The Fed Makin Ragu Pangkas Suku Bunga, Saham 4 Sektor Bisa Lunglai

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
01 February 2024 09:55
Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
Foto: ilustrasi Jerome Powell (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah sektor yang sensitif suku bunga akan potensi bergerak volatile hari ini, Kamis (1/2/2024), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) belum mengisyaratkan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

The Fed diketahui kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed juga mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang.

Keputusan The Fed menahan suku bunga ini merupakan yang keempat kalinya dalam empat pertemuan terakhir. Keputusan juga sejalan dengan ekspektasi pasar.

The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, Desember 2023, dan Januari 2024. Pertemuan The Fed selanjutnya akan digelar pada 19-20 Maret 2024.

The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.

"Kami merasa tidak patut untuk mengurangi target sasaran (suku bunga) sampai kami merasa lebih percaya diri jika inflasi sudah bergerak ke target sasaran 2%. Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi kamu masih memberi perhatian penuh terhadap risiko inflasi" tutur pernyataan The Fed dalam situs resminya.

Keinginan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat sepertinya belum akan terwujud. Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat.

Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan jika The Fed belum cukup percaya diri untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.

"Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin mengatakan pada Anda jika saya merasa komite belum mencapai level percaya diri untuk menentukan apakah Maret adalah saat yang tepat untuk itu (pemangkasan suku bunga)," tutur Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

The Ragu Pangkas Suku Bunga, Waspadai Gerak Sektor Ini

Sejumlah sektor yang rawan terhadap prospek suku bunga the Fed kemungkinan besar akan bergerak volatile hari ini, antara lain properti, teknologi, hingga infrastruktur terutama di telekomunikasi, tower dan konstruksi.

Sektor Properti

Sektor properti sangat sensitif terhadap suku bunga lantaran konsumen sangat bergantung pada pembiayaan kredit perumahan (KPR). Berdasarkan survei properti residensial Bank Indonesia (BI) pada kuartal III/2023 lalu, skema pembayaran yang dipilih konsumen di pasar prime dengan KPR mendominasi hingga 75,50%, kemudian baru diikuti tunai bertahap 17,77% dan secara tunai 6,73%.

Suku bunga yang masih dipertahankan tinggi akan menjadi tantangan bagi sektor properti untuk menarik minat konsumen karena ongkos pinjaman akan lebih tinggi. Melansir dari BI, suku bunga kredit masih menjadi hambatan konsumen dalam membeli properti paling tinggi nomor dua sebanyak 29,81%.

Contoh emiten yang bergerak di sektor antara lain PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan lainnya. 

Sektor Teknologi

Sektor teknologi juga patut diwaspadai geraknya hari ini, pasalnya sektor ini masih cukup baru di Indonesia, secara fundamental belum banyak emiten di sektor ini yang sudah cukup matang.

Permodalannya masih banyak disokong oleh investasi asing dan kredit, oleh karena itu ketika prospek pemangkasan suku bunga the Fed kian belum pasti dan suku bunga masih bertahan di level tinggi. Ini akan semakin menyulitkan sektor teknologi karena ongkos pinjaman masih akan tinggi, sementara aliran investasi sudah mulai berkurang karena sikap konservatif investor.

Beberapa emiten di sektor teknologi antara lain PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), dll 

Sektor Infrastruktur

Sektor infrastruktur terutama yang berhubungan dengan tower dan konstruksi potensi masih belum akan bergerak atraktif. Karena kedua sub sektor tersebut memiliki sifat padat karya dan padat modal.

Modal yang digunakan juga kebanyakan dari kredit, oleh karena itu pengaruh suku bunga yang masih bertahan di level tinggi membuat ongkos pinjaman masih tinggi. Ditambah dengan prospek the Fed belum bisa memangkas suku bunga dalam jangka pendek membuat ketidakpastian meningkat.

Beberapa emiten di sektor tower antara lain PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dan PT Tower Bersama Grup Tbk (TBIG). Sementara di sektor konstruksi ada sejumlah emiten seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), dan lain sebagai nya. 

Sektor/Emiten yang banyak impor

Ketidakpastian eksternal yang meningkat dari sikap the Fed yang masih ragu pangkas suku bunga akan berimbas pada penguatan indeks dolar AS dan yield US Treasury. Hal ini bisa menekan nilai tukar rupiah kita.

Dampaknya beberapa emiten yang banyak melakukan impor untuk bahan baku bisa dirugikan karena harus membebankan biaya pokok penjualan yang lebih tinggi. Hal ini bisa menekan pendapatan sehingga laba bersih tergerus. 

Sektor kesehatan menjadi yang paling banyak impor bahan baku, karena untuk kebutuhan domestik masih kurang. Beberapa emiten itu diantaranya PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dll. Contoh emiten lain yang banyak impor ada PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation