
Kokoh di atas Level US$ 2.000, Pemilik Emas Silakan Berpesta!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sepanjang pekan ini berhasil menguat dan bertahan di atas level psikologis US$ 2.000 per troy ons.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin, Jumat (15/12/2023) emas dunia bertengger di US$ 2018,19, menyusut 0,85% secara harian. Penyusutan terjadi setelah emas dunia pada Kamis mencetak nilai tertinggi selama 9 hari terakhir.
Sementara, pergerakan emas dunia secara mingguan masih bertahan di zona positif dengan penguatan 0,73%. Penguatan pekan ini berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya dimana harga emas sempat terkoreksi.
Harga emas dunia menguat lantaran tekanan dolar yang mereda dimana indeks dolar AS (DXY) jatuh setelah The Fed mengisyaratkan diakhirinya siklus kenaikan suku bunga.
Diketahui DXY pada pekan ini ditutup di 102,55, nilainya lebih rendah dibandingkan penutupan pekan sebelumnya yang berada di 104,01, mengutip data dari Refinitiv. Nilai tersebut juga menjadi yang paling rendah sejak 10 Agustus 2023 atau sekitar 4 bulan terakhir.
Tekanan dolar yang mereda terjadi setelah Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. The Fed juga mengisyaratkan untuk memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.
Keputusan The Fed menahan suku bunga ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tiga pertemuan terakhir. Keputusan juga sejalan dengan ekspektasi pasar.
Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023.
Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika inflasi sudah bergerak sesuai keinginan The Fed. Namun, dia mengingatkan jika inflasi masih tinggi. Dia mengingatkan jika upaya menurunkan inflasi ke target mereka yakni 2% bisa berubah dan masih belum pasti.
"Inflasi sudah melandai dari titik puncaknya tetapi tidak disertai dengan kenaikan signifikan pengangguran Ini adalah kabar yang sangat baik. Namun, inflasi masih terlalu tinggi," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Inflasi AS sudah turun jauh dari 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022 menjadi 3,1% (yoy) pada November 2023. Inflasi semakin mengarah ke target sasaran The Fed yakni 2%.
Tingkat pengangguran AS masih sulit turun tajam dan angkanya masih bergerak di 3,7% pada November 2023, hanya naik tipis dibandingkan akhir tahun lalu yakni 3,5%.
Pertumbuhan ekonomi AS juga masih sangat kencang yakni di angka 4,9% hingga September 2023. Melandainya inflasi AS membuat pelaku pasar kini mulai berekspektasi jika The Fed mulai akan memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.
Dalam konferensi pers, Powell menjelaskan jika pembicaraan pemangkasan suku bunga memang sudah ada dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini. Pernyataan Powell ini jauh lebih lunak dibandingkan pada pertemuan November lalu di mana dia menegaskan masih terlalu premature memikirkan pemangkasan suku bunga.
"Itu (pemangkasan) mulai ada dalam pandangan kami dan menjadi topik diskusi kami," ucapnya.
Powell juga mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga.
Pada dasarnya, harga emas akan melambung di kondisi pasar penuh ketidakpastian, akan tetapi dalam kasus the Fed yang memberikan kepastian kebijakan dovish ini menjadi anomali yang positif bagi emas.
Pasalnya, kebijakan the Fed yang sudah mulai ada tanda-tanda longgar ke depan akan membuat indeks dolar semakin melemah. Dengan dolar yang melemah maka harga emas akan dinilai murah, sehingga memunculkan peningkatan permintaan pasar akan emas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)