Bank Susah Gelontorkan Pembiayaan Hilirisasi, Apa Benar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Program hilirisasi mineral dan tambang memiliki peran penting dalam akselerasi ekonomi Indonesia ke depan setelah sekian lama bertumpu pada industri minyak dan gas bumi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar.
Menurutnya, setelah minyak dan gas, kini sektor mineral dan batu bara yang jadi andalan.
"Karena value yang kita peroleh belum optimal, jadi dilakukan program-program hilirisasi sampai jadi produk jadi," tuturnya dalam Seminar Outlook Perekonomian Indonesia di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Arifin menilai program hilirisasi ini perlu didukung oleh industri penunjang yang lebih hilir. Dengan demikian, produk hasil pemurnian dari smelter dalam diolah kembali di dalam negeri sehingga nilai tambah yang diperoleh jadi lebih optimal.
"Apa yang bisa kita buat dari nikel sampai jadi baterai? Apa yang kita bisa buat dari copper katoda sehingga bisa mendukung transmisi untuk pengaliran listrik? Apa yang bisa kita lakukan lagi dari aluminium dan sebagainya? Nah, yang harus kita tumbuhkan industri hilirnya," ujarnya.
Dukungan program hilirisasi datang dari sektor perbankan. Bank-bank mengucurkan dana untuk proyek-proyek hilirisasi.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan peran besar perbankan dalam transisi energi bersih.
"Ini peran perbankan bgm memberikan persyaratan, dan mengarahkan , memberikan bunga lebih murah untuk pengsaha-pengusaha pembangkit yang mau menurunkan emisi nya jangka pandek," ungkapnya.
Misalnya saja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI yang telah menggelontorkan dana belasan triliun untuk program hilirisasi.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan Saat ini BNI banyak terlibat dalam pembiayaan modal kerja proyek hilirisasi utamanya nikel hingga pembiayaan produk turunan. Namun demikian perbankan berharap sokongan OJK terkait kemudahan skema pembiayaan dari OJK Mengingat hilirisasi proyek besar dan melibatkan banyak sektor.
Sepanjang 2022, BNI sudah menyalurkan pembiayaan hilirisasi mencapai Rp 13 Triliun dan diproyeksi di tahun mendatang potensi pembiayaan proyek hilisasi Indonesia bisa mencapai Rp 500 Triliun.
Sementara itu bank swasta terbesar PT Bank Central Asia Tbk atau BCA ampu mencatatkan pertumbuhan pembiayaan hijau 12% menjadi Rp 72 triliun sepanjang kuartal pertama 2023.
"Ditambah [pembiayaan] UMKM total Rp 182 triliun," ujar Direktur Bank BCA Vera Eve Lim dalam gelaran Green Economic Forum CNBC Indonesia, Senin (22/5).
Adapun peningkatan signifikan ini terjadi salah satunya karena adanya pasar dan permintaan yang tinggi dari industri. Vera menyebut salah satu pertumbuhan permintaan datang dari upaya hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Bank himbara lain yakni PT Bank Mandiri (Persero) mencatatkan pembiayaan pada sektor industri pengolahan, termasuk industri hilir, mencapai Rp144 triliun pada akhir 2022, tumbuh 15,2 persen dari tahun sebelumnya.
Bank BCA menilai hilirisasi menjadi salah satu potensi untuk pertumbuhan pembiayaan hijau bagi perbankan. Vera juga optimis untuk kuartal kedua pertumbuhan pembiayaan hijau dapat memenuhi target, apalagi didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat sepanjang kuartal pertama atau tumbuh lebih dari 5%.
Vera menambahkan bahwa semua sektor, baik itu sudah hijau atau belum, dapat memperoleh pembiayaan hijau dari Bank BCA. Meski demikian ada sejumlah kriteria yang perlu dipenuhi agar perusahaan dapat memperoleh kredit pinjaman dari Bank BCA.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)