
Ekonomi RI Gantungkan Nasib Pada Pemilu- Puasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat 2023 sejalan dengan melandainya konsumsi rumah tangga. Hal ini cukup mengkhawatirkan di tengah momen natal dan tahun baru (nataru) yang seharusnya mendongkrak konsumsi masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (5/2/2024), mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat sebesar 5,05% pada 2023 atau lebih rendah dibandingkan 2022 yang tercatat sebesar 5,31%, sedangkan pada kuartal IV-2023 sebesar 5,04% (year on year /yoy).
Angka ini pada dasarnya relatif sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 14 institusi yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Oktober-Desember 2023 atau kuartal IV mencapai 5,01% yoy.
Konsumsi Rumat Tangga Tumbuh Tinggi pada Kuartal I
Di tengah perlambatan ekonomi, perlambatan konsumsi rumah tangga di Indonesia pun terjadi penurunan meskipun masih mengalami pertumbuhan.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada dasarnya tetap tumbuh sebesar 4,47% pada kuartal IV-2023 dan secara kumulatif masih naik 4,82% sepanjang 2023. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV adalah yang terendah sejak kuartal I-2022 atau dalam tujuh kuartal terakhir.
Secara historis, PDB pengeluaran konsumsi rumah tangga hampir selalu di atas 4% pada kuartal I jika mengesampingkan periode 2020 dan 2021 yang mana pada saat itu terjadi pandemik Covid-19.
Sejak 2010 hingga 2023, rata-rata PDB pengeluaran konsumsi rumah tangga berada di angka 4,86% atau 0,39 percentage point lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2023.
Kendati konsumsi rumah tangga saat ini masih cenderung minim, namun berkaca dari data 2014 dan 2019 di mana kedua tahun tersebut merupakan tahun pemilu dengan masing-masing konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,23% dan 5,02%, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kuartal I-2024 ini, konsumsi rumah tangga naik di atas 4,86%. Apalagi momen puasa juga berpotensi meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro yang menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga akan meningkat pada kuartal I-2024 didukung oleh bulan puasa dan imlek. Sebagai catatan, konsumsi masyarakat Indonesia secara historis mencapai puncaknya pada Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Konsumsi melesat karena besarnya permintaan akan barang dan jasa mulai dari makanan hingga transportasi.
Libur panjang Imlek pada Februari tahun ini yang berlangsung empat hari (Kamis-Minggu) juga diharapkan juga melambungkan konsumsi karena banyaknya warga yang bepergian.
"Di kuartal I bisa kebantu karena bulan puasa dan libur imlek seperti sekarang," ujar Andry, kepada CNBC Indonesia.
Namun ia juga menjelaskan bahwa bulan Januari biasanya mengalami penurunan khususnya bila dibandingkan dengan Desember.
Mengutip dari data Bank Indonesia (BI), rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) terjadi penurunan pada setiap Januari jika dibandingkan dengan Desember sejak 2018 hingga 2023.
Hanya pada Januari 2021, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi lebih tinggi dibandingkan Desember 2020 mengingat konsumsi masyarakat sedang mengalami recovery pasca pandemik Covid-19.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Setiap Desember & Januari
Setidaknya setiap bulan Desember dan Januari sejak 2014 hingga 2023 tercatat hanya pada 2021 IKK Indonesia tercatat berada di zona pesimis (di bawah 100).
Dari 10 kejadian yang telah dihimpun oleh CNBC Indonesia, bulan Januari selalu lebih rendah dibandingkan Desember selama lima tahun beruntun dalam rentang 2017-2021. Sedangkan pada tahun 2014, 2015, 2016, 2022, dan 2023, IKK bulan Januari selalu lebih tingggi dibandingkan Desember.
Berdasarkan berbagai data yang ada, pada bulan Januari, konsumsi cenderung turun sementara pada kuartal I biasanya mengalami kenaikan. Hal ini ditengarai karena konsumen cenderung telah untuk melakukan spending pada Desember sehingga spending pada Januari lebih terbatas.
Di lain sisi, faktor makroekonomi pun dapat berdampak pada keputusan konsumen dalam spending atau tidak.
Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas, Rully Wisnubroto mengatakan pada awal 2024 diperkirakan konsumsi masih cukup baik meskipun cenderung melambat akibat kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras.
Selain itu ekonomi Indonesia saat ini juga sedang mengalami siklus suku bunga tinggi, yang juga menyebabkan perekonomian slowing down.
Selaras dengan Rully, Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail menyatakan bahwa konsumsi pada kuartal IV-2023 dan awal 2024 ini masih melemah karena daya beli yang rendah akibat kenaikan harga beras, suku bunga, serta transportasi.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/2/2024) juga memberikan tanggapan perihal konsumsi masyarakat yang menurun.
"Kalau kita perhatikan daya beli rumah tangga terlihat masih cukup terjaga, perlambatan konsumsi rumah tangga utamanya terutama berasal dari perlambatan pengeluaran kelompok menengah," kata Amailia.
Amalia menjelaskan perlambatan pengeluaran kelas menengah terlihat dari rendahnya penerimaan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) dan penumpang angkutan udara. Di sisi lain, Amalia melihat ada peningkatan simpanan berjangka. Ini bisa diasumsikan, kelas menengah Indonesia mulai menggeser belanja ke investasi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)