Kisi-kisi Debat 2024

Pak Anies-Prabowo-Ganjar Mesti Tahu Stunting Buat RI Boncos Rp 500 T

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
02 February 2024 14:30
Dear Next Presiden, Jangan Lagi Ada Anak RI yang Kurang Gizi
Foto: Infografis/ Dear Next Presiden, Jangan Lagi Ada Anak RI yang Kurang Gizi/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Stunting masih menjadi persoalan kesehatan yang serius di Indonesia. Ada lebih dari 20% anak di Indonesia yang terkena stunting dan potensi merugikan negara hingga lebih dari Rp 500 triliun tiap tahunnya.

Isu stunting kemungkinan besar akan dibahas dalam debat Pilpres 2024 pada Minggu (4/2/2024). Debat kelima akan mengambil tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

Debat kelima adalah debat terakhir sebelum masa kampanye memasuki masa tenang pada 10 Februari mendatang.

Angka Stunting Terus Turun, Tapi Masih Jauh dari Target

Melansir dari buku saku Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS), prevalensi stunting di Indonesia tiap tahunnya terus menyusut, tetapi jika membandingkan dengan target RPJM Nasional 2020-2024.


Berdasarkan data di atas, menghitung selisih penyusutan tiap tahun pelaporan prevalensi berkisar direntang 2% - 3%. Maka dari itu jika ingin mencapai target angka stunting di 14% pada 2024 mendatang, paling tidak di 2023 harus bisa mencapai prevalensi stunting sebesar 17,8%.

Jika ditelisik lebih dalam lagi, dari 33 provinsi di Indonesia ternyata 17 diantaranya masih memiliki prevalensi stunting di atas capaian nasional. Lima provinsi yang mengalami stunting tertinggi ada provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Papua Barat, dan Sulawesi Tengah.

Di sisi lain, yang berhasil capai target prevalensi stunting oleh RPJM nasional hanya ada dua provinsi, yakni DKI Jakarta dan Bali masing-masing sebesar 14,8% dan 8%.

Persoalan stunting ini bukanlah masalah sepele, kerugian negara akibat ini bisa ratusan triliun. Berdasarkan hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting mencapai 3 - 11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Dengan nilai PDB Indonesia pada 2022 sebesar Rp19.588,4 triliun, maka kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan mencapai Rp587 triliun-Rp2.154 triliun per tahun.

Penanganan Stunting Sangat Penting di RI

Penanganan serius terhadap isu stunting menjadi sangat penting, pasalnya besar kerugian yang akan ditanggung pemerintah ini punya dampak domino ke penyakit lain hingga pengaruh ke kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita ke pasar tenaga kerja.

Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi badan seumurannya lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Ketika seorang anak menderita stunting, dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa akan lebih rentan mengalami kegemukan sehingga rentan terhadap serangan penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, hingga gagal ginjal.

Jika dampak tersebut berlarut-larut, stunting bisa menjadi penghambat bagi bonus demografi Indonesia. Sebagaimana kita tahu, mayoritas penduduk kita adalah masyarakat berusia produktif.

Ketika seseorang sedang produktif bekerja kemudian mengalami masalah terhadap kesehatannya, tentu ini akan mengurangi efektivitas kerjanya. Stunting juga bisa berdampak pada penurunan literasi seseorang, pasalnya gizi yang kurang juga akan berpengaruh pada daya pikir.

Imbasnya, ini akan mempengaruhi kualitas SDM kita jadi lemah yang bisa berdampak ke pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, penanganan serius pada stunting tak hanya akan memperbaiki kesehatan masyarakat, tetapi bisa menular juga pada kemajuan pendidikan, peningkatan kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi, hingga kesejahteraan masyarakat.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation