
Pasar Saham RI Kebakaran! Ini Penjelasan dari 4 Analis

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh pada perdagangan pagi ini bahkan sampai 1% saat pembukaan tadi dan menciptakan gap down.
Pada perdagangan Jumat (26/1/2024) pada sesi satu ditutup di 7.111,85 atau turun 0,92%. Ini merupakan posisi terendah sepanjang 2024 dan sejak 18 Desember 2023.
Menurut Alamsyah analis dari Mitra Andalan Sekuritas IHSG jatuh pada sesi pertama perdagangan hari ini karena adanya peningkatan data tingkat Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia, dimana pada 31 Dec 2023 di 70,22 sedangkan di 26 januari 2024 relatif meningkat ke 75,50.
"Hal tersebut dapat menyebabkan persepsi negatif terkait pengolahan risiko investasi bagi sebagian besar investor yang biasanya berdampak sebagian besar para pelaku pasar lebih lebih memilih instrumen investasi dengan tingkat risiko relatif lebih rendah dan bertenor relatif lebih pendek," ujar Alamsyah kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/1/2024).
Alamsyah memberikan catatan bahwa kondisi negatif saat ini bersifat temporal saja dengan estimasi sekitara satu hingga kuartal dan lebih dikarenakan dari aspek eksternal/luar negeri.
Meskipun kondisi saat ini IHSG jatuh, investor baiknya jangan panik dan tetap melakukan manajemen portofolio.
"Peningkatan risiko market namun masih bersifat minor dan temporal maka menurut saya yang cocok dikondisi seperti ini bagi investor saham adalah selective buy pada saham-saham yang berfundamental bagus dan masih murah, ada baiknya dioptimasi dengan technical aspect dan price action nya juga," ujar Alamsyah.
Sementara ekonom dan analis lain juga menambahkan penyebab IHSG terjungkal pada perdagangan sesi pertama hari ini.
Alamsyah melihat IHSG akan bergerak di range 6.950-7.250 sepanjang bulan depan atau Februari.
Barra Kukuh Mamia, Ekonom Senior Bank Central Asia, menjelaskan data ekonomi AS hanyalah salah satu katalis dari ambruknya pasar keuangan hari ini. Penyebab lainnya adalah sikap wait and see hasil pemilu Indonesia yang akan digelar pada 14 Februari 2024.
"Kalau saya perhatikan duit asing ke kita memang banyak masuk selama Desember sampai awal Januari tapi banyak yang sit on the sidelines. Mereka wait and see what happens with The Fed, inflasi global, our elections," tutur Barra, kepada CNBC Indonesia.
Posisi wait and see pelaku pasar ini membuat pasar keuangan Indonesia sangat rentan dari outflow investor asing.
"Jadi kalau ada trigger negatif gampang keluarnya tapi kalau OK ya bisa masuk lagi. (Investor) cari aman, masuk ke instrumen jangka pendek, apalagi sekarang ada SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dengan yield yang OK," imbuhnya.
Barra mengingatkan pasar keuangan masih rentan guncangan karena The Fed akan menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30-31 Januari 2024.
"Beware. Ini bisa jadi trigger lagi buat market, hopefully on the bullish side," ujar Barra.
Kemudian, Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, Rully menjelaskan ambruknya pasar keuangan hari ini lebih banyak faktor global karena adanya pergeseran ekspektasi pemangkasan suku bunga di AS (The Fed Fund Rate/FFR).
"Ini disebabkan karena rilis data ekonomi US yang lebih baik dari ekspektasi, sehingga probabilitas penurunan FFR pada Maret turun signifikan yang di bulan Desember lalu mendekati 90%, sekarang menjadi hanya sekitar 50%," ujar Rully.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan ambruknya pasar keuangan Indonesia lebih disebabkan oleh data ekonomi AS yang lebih bagus dari proyeksi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)