Sentimen Pasar Pekan Depan

Simak Sentimen Pasar Pekan Depan! Dari BI Hingga Bank Sentral China

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 February 2024 20:20
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pada pekan ini perdagangan hanya berlangsung selama empat hari karena ada 'pesta' demokrasi yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dan pelaku pasar di dalam negeri hanya berfokus dari dalam negeri, pada pekan depan tentunya pelaku pasar akan kembali memperhatikan sentimen dari luar negeri.

Tak hanya dari luar negeri saja, dari dalam negeri juga masih akan menarik pada pekan depan. Apalagi, proses perhitungan suara masih dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPU) hingga 20 Maret mendatang.

Tetapi sejatinya, pelaku pasar dapat sedikit bernafas lega, karena berdasarkan data sementara dari hitung cepat atau quick count, bahkan data sementara dari real count KPU, pasangan calon (paslon) nomor urut 2 yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih unggul, sehingga masih ada kemungkinan bahwa pemilu kali ini hanya akan berlangsung satu putaran saja.

Pada pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergairah, merespons hasil sementara dari quick count dan hasil sementara real count KPU, di mana IHSG berhasil melesat 1,39% sepanjang pekan ini.

Namun sayangnya, rupiah justru kurang menggembirakan. Rupiah sepanjang pekan ini hanya naik tipis 0,1%. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami anomali pada pemilihan presiden (pilpres) 2004 yakni melemah satu hari setelah pilpres 2024 yang diselenggarakan Rabu (14/2/2024). Pelemahan ini adalah yang pertama dalam sejarah Indonesia.

Terlepas dari pergerakan beragam di IHSG dan rupiah, tentunya pada pekan depan tantangan dapat bertambah karena ada beberapa sentimen dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Berikut sentimen pasar pada pekan depan.

Keputusan Suku Bunga Bank Sentral China

Pada Senin besok, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) akan menggelar pertemuan terkait keputusan suku bunga acuan dan hasilnya akan diumumkan pada Selasa pekan depan.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PBoC akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini. Suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) tenor satu tahun akan kembali ditahan di level 3,45%, sedangkan LPR tenor lima tahun juga akan ditahan kembali di 4,2%.

Sebelumnya pada hari ini, PBoC juga telah menahan kebijakan bunga pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun senilai 500 miliar yuan (US$ 69,51 miliar) kepada beberapa lembaga keuangan pada level 2,5%.

Dalam jajak pendapatReutersterhadap 31 pengamat pasar, 22, atau 71%, dari seluruh responden memperkirakan bank sentral China akan mempertahankan biaya pinjaman pinjaman MLF satu tahun.

Dengan pinjaman MLF senilai 499 miliar yuan yang akan berakhir bulan ini, operasi tersebut menghasilkan suntikan dana segar bersih sebesar 1 miliar yuan ke dalam sistem perbankan.

PBoC juga menyuntikkan 105 miliar yuan melalui reverse repo tujuh hari sambil mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah di 1,80%.

Perekonomian China yang masih lesu dan kebijakan moneter yang berbeda dari Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan pada mata uang lokal.

Yuan luar negeri merosot ke level terendah tiga bulan terhadap dolar pada Selasa karena paratradermemangkas spekulasi akan adanya kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyusul data inflasi yang lebih kuat dari perkiraan.

Para pembuat kebijakan telah meningkatkan dukungan dalam beberapa minggu terakhir di tengah-tengah penurunan di pasar saham negara ini, tapi lebih banyak langkah mungkin diperlukan.

Neraca Perdagangan Jepang

Pada Rabu pekan depan, Jepang akan merilis data neraca perdagangan periode Januari 2024. Konsensus pasar dalam Reuters memperkirakan neraca perdagangan Jepang pada bulan lalu cenderung mengalami defisit, bahkan defisitnya cenderung membesar.

Bahkan, impor Jepang diprediksi akan kembali kontraksi yakni mencapai minus 8,4% pada Januari 2024, dari sebelumnya pada Desember 2023 yang minus 6,8%. Ekspor Jepang juga diprediksi melandai, tetapi cenderung sedikit yakni menjadi 9,5% pada Januari, dari sebelumnya pada Desember 2023 yang mencapai 9,8%.

Hal ini terjadi setelah perekonomian Jepang sepanjang 2023 cenderung mengecewakan, di mana ekonomi Jepang kontraksi 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada IV-2023, setelah melaporkan kontraksi atau minus (-) 3,3% pada kuartal III-2023.

Laporan produk domestik bruto (PDB) Jepang terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonom Reuters. Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB turun 0,1%, dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 0,3% dalam jajak pendapatReuters.

Sepanjang tahun 2023, PDB nominal Jepang tumbuh 5,7% dibandingkan tahun 2023. Ini sekitar 591,48 triliun yen (Rp 61.673 triliun).

Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia

Dari Indonesia, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) terkait keputusan suku bunga acuan pada Selasa dan Rabu pekan depan, dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang.

Konsensus pasar memprediksi BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini, yakni kembali ditahan di level 6%.

BI yang diprediksi akan kembali menahan suku bunga acuannya tentu melihat kondisi suku bunga The Fed yang masih ditahan dalam pertemuan terakhir. Apalagi, The Fed diprediksi belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Pada pertemuan Januari lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga di 6% karena sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.

Ketidakpastian global yang masih perlu direspons dengan kebijakan moneter itu karena pertumbuhan ekonomi dunia masih melambat meski ketidakpastian pasar keuangan yang mereda. Gubernur BI, Perry Warjiyo memprediksi bahwa ekonomi global diprakirakan tumbuh sebesar 3,0% pada 2023 dan melambat menjadi 2,8% pada 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation