Oposisi PDIP Mungkinkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasangan Prabowo-Gibran meraih kemenangan berdasarkan hasil quick count, dan PDI Perjuangan memberikan kode bahwa mereka siap menjadi oposisi dalam periode 2024-2029. Lantas bagaimana kemungkinan PDI-P menjadi oposisi berdasarkan historisnya yang telah menjadi oposisi selama 10 tahun (2004-2009) serta partai mana saja yang juga turut akan menjadi oposisi?
Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, memberikan tanggapannya terhadap sikap PDIP dengan menyatakan bahwa sikap tersebut harus dihormati. "Sambil kita menunggu hasil penghitungan resmi, sikap PDIP harus dihormati," kata Anies di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Jumat (16/2/2024). Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, juga angkat suara dan menyatakan bahwa PDIP telah menjadi oposisi pada periode 2004-2009.
Meski demikian, Hasto memastikan bahwa PDIP akan mendukung kebijakan pemerintah yang pro rakyat. Jika terdapat perbedaan pendapat, seperti dalam kasus impor beras yang merugikan petani, PDIP akan menyampaikan sikapnya. Namun, hingga saat ini, PDIP belum menentukan sikapnya dan masih menunggu hasil rekapitulasi suara resmi dari KPU.
Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming memenangkan hasil hitung cepat dengan suara rata-rata lebih dari 50%.
Bagaimana Kekuatan Oposisi Selain PDI-P?
Data real count sementara masih menunjukkan hasil perhitungan suara per 19:30 WIB dengan 66,61% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung. Pasangan Prabowo-Gibran masih unggul dengan 57,95%, Anies-Cak Imin berada di posisi ke-2 sebesar 24,48%, unggul tipis dibanding Ganjar Pranowo di posisi ke-3 dengan perolehan 17,57% suara.
Meski demikian, data real count menunjukkan PDI-P masih menjadi partai terkuat dengan suara terbesar mencapai 16,43%. Artinya, antara lembaga eksekutif dan legislatif tidak sepenuhnya dikuasai oleh satu kekuatan.
PDI-P yang memiliki suara terbesar yang sudah menunjukkan indikasinya yang akan menjadi oposisi dapat menjadi partai yang menyuarakan pandangan politik yang berbeda dengan Prabowo - Gibran yang berasal dari Koalisi Indonesia Maju.
Sebagai informasi, terdapat 4 partai dari 9 partai dari Koalisi Indonesia Maju yang sementara lolos dalam parlemen, yaitu Golkar (14,64%), Gerindra (12,71%), Demokrat (7,41%), dan PAN (6,83%). Secara keseluruhan, Koalisi Indonesia Maju mendapat 41,59%.
Sedangkan, terdapat 5 partai yang bukan dari koalisi Prabowo - Gibran, sehingga akan cenderung dapat berpihak oposisi dari pemerintahan, yaitu PDI-P (16,43%), PKB (10,99%), NasDem (9,04%), PKS (7,49%), PPP (4,15%). Gabungan partai yang tidak memihak Prabowo - Gibran memiliki suara sebesar 48,1%.
Sejarah PDI-P Sebagai Oposisi
Sebelumnya, PDI-P telah menjadi oposisi selama 10 tahun, tepatnya sepanjang 2004-2014. Dalam 2 periode pemerintahan tersebut, lembaga eksekutif dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari partai Demokrat.
Pada Pemilu 2004, PDI-P mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden yang harus menelan kekalahan pada periode tersebut. Meski demikian, PDI-P mampu memperoleh suara yang cukup besar di peringkat ke-2 mencapai 19,82%.
Demikian pula pada Pemilu 2009, SBY kembali memenangkan Pilpres dan melanjutkan periode keduanya. PDI-P kali ini hanya mampu memperoleh 16,79% suara di bawah Demokrat yang mencapai 26,42%. Meski demikian, PDI-P tetap konsisten menjadi oposisi dari pemerintahan SBY.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)