Covid-19 Merajalela, Intip Saham Farmasi Yang Masih Murah

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
20 December 2023 09:10
Pekerja memakai masker saat beraktivitas di Pedestrian Kawasan Bundaran HI, Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Kamis (7/12/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja memakai masker saat beraktivitas di Pedestrian Kawasan Bundaran HI, Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, Kamis (7/12/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah Covid-19 ternyata belum usai. Sejak November 2023, kasus Covid-19 dilaporkan kembali meningkat di sejumlah negara di ASEAN, termasuk Indonesia, dengan rata-rata kasus harian bertambah 35-40 kasus.

Dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia mencatat peningkatan kasus COVID-19 yang cukup signifikan. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengatakan bahwa peningkatan kasus yang terjadi kali ini relatif terkendali dan masih jauh lebih rendah dibandingkan saat masa pandemi.

Walaupun relatif terkendali, Kemenkes meminta masyarakat untuk tetap waspada. Peningkatan kasus diprediksi masih akan terus terjadi sampai setelah libur Natal dan Tahun Baru 2024.

Berdasarkan data terbaru Kementerian Kesehatan RI hingga Selasa (19/12/2023) pukul 16.00 WIB tercatat 2.548 total kasus aktif Covid-19.

Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia sejak bulan November 2023, mendorong kenaikan harga saham di sektor kesehatan termasuk dalam segmen rumah sakit dan alat kesehatan.

Berikut beberapa saham di sektor kesehatan yang mengalami kenaikan harga saham dan valuasinya secara sektoral dan harga wajar.

Dari tabel diatas dapat terlihat saham PT Royal Prima Tbk (PRIM) yang paling murah secara harga wajarnya atau Price Book Value (PBV) dengan PBV di bawah satu. Sementara PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) sudah berada di harga wajarnya dengan PBV satu. Sisanya terbilang overvalued alias mahal.

Adapun secara sektoral atau Price Earning Ratio (PER) rata-rata PER di industri rumah sakit dan alat kesehatan dapat dikatakan murah jika berada dibawah PER 20. Sehingga dari tabel diatas secara sektoral tidak ada yang dapat dikatakan murah. Bahkan terdapat beberapa saham yang mencatatkan PER negatif karena masih mencatatkan kerugian pada laporan keuangan terakhir.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation