PEMILU 2024

Prabowo Menang di Quick Count Bakal Buat Rupiah Melemah?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 February 2024 07:15
Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bersiap untuk merespon hasil penghitungan cepat atau quick count dari Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 untuk Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang telah usai dilaksanakan, kemarin Rabu (14/2/2024).

Pemilihan umum (Pemilu) 2024 di Indonesia telah dilakukan di 820.161 TPS dalam negeri dan 3.059 TPS di luar negeri dengan jumlah yang menggunakan hak suara sebesar 204,8 juta jiwa.

Hasil hitung cepat atau quick count menunjukkan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul jauh dari pesaingnya. Kini masyarakat Indonesia tengah menanti hasil akhir dari penghitungan suara yang ada di seluruh wilayah Indonesia untuk menentukan siapa yang akan menggantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk periode 2024-2029.

Diketahui, proses penghitungan suara pada Rabu (14/2/2024) hingga Kamis (15/2/2024), kemudian rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan setelah proses penghitungan suara selesai yakni pada Kamis (15/2/2024) hingga Rabu (20/3/2024). Dan untuk penetapan hasil pemilu paling lambat 3 hari setelah memperoleh surat pemberitahuan atau putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK).

Namun hasil penghitungan cepat atau quick count saat ini dapat dijadikan acuan sementara untuk para pelaku pasar. Kini para pelaku pasar bersiap dengan respon terhadap pergerakan rupiah pada perdagangan esok hari Kamis (15/2/2024).

Sebagian masyarakat Indonesia berharap Pemilu 2024 dapat berlangsung dalam satu putaran dan dapat membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Tren pertumbuhan ekonomi RI bisa semakin tinggi jika uang beredar makin besar. Terobosan kebijakan finansial di pemerintahan yang baru akan menjadi hal yang sangat penting.

Pilpres yang berlangsung satu putaran dapat mempercepat program-program pemerintah yang sedang berjalan dan bisa menghemat biaya atau anggaran hingga Rp 17 triliun.

Menurut Cheril Tanuwijaya Head of Research Mega Capital Sekuritas kepada CNBC Indonesia, pergerakan rupiah setelah pencoblosan justru akan melemah, namun hal ini bukan karena hasil quick count, melainkan dipengaruhi oleh hasil data inflasi Amerika Serikat (AS) yang telah dirilis pada Selasa (13/2/2024).

Inflasi AS periode Januari 2024 turun menjadi 3,1% dari inflasi periode Desember 2023 sebesar 3,4%. Namun menurut Cheril, angka ini masih lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 2,9%, selain itu hal ini belum meyakinkan para pejabat The Fed tentang penurunan inflasi yang benar-benar akan turun sehingga membuat ketidakpastian kembali mengenai pemotongan suku bunga.

Cheril memperkirakan pergerakan rupiah akan berada di kisaran Rp15.700 hingga Rp15.750 terhadap dolar AS.

Adapun, menurut Radhika Rao, Ekonom Senior dari Riset Grup DBS, mengatakan  kemenangan pada putaran pertama akan memberikan kejelasan mengenai langkah ke depan dan menghilangkan ketidakjelasan

Di luar hasil pilpres, pergerakan mata uang Garuda akan  dipengaruhi oleh data inflasi AS dan dampaknya terhadap kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Inflasi AS menembus 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Inflasi hanya melandai tipis dibandingkan Desember 2023 yang ada di angka 3,4%. Inflasi bahkan jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan di angka 2,9%.

Secara bulanan, inflasi bahkan meningkat 0,3% pada Januari 2024, dari 0,2% pada Desember 2023. Inflasi melonjak karena kenaikan harga di sektor perumahan dan makanan.
Inflasi inti yang tidak menghitung energi dan makanan mencapai 3,9% (yoy) pada Januari 2024 atau sama dengan Desember 2023.

Inflasi AS yang masih panas ini membuat pelaku pasar semakin pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga. Hal ini bisa mengerek indeks dolar AS sehingga rupiah melemah. Masih bertahannya suku bunga di AS juga bisa membuat investor asing menarik dana dari pasar keuangan Indonesia karena lebih memilih membeli aset berdenominasi dolar AS.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation