Pemilu 2024

Real Count KPU: PDIP Digdaya dengan Kuasai 17 Provinsi, Golkar Kedua

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
18 February 2024 20:00
Chairwoman of opposition Indonesian Democratic Party-Struggle (PDIP) and former President Megawati Sukarnoputri delivers her speech during the final round of campaign rally in Jembrana, Bali, Indonesia, Sunday, April 5, 2009. Indonesia is gearing up for its legislative race in April and second direct presidential elections in July. (AP Photo/Firdia Lisnawati)
Foto: AP/Firdia Lisnawati

Jakarta, CNBC Indonesia Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif atau Pileg 2024 telah digelar pada Rabu (14/2/2024). Persaingan ketat menjadikan adanya berbagai perubahan peta kekuatan, khususnya partai pemenang dalam setiap provinsi.

Dalam pesta demokrasi ini, 24 partai politik bersaing memperebutkan kursi di legislatif, dengan 6 di antaranya merupakan partai lokal. Dengan 204 juta lebih pemilih tersebar di 38 provinsi, 514 kabupaten/kota, 7.277 kecamatan, dan 83.771 desa, Pemilu 2024 menjadi momentum krusial bagi perjalanan demokrasi Indonesia.

Hasil sementara real count Pileg 2024 menunjukkan PDI-P masih menjadi partai terdominan dengan menguasai 17 provinsi, Golkar di posisi ke-2 dengan menguasai 8 provinsi, Gerindra dan NasDem di posisi ke-3 dengan menguasai 4 provinsi.

Data historis pemilu sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa partai memiliki basis pendukung yang kuat di daerah tertentu, namun perubahan politik tidak bisa dihindarkan. PDI-Perjuangan dominan di Jawa Tengah, Golkar kuat di Sulawesi dan Kalimantan, namun perpindahan basis pemilih dapat mengubah lanskap politik secara signifikan.

Data sementara menunjukkan terdapat 26 provinsi yang mengalami pergantian partai penguasa. Data menunjukkan terdapat 6 partai pemenang provinsi, bertambah 1 dibanding Pemilu 2019 yaitu PKB.

PDI-P tetap mampu menguasai 17 provinsi dalam hasil real count Pileg 2024, namun data menunjukkan terdapat pergantian provinsi yang hilang dari kekuasaannya yaitu Kalimantan Tengah, Lampung, Sulawesi Utara, Bengkulu, Yogya, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Bangka Belitung, Banten, Jawa Timur. PDI-P mampu kembali memperoleh dominasi provinsi terbesar, meskipun capres yang diusung memperoleh suara quick count sementara dengan dukungan terendah.

Partai pendatang baru berhasil mencapai dominasi di beberapa provinsi, sementara beberapa partai kehilangan tempatnya dalam peta politik. PDIP memimpin dengan menguasai lebih dari separuh provinsi, menunjukkan keberhasilan strategi mereka dalam menggandeng Joko Widodo sebagai capres.

Golkar masih menjadi partai dengan kemenangan provinsi terbanyak kedua pada Pileg 2024. Dengan 8 provinsi di bawah kendalinya, Golkar menunjukkan bahwa koalisi dengan Prabowo mampu mempertahankan kekuatan partai tersebut.

Partai NasDem juga mampu mempertahankan, 4 provinsi dengan perubahan total sebaran provinsi yang diperoleh. Sementara Gerindra, meski hanya menguasai 4 provinsi, berhasil meraih suara terbanyak di Jawa Barat.

Kedua partai ini, sebagai pendatang baru, berhasil membuktikan eksistensinya dan mengukuhkan posisinya dalam politik nasional. Salah satu faktor pendorong elektabilitas kedua partai ini yaitu kebijkannya dalam mengusung capres, seperti Prabowo dari Gerindra dan Anies dari NasDem.

Demokrat, kembali hanya memenangi 1 provinsi, berhasil menggantikan dukungan dari Aceh. PKB menjadi kejutan sebagai partai yang mampu memenangkan provinsi baru yang 2 Pileg sebelumnya dikuasai PDI-P yaitu Kalimantan Tengah. Sebagai informasi, PKB mengusung Cawapres Muhaimin Iskandar.

Pemilu 2024 membawa tantangan baru dengan munculnya pemimpin baru dari setiap partai. PDIP akan menghadirkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, sementara NasDem mengusung Anies Baswedan. Gerindra kembali mengandalkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Dinamika ini turut menjadi faktor pergeseran dalam peta politik nasional.

Perolehan suara partai juga sangat dipengaruhi oleh keterkaitan dengan calon presiden. Calon yang memiliki hubungan emosional atau historis dengan wilayah tertentu dapat memengaruhi suara dari provinsi asalnya. Oleh karena itu, kekuatan parpol tidak hanya bergantung pada popularitasnya, tetapi juga pada dukungan terhadap paslon yang diusungnya.

Dengan data ini, kita dapat melihat bahwa peta politik Indonesia terus berubah seiring dengan perubahan preferensi pemilih, dinamika partai, dan munculnya pemimpin baru. Pemilu 2024 menjadi panggung bagi setiap partai untuk membuktikan keberlanjutan dan relevansinya dalam tatanan politik Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation