PEMILU 2024

Rupiah Lanjutkan Tradisi Sejak 2004 Pasca Pilpres? Ini Datanya

Revo M, CNBC Indonesia
15 February 2024 10:27
Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat selalu menguat satu hari setelah pemilihan presiden (pilpres). Rupiah menguat pada pilpres putaran I dan putaran II 2004, pilpres 2009, pilpres 2014, dan pilpres 2019.

Secara umum, situasi pilpres menjadi hal yang dinanti pelaku pasar karena akan menentukan masa depan suatu negara terkhusus perekonomiannya.

Dalam menyikapi pilpres, umumnya pelaku pasar baik investor domestik maupun asing akan bersikap wait and see hingga mendapatkan kepastian pemimpin yang akan berkuasa hingga menteri. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepastian program kerja dan sektor apa saja yang akan mendapat angin segar.

Kendati investor belum menemukan nama yang pasti sebagai pemimpin negara, namun hasil hitung cepat (quick count) menjadi salah satu patokan siapa yang menjadi pemimpin secara resmi setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan.

Pada pilpres 2004 putaran pertama, rupiah mengalami penguatan secara signifikan sebesar 1,67% ke angka Rp8.992/US$ satu hari setelah pilpres. Hal ini ditengarai akibat euforia pelaku pasar sebab untuk pertama kalinya pilpres pasca perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sehingga antusiasme pasar masih sangat besar.

Lebih lanjut pada putaran kedua, rupiah kembali menguat sebesar 0,19% ke Rp9.008/US$ hari setelah pilpres tersebut.

Apresiasi rupiah ini kembali berlanjut pada pilpres 2009 dan 2014 yang masing-masing menguat sebesar 0,49% dan 0,43%.

Begitu pula pada pilpres 2019, mata uang Garuda kembali naik namun tidak begitu besar yakni hanya 0,28% ke angka Rp14.040/US$ padahal kala pembukaan pasar, rupiah menguat lumayan signifikan yaitu 0,57%. Namun dalam perjalanan sampai penutupan, apresiasi rupiah menipis.

Kendati apresiasi rupiah berkurang, tetapi mata uang Tanah Air tidak pernah melemah pada 18 April 2019. Pencapaian ini patut diacungi jempol karena mata uang utama Asia sebagian besar melemah di hadapan dolar AS.

Untuk diketahui, DXY menguat sebesar 0,48% ke angka 97,47.

Selain rupiah, hanya yen Jepang yang mampu menguat. Melawan yen, penguatan rupiah masih lebih unggul. Ini membuat rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning, status yang tidak pernah lepas sejak pembukaan pasar pada saat itu.

Lebih lanjut pada pembukaan perdagangan satu hari pasca pilpres 2024 tepatnya pada 15 Februari 2024, rupiah menguat sebesar 0,13% terhadap dolar AS.

Apresiasi rupiah ini terjadi di tengah hasil quick count yang menunjukkan potensi satu putaran dari tiga pasangan alon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) bertarung dalam pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Hingga pukul 09:30 WIB, pasangan Prabowo-Gibran masih unggul di sejumlah poling hitung cepat atau quick count.

Dengan hasil yang ada saat ini ditambah dengan data historis bahwa pemenang pilpres biasanya tidak jauh berbeda dengan quick count, hal ini memberikan optimisme bagi para pelaku pasar.

Global Market Economist Maybank, Myrdal Gunarto mengungkapkan kepada CNBC Indonesia bahwa uncertainty pemilu 2 putaran sudah mulai memudar karena hasil quick count menunjukkan sinyal yang sangat meyakinkan didorong oleh selisih suara yang cukup jauh. Ia pun menambahkan bahwa pelaku pasar saat ini berada dalam euforia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

(rev/rev)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation