari sebesar 2,7% kemudian pada Desember malah berkontraksi hingga -0,9%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)