
Maaf, Belum Ada Kabar Baik dari Batu Bara! Harganya Jeblok 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melanjutkan tren penurunan pada awal perdagangan Februari ini. Penurunan ini terjadi seiring dengan proyeksi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan China.
Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (01/02/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 117 per ton atau melemah 0,93%. Tren penurunan sudah terlihat sepanjang Januari ini, terkoreksi 11,53%. Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif batu bara menjadi dua hari beruntun dengan pelemahan nyaris 3%.
Analis memperkirakan bahwa harga batu bara dunia akan mengalami penurunan pada 2024 akibat musim dingin yang tak kunjung mencapai level terendahnya, sehingga mengurangi kebutuhan pemanas dan terjadi kelebihan pasokan.
Kelebihan pasokan di pasar Cina turut menjadi penyebab penurunan harga batu bara. "Kami menurunkan perkiraan harga batu bara Newcastle untuk tahun 2024 dari rata-rata tahunan US$170 per ton (6.000kcal/kg) menjadi US$150," demikian pernyataan lembaga riset BMI, dari Fitch Solutions.
Permintaan yang lemah, terutama dari China, dan kelebihan pasokan membuat harga batu bara diprediksi akan terus menurun. Namun demikian, harga tetap lebih tinggi dibandingkan pra pandemi COVID-19.
Sementara para analis memperkirakan adanya penurunan harga batu bara pada 2024, risiko terkait harga tetap seimbang. Permintaan berisiko menurun akibat pemulihan ekonomi China yang lemah, musim dingin Belahan Bumi Utara yang ringan, dan penumpukan stok yang dapat membatasi penggunaan batu bara. Namun, risiko terhadap pasokan, seperti pola cuaca El Niño yang memengaruhi ekspor Indonesia, dapat menyebabkan kenaikan harga kembali.
Harga batu bara tetap melemah meski ada sentimen positif dari India yang akan mengoperasikan pembangkit listrik baru berbahan bakar batu bara dengan kapasitas total sebesar 13,9 gigawatt (GW) pada tahun ini. Tambahan ini menjadikan peningkatan tahunan tertinggi dalam enam tahun terakhir, menurut pernyataan Kementerian Energi India kepada Reuters.
Peningkatan penggunaan energi batu bara pada pembangkit energi India diproyeksi menaikkan permintaan pasir hitam di Negara Bollywood.
Perdana Menteri Narendra Modi menyatakan kekhawatiran terkait keamanan energi di tengah permintaan listrik yang meningkat dan emisi per kapita yang rendah untuk mempertahankan ketergantungan tinggi India pada batu bara. Produksi listrik pada 2023 meningkat sebesar 11,3%, pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
"Selama 18 bulan mendatang, sekitar 19.600 MW kapasitas kemungkinan akan dioperasikan," demikian pernyataan Kementerian Energi pada Kamis lalu. Ini termasuk kapasitas sebesar 13,9 GW yang kemungkinan akan dioperasikan tahun ini. Peningkatan kapasitas pada 2024 ini akan lebih dari empat kali lipat rata-rata tahunan dalam lima tahun terakhir.
Meskipun India gagal mencapai target penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 175 GW pada 2022, peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batu bara pada 2024 ini akan melampaui peningkatan energi terbarukan sebesar 13 GW pada tahun 2023.
Kementerian Energi berencana menambahkan setidaknya 53,6 GW kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama delapan tahun hingga Maret 2032, di samping 26,4 GW yang sedang dalam konstruksi. Saat ini, batu bara menyumbang lebih dari 50% dari total kapasitas terpasang India sebesar 428,3 GW.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)