Pada penutupan perdagangan Jumat, ketiga indeks bursa AS ditutup mix. Mulai dari Dow ditutup naik 56 poin, atau 0,15% ke posisi 37.305,16. S&P 500 tergelincir 36 poin, atau 0,01%, menjadi 4.719,19 sedangkan Nasdaq Composite ditutup naik 52 poin, atau 0,35% ke posisi 14.813,92.
Saham Costco ditutup naik 4,5% setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut. Retail melampaui perkiraan Wall Street untuk hasil kuartalan dan mengeluarkan dividen sebesar $15 per saham.
Secara umum, Wall Street menguat minggu ini setelah bank sentral AS (The Fed) pada hari Rabu mengakui bahwa upayanya untuk mengurangi inflasi mulai berhasil, dan mengindikasikan tiga penurunan suku bunga akan dilakukan pada tahun 2024, sehingga meningkatkan sentimen investor.
Pada press conference The Fed, Kamis, Chairman Jerome Powell mengatakan pengetatan kebijakan moneter bersejarah kemungkinan besar akan berakhir, karena inflasi turun lebih cepat dari perkiraan, dan diskusi mengenai pemotongan biaya pinjaman mulai terlihat.
"Investor merasa cukup bullish dalam hal penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun depan, yang sedikit lebih besar dari perkiraan para penjual," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance.
Data penjualan ritel bulan November yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Kamis, menyusul pembacaan inflasi yang lebih rendah pada minggu ini, menambah harapan The Fed dapat melakukan soft landing.
Meski begitu, Presiden Fed New York John Williams menolak euforia seputar pelonggaran suku bunga bank sentral tahun depan. "Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini," kata Williams kepada Steve Liesman dari CNBC dalam sebuah wawancara pada hari Jumat.
Pelaku pasar perlu mencermati banyaknya data dan agenda yang akan berlangsung pada pekan ini. Data-data tersebut diperkirakan akan menggerakkan sentimen sepanjang pekan, terutama dari keputusan BI, Jepang, dan China perihal suku bunga hingga debat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pekan ini.
Kabar Bahagia! The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga di 2024
Sebelumnya pada Kamis waktu Indonesia, The Fed mengumumkan hasil keputusan perihal suku bunganya yakni ditahan di level 5,25-5,5%.
Faktor pendorong kebijakan The Fed disinyalir berkat hasil inflasi AS yang melandai sesuai dengan ekspektasi pasar, kendati pasar tenaga kerja sempat memanas lagi pada November.
Diketahui, inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh 3,1% (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target The Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.
Lebih lanjut, dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga. Dokumen "dot plot" The Fed menunjukkan jika anggota bank sentral mulai mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga.
Sebanyak 17 anggota memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun depan sementara hanya dua yang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga.
Tidak ada anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga akan naik tahun depan
 Foto: Dot Plot December 2023 Sumber: The Fed |
Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, maka bukan tidak mungkin BI pun turut memangkas suku bunganya. Hal ini dapat dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi hingga meningkatkan permintaan kredit agar kembali meningkat.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa dampak pemangkasan suku bunga BI yakni rendahnya biaya pinjaman, potensi permintaan pinjaman meningkat, imbal hasil obligasi yang lebih rendah (positif bagi penerbit obligasi), menguatnya nilai tukar rupiah yang berujung pada rendahnya biaya bahan baku impor dan rendahnya tekanan bagi inflasi inti.
Hal ini juga dipertegas oleh Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto yang mengatakan pemangkasan suku bunga The Fed di 2024 akan mempengaruhi para pelaku pasar untuk mencari pasar negara berkembang. Alhasil dana asing akan mengalir deras ke domestik.
Inflasi Eropa Semakin Melandai?
Pada Selasa (19/12/2023), area Eropa akan merilis data inflasi dan inflasi inti secara final. Konsensus menilai inflasi Eropa akan melandai ke angka 2,4% yoy dari yang sebelumnya 2,9% yoy. Begitu pula untuk inflasi inti yang diekspektasikan melandai ke angka 3,6% yoy dari 4,2% yoy pada periode sebelumnya.
Jika inflasi Eropa melandai, maka hal ini akan menjadi baik bagi global karena artinya inflasi di Eropa sudah semakin mendingin dan kenaikan suku bunga tampak tidak diperlukan lagi untuk menekan inflasi yang sebelumnya sempat melambung tinggi.
Selain itu, di hari yang sama, Jepang akan merilis suku bunganya yang diperkirakan masih di angka -0,1%.
Sebagai catatan, Bank of Japan (BoJ) mempertahankan suku bunga utama jangka pendeknya tidak berubah di -0,1% dan imbal hasil obligasi 10-tahun di sekitar 0% pada pertemuan bulan Oktober
Pada saat yang sama, bank sentral mendefinisikan kembali 1,0% sebagai "batas atas" yang longgar dan bukan batasan yang kaku dan membatalkan janji untuk menjaga level tersebut.
Para pengambil kebijakan berpandangan bahwa perekonomian Jepang kemungkinan akan terus mengalami pemulihan secara moderat, didukung oleh permintaan yang terpendam namun menyoroti tekanan dari melambatnya pemulihan global. Dewan menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan.
China Rilis Suku Bunga
The People's Bank of China (PBoC) sebelumnya telah mempertahankan suku bunga pinjaman pada penetapan bulan November.
Suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun, yang merupakan fasilitas pinjaman jangka menengah yang digunakan untuk pinjaman korporasi dan rumah tangga, tidak berubah pada rekor terendah sebesar 3,45%; dan suku bunga lima tahun, yang menjadi acuan untuk hipotek, dipertahankan pada 4,2% untuk bulan kelima berturut-turut.
Keputusan tersebut diambil untuk menghidupkan kembali perekonomian yang melemah, namun penurunan suku bunga lebih lanjut akan memperlebar kesenjangan imbal hasil (yield gap) dengan AS, sehingga berisiko terhadap depresiasi yuan dan arus keluar modal.
Pada Rabu (20/12/2023), China akan merilis suku bunganya dan menurut Trading Economics, China akan kembali menahan suku bunganya di level 3,45%.
BI Kembali Tahan Suku Bunga di 6%?
Pada Kamis (21/12/2023), BI akan merilis suku bunga acuannya. Rapat Dewan Gubernur (RDG) akan dilaksanakan mulai Rabu hingga Kamis dan diperkirakan akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.
Sebelumnya pada November 2023, BI menahan suku bunganya untuk pertama kalinya yang sejalan dengan ekspektasi pasar setelah pada Oktober 2023, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).
BI menyatakan keputusan tersebut konsisten dengan menjaga stabilitas rupiah dan memitigasi inflasi impor. Deposit facility rate dan lending facility rate juga dipertahankan masing-masing pada tingkat 5,25% dan 6,75%.
Lebih lanjut, para pembuat kebijakan memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam kisaran target sebesar 3±1% pada tahun ini dan 2,5±1% pada tahun 2024.
Jika faktanya BI kembali menahan suku bunganya, maka foreign flow ke domestik diperkirakan akan semakin besar mengingat imbal hasil di pasar keuangan Indonesia menjadi lebih menarik.
Debat Cawapres, Apa yang Dibahas?
Di luar agenda ekonomi, Indonesia akan menggelar debat cawapres yang akan berlangsung pada Jumat (22/12/2023) dengan tema Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan.
Seperti diketahui, ada tiga pasangan yang akan bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pada debat kali ini, para cawapres akan dominan dalam berbicara untuk memaparkan gagasannya beserta visi dan misi hingga memberikan petunjuk arah kebijakan masing-masing cawapres.
Dilansir dari CNN Indonesia, format debat cawapres akan sama seperti debat perdana capres.
"Kita sudah punya benchmark dari debat pertama. Sejauh ini, setahu saya benchmark itu akan dilanjutkan untuk digali lebih banyak terkait dengan tema dari masing-masing (debat)," kata Komisioner KPU Betty Epsilon Idroos, Rabu (13/12).
Pada debat pertama capres, lama durasi berlangsung selama 150 menit. Debat dibagi menjadi enam segmen dengan total durasi 120 menit. Sisanya, pariwara.
Setiap calon dapat saling sanggah dalam 4 segmen, yaitu pada segmen 2, 3, 4, dan 5. Sementara pada segmen 1, khusus pemaparan visi dan misi. Adapun segmen ke-6 penyampaian pernyataan pemungkas setiap calon.
Data dan Agenda Ekonomi:
* Neraca Perdagangan Singapura periode November (8:30 WIB)
* Investasi Asing Langsung (FDI) China periode Desember
Agenda Korporat:
* RUPSLB PT Darma Henwa (DEWA)
* RUPSLB PT Jaya Konstruksi (JKON)
* Cash Dividend PT Paramita Bangun Sarana (PBSA)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]