
Laba Anjlok 44% Tapi Saham Kaesang PMMP Melesat 100%, Buy or Bye?

1. Harga saham PMMP melesat hingga 100% tapi justru kinerja keuangannya turun pada kuartal III 2023.
2. PMMP melakukan Private Placement dan ekspor untuk dongkrak kinerja Perseroan.
3. Harga saham PMMP didorong dari sentimen politik hasil Pemilu 2024.
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham di sektor barang konsumen primer yang terafiliasi dengan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI Joko Widodo, mencatatkan kenaikan saham yang signifikan. PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) mencatatkan kenaikan saham mencapai 100% sejak akhir Desember 2023 hingga satu hari setelah pencoblosan pada Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024.
Padahal kinerja kuartal III 2023 PMMP justru mencatatkan penurunan kinerja. Laba bersih turun sebesar 44,60% menjadi US$4,75 juta, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$8,57 juta. Namun, harga saham PMMP terus mencatatkan kenaikan harga saham sejak rilisnya kinerja keuangan tersebut.
Lantas hal apa yang menyebabkan harga saham PMMP bisa melesat dalam waktu yang cukup singkat tanpa didorong dari peningkatan kinerja?
Tim CNBC Research Indonesia telah merangkum dan menganalisa kenaikan yang tak wajar pada saham PMMP, berikut ulasannya.
Bisnis
PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) bergerak di bidang pengolahan udang dan menjadi salah satu saham terafiliasi Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI Joko Widodo.
Merek Leader Perseroan telah membuat terobosan di Amerika Serikat dan Jepang. Produk udang beku Perseroan dengan merek Leader yang tersedia dalam bentuk Block Frozen, IQF, mentah atau siap saji.
Adapun, merek dalam negeri Perseroan yakni EBINOYA, memenuhi tingginya permintaan akan produk bernilai tambah di industri makanan dan minuman di Indonesia. Didirikan pada awal tahun 2020, Perseroan telah memasok udang Ebinoya ke berbagai restoran, hotel, dan perusahaan jasa makanan.
Produk udang beku Perseroan terdapat beberapa tipe yakni Black Tiger, Vannamei, Cooked, dan Valued Added.
Kinerja Keuangan
Laba bersih berjalan Perseroan per 30 September 2023 mencatatkan penurunan sebesar 44,60% menjadi US$4,75 juta, dibandingkan periode 30 September 2022 sebesar US$8,57 juta.
Jika melihat penjualan, Perseroan justru mencatatkan peningkatan per 30 September 2023 sebesar 7,38% menjadi US$150,87 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$140,49 juta.
Sayangnya kenaikan penjualan tidak seimbang dengan peningkatan pada beban pokok penjualannya, sehingga margin Perseroan per 30 September 2023 turun menjadi 16,39%, dibandingkan per 30 September 2022 sebesar 21,91%.
Adapun, Perseroan berhasil memangkas beban usaha sebesar 35,91% menjadi US$9,77 juta, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$15,25 juta.
Namun, terjadi peningkatan pada beban pajak penghasilan sebesar 325,60% menjadi US$3,36 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$789,7 ribu. Hal ini yang masih menjadi penggerus laba bersih Perseroan.
Rasio Keuangan
Harga saham PMMP hingga 16 Februari 2024 tercatat bertengger di level Rp348 per lembar saham, harga saham tersebut masih undervalued alias murah dengan Price Book Value (PBV) di bawah satu.
Secara sektoral, industri udang beku dapat dikatakan murah jika berada di bawah Price Earning Ratio (PER) 18, sehingga PER PMMP masih undervalued alias murah.
Margin Perseroan sudah berada di rata-rata industrinya, namun sayangnya dalam menghasilkan laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) masih cukup rendah. Hal ini lantaran masih terdapat beban-beban diluar beban pokok penjualan yang masih meningkat sehingga menggerus laba bersih Perseroan.
Begitu juga dengan Return On Equity (ROE) Perseroan masih belum efektif di 7,36%. Sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersih kurang efisien.
Kemudian Return On Asset (ROA) Perseroan juga tercatat di bawah rata-rata industrinya. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersih kurang baik.
Adapun Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan sangat tinggi sebesar 247,24%. Hal ini menandakan total hutang Perseroan jauh lebih besar dibandingkan dengan total modal Perseroan. Total hutang Perseroan per 30 September 2023 sebesar US$212,71 juta, sementara total modal Perseroan per 30 September 2023 sebesar US$86,03 juta. Sehingga dalam membayar kewajiban terhadap modal sangat buruk.
Sementara itu, Perseroan memiliki likuiditas yang cukup tinggi dengan Current Ratio sebesar 119,40%. Hal ini berarti kemampuan Perseroan dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar cukup baik.
Harga Saham PMMP
![]() |
Terjadi kenaikan saham yang signifikan pada saham PMMP sebesar 90,55% sejak penutupan 20 Oktober 2023 di level Rp254 per saham hingga harga tertinggi intra day pada 25 Oktober 2023 di level Rp484 per saham.
Kenaikan tersebut didorong dari aksi korporasi PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) yang mendapat restu private placement sebesar 235.300.000 lembar saham. Penerbitan saham baru tersebut, maksimum 10% dari jumlah modal ditempatkan, dan disetor dalam perseroan 2,35 miliar lembar. Pengeluaran efek dari saham portepel itu, dibalut nilai nominal Rp100 per saham.
Dana hasil pelaksanaan private placement, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan dipergunakan untuk modal kerja perseroan seperti untuk pembelian bahan baku udang, dan bahan baku pelengkap untuk kegiatan produksi perseroan.
Selain dari sentimen private placement, kenaikan saham PMMP juga didorong dari rencana ekspor Perseroan untuk variasi produk terbaru selain udang, yang akan dimulai pada kuartal IV 2023. Produk baru ini nantinya akan diekspor ke Amerika Serikat, khususnya pada segmen peritel. Variasi produk baru tersebut adalah coldwater fish , antara lain ikan salmon dan pacific cod.
Pada 1 November 2023 saham PMMP hampir ditutup ARB dengan anjlok 20,34% di level Rp282 per saham. Hal ini terjadi setelah Perseroan merilis kinerja kuartal III 2023 pada 31 Oktober 2023 yang dimana Perseroan mencatatkan penurunan kinerja dengan turunnya laba bersih Perseroan sebesar 44,60% menjadi US$4,75 juta, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$8,57 juta.
Kemudian harga saham PMMP sempat turun ke level terendah pada 19 Desember 2023 di tutup pada level Rp260 per saham setelah kejatuhan pada 1 November 2023. Namun, harga saham PMMP berusaha melanjutkan kenaikan hingga mencapai 103,85% sejak 19 Desember 2023 hingga level tertinggi pada intraday 15 Februari 2024 di level Rp530 per saham.
Kenaikan tersebut didorong dari sentimen Gibran Rakabuming Raka selaku kakak dari Kaesang, yang maju dalam Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilu 2024 bersama Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto yang dimana pasangan nomor urut 02 unggul dalam hasil Quick Count dan Real Count setelah pencoblosan pada 14 Februari 2024.
Prospek Bisnis
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi udang pada tahun 2023 tercatat 1,09 juta ton udang, bergerak stagnan atau tidak berubah dari tahun 2022 sebesar 1,09 juta ton udang.
Angka tersebut berada di bawah target Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebesar 1,83 juta ton udang untuk tahun 2023. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun menargetkan produksi udang nasional tahun 2024 sebesar 2juta ton.
Target ini dianggap cukup realistis mengingat potensi wilayah yang dimiliki Indonesia untuk budidaya sangat tinggi. Mulai dari lahan untuk budidaya seluas setidaknya 2,9 juta hektar, iklim budidaya yang mendukung setiap tahun, dan sumber air yang memadai.
Indonesia menjadi negara pengekspor udang terbesar nomor 4 di dunia. Angka ini diharapkan akan mengalami peningkatan di tahun-tahun mendatang dan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor udang terbesar di dunia.
Layak Koleksi atau Tidak?
Meskipun harga saham PMMP masih undervalued atau murah, namun sayangnya kenaikan harga saham PMMP bukan di dorong dari peningkatan kinerja Perseroan, melainkan dari sentimen-sentimen dari luar kinerja terutama dari sentimen politik. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah untuk Perseroan dalam meningkatkan laba bersih dari hasil Private Placement dan rencana ekspor pada kuartal IV 2023 agar dapat mendongkrak kinerja Perseroan ke depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
