
Bekal Nonton Debat, Begini Rekap Isu Geopolitik Setahun Terakhir

Jakarta, CNBC Indonesia - Debat calon presiden kedua bakal digelar sebentar lagi pada Minggu (7/1/2023). Pada debat kali ini akan membahas tema Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.
Tema kali ini sangat berkaitan dengan banyaknya isu geo-politik yang ramai terjadi akhir-akhir ini, mulai dari perang Rusia-Ukraina, perang dagang China dan Amerika Serikat (AS) soal larangan chip dan Apple, perang Israel-Hamas, hingga yang terbaru serangan kelompok Houthi pada kapal dagang di Laut Merah. Berikut rekap isu geopolitik yang dikumpulkan CNBC Indonesia Research selama setahun terakhir :
1. Awal Mula Ketegangan Perang Rusia - Ukraina
Ketegangan geopolitik kembali mencuat pada awal 2022 lalu, dimana Rusia benar-benar menyerang Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) dengan Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer secara resmi.
Rusia mengklaim mengamankan Ukraina Timur, wilayah Donbass yang dikuasai milisi pemberontak. Namun serangan Rusia kemudian membidik sejumlah kota di Ukraina Odessa, Kharkiv, Mariupol dan tentu saja Kyiv.
Isu serangan bermula sejak November 2021 dimana sebuah citra satelit menunjukkan penumpukan baru pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina. Moskow diyakini Barat memobilisasi 100.000 tentara bersama dengan tank dan perangkat keras militer lainnya. Intelijen Barat menyebut Rusia akan menyerang Ukraina.
Sebelum perang secara resmi dimulai, pemimpin dunia seperti Presiden AS, Joe Biden pada akhir 2021 telah memperingatkan Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika menyerang Ukraina karena laporan yang semakin intens soal militer di perbatasan.
Akan tetapi, peringatan tersebut tak lantas membuat Rusia berhenti. Pasalnya, sejak awal Januari 2022 pihak Rusia malah latihan militer besar-besaran. Rusia bekerja sama dengan Belarusia, tetangga dekat sekaligus sekutunya.
![]() |
Hari ke-683 Perang Rusia - Ukraina : Korea Utara Bantu Rusia Vs AS Kehabisan Modal Bantu Ukraina
Beralih ke saat ini, Minggu (7/1/2024) perang antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung 683 hari, kabar terbaru menurut laporan Reuters, kantor kejaksaan wilayah Kharkiv telah memberikan bukti lebih lanjut bahwa Rusia menyerang Ukraina dengan rudal yang dipasok oleh Korea Utara
Juru bicara dewan keamanan nasional AS, John Kirby, mengatakan Rusia menembakkan rudal balistik Korea Utara ke Ukraina pada tanggal 30 Desember 2023, namun mendarat di lapangan terbuka.
Kirby menambahkan bahwa hal ini merupakan "eskalasi yang signifikan dan mengkhawatirkan" dalam dukungan Pyongyang terhadap Moskow.
Kirby juga mengatakan jangkauan rudal Korea Utara adalah 900 km (560 mil), dan sebagai imbalan atas senjata tersebut, Rusia diharapkan akan memasok pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan produksi rudal balistik dan teknologi canggih lainnya.
Di sisi lain, AS mulai membeberkan kelemahannya dalam mendukung Ukraina dalam perang Kyiv melawan Rusia. Ini disebabkan oleh besarnya biaya yang harus diberikan Washington demi dapat menyokong negara Laut Hitam itu.
Besarnya biaya ini akhirnya menimbulkan perdebatan di Parlemen AS. Pihak oposisi dari Partai Republik telah berupaya untuk menggagalkan paket bantuan ke Ukraina.
Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder mengatakan bahwa Washington "kehabisan uang" kecuali anggota parlemen meloloskan paket bantuan baru. Menurutnya, meskipun Pentagon diberi wewenang untuk membelanjakan US$ 4,2 miliar (Rp 65 triliun) lagi untuk senjata bagi Ukraina, dana itu sebenarnya tidak ada dan harus disisihkan lagi oleh Kongres.
"Kami mempunyai kewenangan untuk membelanjakan US$ 4,2 miliar dari dana yang tersedia namun tidak memiliki kemampuan untuk mengisi kembali stok dengan mengeluarkan uang, atau mengeluarkan barang dari inventaris kami," kata juru bicara tersebut dikutip dari Russia Today pada Sabtu (6/1/2024).
2. Perang Dagang China Vs Amerika Serikat : Aksi Balas Dendam China Larang PNS Pakai Produk Apple
Isu geopolitik selanjutnya yang ramai pada September 2023 adalah perang dagang China dan AS yang kembali mencuat lantaran China melarang penggunaan produk Apple pada pegawai pemerintah pusat, sampai PNS di daerah maupun karyawan BUMN.
Alasan China melarang produk Apple kemungkinan besar karena balas dendam ke AS yang sering membatasi akses teknologi ke perusahaan Tiongkok. Tak hanya itu, sang Naga Asia tersebut diperkirakan ingin unjuk gigi bahwa teknologi domestik-nya bisa diandalkan lantaran pelarangan tersebut berbarengan dengan peluncuran Huawei Mate 60 Pro yang punya chip chip 7nm, serta banyak komponen-nya dibuat di dalam negeri.
Perang dagang tersebut tentu jadi sangat berdampak bagi Apple. Pasalnya, China merupakan pasar terbesar Apple dan menghasilkan hampir seperlima pendapatan perusahaan teknologi AS tersebut. Kawasan Tiongkok Raya, yang meliputi China, Hong Kong, dan Taiwan, adalah pasar terbesar ketiga Apple dan menyumbang 19% dari penjualan Apple yang senilai US$ 394 miliar pada 2022.
![]() People look at the new iPhone 15 Pro as Apple's new iPhone 15 officially goes on sale across China at an Apple store in Shanghai, China September 22, 2023. REUTERS/Aly Song |
Sementara itu, produksi Apple selama ini berpusat di China, dengan sekitar 90% produknya dibuat di negara tersebut. Pemasok Apple, Foxconn misalnya, memiliki pabrik besar di China yang mempekerjakan 1,2 orang pegawai.
3. Perang Israel - Hamas : Babak Baru 2023 Paling Berdarah
Beralih ke isu geopolitik lainnya, tepat pada 7 Oktober 2023 dini hari akan dikenang sebagai awal dari babak baru konflik Israel dan Palestina yang paling berdarah. Serbuan Hamas dan respons balik dari Tel Aviv berbuntut panjang menjadi arena pembantaian warga sipil di Gaza.
Hal ini menjadi sorotan utama dunia pada 2023 dan dipastikan akan berlanjut pada tahun ini.
Sebenarnya, konflik antara dua negara tersebut telah berlangsung lebih dari seratus tahun. Namun yang terjadi pada akhir tahun lalu telah mencuat menjadi yang paling mengerikan dalam sejarah.
Bermula pada 7 Oktober 2023. Pihak Israel mengklaim sekitar 3.100 roket telah ditembakkan dalam sepekan terakhir dari Gaza, sistem anti rudal Iron Dome milik Israel telah mencegat lebih dari 1.000 roket.
![]() Anggota keluarga, teman dan pendukung warga Israel dan warga negara lain yang disandera pada 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas yang bersenjata dalam serangan mematikan, berbaris di pinggiran Tel Aviv setelah mereka memulai pawai beberapa hari menuju Yerusalem, 14 November 2023. (REUTERS/Ammar Awad) |
Kelompok Hamas menguasai pagar perbatasan Gaza yang berteknologi tinggi dan menyerbu ke Israel selatan dalam serangan yang menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil. Serangan mendadak tersebut, yang juga berujung pada penyanderaan sekitar 250 orang, membuat Israel marah dan memicu respons militer yang menghancurkan.
Pengeboman besar-besaran, dan invasi darat yang dilancarkan tiga minggu setelah perang, telah menjadikan sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan dan menewaskan sedikitnya 21.822 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di Gaza. Lebih dari 55.000 orang terluka, pada saat sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak dapat berfungsi atau rusak dan kewalahan.
Menurut PBB, ketika pertempuran sengit berlangsung, 85% dari 2,4 juta penduduk Gaza yang terkepung telah mengungsi, yang memperingatkan meningkatnya risiko kelaparan dan penyakit ketika keluarga-keluarga yang putus asa berlindung di tenda-tenda darurat untuk melawan dinginnya musim dingin.
Perkembangan Terkini di Gaza
Selanjutnya, ke perkembangan terkini telah terjadi serangan Israel kembali menghantam Gaza pada Minggu (31/12/2023), Setidaknya 40 warga Palestina tewas dalam pengeboman di Gaza, kata kementerian kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, dengan 18 jenazah sejauh ini ditemukan dan banyak yang terkubur di bawah reruntuhan.
"Setelah ledakan, kami tiba di lokasi serangan dan melihat banyak korban di mana-mana," kata seorang warga setempat setelah sebuah bangunan dihantam. "Anak-anak masih hilang, kami tidak dapat menemukan mereka."
4. Front Perang Baru : Serangan Kelompok Pemberontak Houthi di Jalur Pelayaran Laut Merah
Di tengah perang Gaza, kekerasan juga berkobar di Tepi Barat yang diduduki, dan antara Israel dan beberapa musuh regionalnya, aliansi kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Pasukan Israel di Israel utara telah melakukan baku tembak besar-besaran melintasi perbatasan dengan kelompok bersenjata Hizbullah di sepanjang perbatasan yang dipatroli PBB.
Netanyahu memperingatkan bahwa "jika Hizbullah ingin memperpanjang perang, maka mereka akan menghadapi pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan begitu pula Iran."
Iran, yang telah lama menjadi musuh bebuyutan Israel, menyambut baik serangan Hamas namun bersikeras bahwa pihaknya tidak berperan dalam perencanaan serangan 7 Oktober tersebut.
Teheran pekan lalu menyalahkan Israel karena membunuh Razi Moussavi, seorang komandan tertinggi Korps Garda Revolusi Islam, dalam serangan rudal di Suriah dan bersumpah kematiannya akan dibalas.
Sekutu Iran lainnya, pemberontak Houthi Yaman, telah melancarkan serangan drone dan rudal terhadap kapal kargo di Laut Merah, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut untuk mendukung warga Palestina di Gaza.
Washington telah membentuk satuan tugas angkatan laut multinasional untuk mencegah serangan semacam itu.
Militer AS mengatakan pada Minggu bahwa helikopter Angkatan Laut Amerika menenggelamkan tiga kapal Houthi dan membunuh awaknya setelah mereka menyerang kapal kontainer milik Denmark.
Sebagai catatan, serangan di Laut Merah yang memanas ini telah memicu kekhawatiran global. Pasalnya, hampir 15% perdagangan global melewati Laut Merah, yang merupakan pintu masuk ke Terusan Suez, rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia. Selain itu, juga mewakili 30% dari seluruh lalu lintas peti kemas global, dan barang senilai lebih dari US$1 triliun per tahun.
![]() This satellite photo from Planet Labs Inc. shows the Ever Given cargo ship stuck in Egypt's Suez Canal Monday, March 29, 2021. Engineers on Monday "partially refloated" the colossal container ship that continues to block traffic through the Suez Canal, authorities said, without providing further details about when the vessel would be set free. (Planet Labs Inc. via AP) |
Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah akibat serangan Houthi. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.
Serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah akhirnya mendorong tarif angkutan laut lebih tinggi karena banyaknya armada dagang yang memutar menghindari perairan itu. Ini memicu peringatan akan inflasi dan tertundanya pengiriman barang
Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara terpantau sudah meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Tarif dari Asia hingga Pantai Timur Amerika Utara juga meningkat sebesar 55% menjadi US$ 3,900 (Rp 60 juta) per kontainer berukuran 40 kaki. Harga di Pantai Barat naik 63% menjadi lebih dari US$ 2.700 (Rp 42 juta).
Menurut para manajer logistik, hal ini telah menciptakan badai besar dan "tsunami" dalam perdagangan global. Pasalnya, produk-produk musim semi dan panas akan tiba terlambat lantaran kapal-kapal dagang memutuskan untuk mengitari Benua Afrika alih-alih melewati Laut Merah dan Terusan Suez.
Waktu perjalanan yang lebih lama juga dapat menunda kedatangan barang-barang musim semi. Biasanya barang diambil sebelum Tahun Baru Imlek, yang ditetapkan pada bulan Februari, ketika pabrik-pabrik tutup dan karyawan pergi berlibur.
"Tekanan rantai pasokan yang menyebabkan inflasi bersifat 'sementara' pada tahun 2022 mungkin akan kembali terjadi jika masalah di Laut Merah dan Samudera Hindia terus berlanjut," kata Kepala Eksekutif Lindsey Group, Larry Lindsey, kepada CNBC International, Kamis (4/1/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn)