
Anies Bertumpu Nasdem-PKS, Prabowo di Gerindra-Golkar, Ganjar di PDI-P

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan presiden (pilpres) 2024 akan melibatkan tiga koalisi yang melibatkan sembilan partai besar dan jutaan pendukung.
Tiga calon presiden dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung dalam pilpres yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Anies-Muhaimin akan didukung oleh koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasional Demokrat (Nasdem), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Paslon Prabowo-Gibran akan mendapat sokongan dari empat partai besar yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Gerindra, Golkar, dan Demokrat.
Pasangan Ganjar-Mahfud ditopang oleh dua partai yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan PDI-Perjuangan atau PDI-P karena suara PPP sangat kecil.
Merujuk pada survei elektabilitas parpol terbaru, Gerindra dan PDI-P akan saling sikut untuk menjadi pemenang pemilihan umum (pemilu) legislatif. Golkar ada di bawah kedua partai tersebut.
Survei juga menunjukkan jika elektabilitas Nasdem dan PKB lebih kerap di bawah PKS sedangkan PKB dan Nasdem imbang.
Dengan merujuk survei elektabilitas parta saat ini, pasangan Anies-Muhaimin akan sangat bergantung pada kinerja PKS dan Nasdem. Prabowo-Gibran akan diuntungkan suara Gerindra dan Golkar. Sementara itu, Ganjar-Mahfud bertumpu sepenuhnya pada PDI-P.
Hasil survei terbaru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perolehan pemilu pileg 2019. Pada pemilu 2019, PDI-P menguasai 27,05 juta suara atau setara dengan 19,33% total suara terkumpul. Gerindra berada di posisi kedua dengan perolehan 17,59 juta suara atau 12,57% dari keseluruhan. Golkar berada di peringkat ke-3 dengan suara terkumpul 17,23 juta atau 12,31% dari total suara.
Jika menghitung perolehan suara pileg 2019 maka koalisi Prabowo-Gibran akan menguasai pemilu dengan total 55,2 juta suara, diikuti pasangan Anies-Cak Imin dengan 37,7 juta suara, dan Ganjar-Mahfud dengan 33,3 juta suara.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pemilih atau pendukung partai tertentu belum tentu akan memilih capres yang diusung partai mereka. Oleh karena itu, kekuatan koalisi partai belum tentu dapat diterjemahkan menjadi seberapa besar perolehan suara dari pendukung partai.
Segala kemungkinan masih terbuka lebar, dan hasil akhir Pilpres 2024 akan sangat ditentukan oleh dinamika politik dan perubahan opini publik dalam delapan hari mendatang.
Dukungan dari partai non parlementer memang ikut memberikan kekuatan pada pasangan calon. Meski begitu, keunggulan ini tidak dapat dijadikan jaminan kemenangan mutlak. Faktor-faktor lain, seperti strategi kampanye, isu-isu yang diangkat, latar belakang paslon, dan faktor eksternal seperti kondisi sosial dan politik nasional, dapat mempengaruhi hasil pemilu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
(mae/mae)