Macro Insight

The Fed Ancang-Ancang Suku Bunga, RI Bakal Kecipratan Untung?

Revo M, CNBC Indonesia
15 December 2023 14:25
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016.  REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan memangkas suku bunganya pada 2024 setidaknya sebanyak tiga kali. Hal ini membuka peluang Bank Indonesia (BI) untuk juga memangkas suku bunganya pada tahun yang sama.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia (14/12/2023), The Fed mengumumkan bahwa suku bunga masih di tahan di angka 5,25-5,5%. Ini adalah kali ketiga The Fed menahan suku bunga dalam tiga pertemuan terakhir.

Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menyampaikan pernyataan yang cenderung lebih lunak usai rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini dibandingkan pada pertemuan November lalu di mana dia menegaskan masih terlalu prematur memikirkan pemangkasan suku bunga.

Sebanyak delapan anggota memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga setidaknya 75 bps pada tahun depan sementara lima lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih dari 75 bps. Median ekspektasi suku bunga ada di angka 4,6% dalam dot plot terbaru, turun dibandingkan 5,1% pada proyeksi September.

Powell juga mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga. Dokumen "dot plot" The Fed menunjukkan jika anggota bank sentral mulai mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga.

Dampak kebijakan The Fed yang mulai dovish diperkirakan masih akan menggerakkan pasar keuangan Indonesia. Arus dana asing diharapkan terus mengalir sejalan dengan melandainya indeks dolar serta imbal hasil US Treasury. Indeks dolar dan imbal hasil US Treasury langsung jatuh begitu The Fed mengisyaratakan suku bunga.

Dengan imbal hasil US Treasury yang kini sudah di bawah 4% maka investor asing akan mencari instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi seperti di Indonesia.

Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 hingga 7 November tercatat beli neto oleh investor asing sebesar Rp76,14 triliun sementara Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga tercatat beli neto sebanyak Rp40,44 triliun.

Bahkan dalam empat pekan terakhir yang dimulai sejak pekan ketiga November, investor asing tercatat melakukan net buy dengan total lebih dari Rp30 triliun atau secara rata-rata tiap pekan investor asing net buy sekitar Rp7,5 triliun.

BI Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan?

Saat ini, suku bunga BI tercatat berada di level 6% atau untuk pertama kalinya sejak suku bunga dinaikkan pada 19 Oktober 2023. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 2016 atau sekitar tujuh tahun yang lalu.

Berkaca dari masa lampau, secara umum suku bunga BI akan beriringan dengan suku bunga The Fed. Jika suku bunga The Fed menurun, maka suku bunga BI akan turut menurun, begitu pun sebaliknya.

Misalnya, saat The Fed memangkas suku bunga secara agresif sebesar 400 bps dari 4,25% pada akhir 2007 menjadi 0,00-0,25% pada akhir 2009. Pemangkasan secara agresif dilakukan untuk mendongkrak ekonomi AS yang ambruk karena Krisis Subprime Mortgage.

Di saat yang bersamaan, BI kemudian mengikuti kebijakan The Fed dengan memangkas suku bunga sebesar 275 bps dari 9,25% pada 2008 menjadi 6,50% pada akhir 2009.

Selain itu, pada 2019 di mana The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps setelah ekonomi AS terpukul akibat perang dagang pada tahun 2018, BI kemudian ikut memangkas 100 bps sehingga suku bunga ada di level 5,00% pada akhir 2019.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, suku bunga The Fed juga dipangkas untuk menjaga pertumbuhan ekonominya. Di akhir 2019, suku bunga The Fed di angka 1,5-1,75% dan dipangkas menjadi 150 bps menjadi 0-0,25%. BI pun turut merespon dengan memangkas suku bunganya dari 5% menjadi 3,5% yang merupakan suku bunga terendah setidaknya sejak 2006.

Dampak Pemangkasan Suku Bunga BI

Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, maka bukan tidak mungkin BI pun turut memangkas suku bunganya. Hal ini dapat dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi hingga meningkatkan permintaan kredit agar kembali meningkat.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa dampak pemangkasan suku bunga BI yakni rendahnya biaya pinjaman, potensi permintaan pinjaman meningkat, imbal hasil obligasi yang lebih rendah (positif bagi penerbit obligasi), menguatnya nilai tukar rupiah yang berujung pada rendahnya biaya bahan baku impor dan rendahnya tekanan bagi inflasi inti.

Sementara Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto yang mengatakan pemangkasan suku bunga The Fed di 2024 akan mempengaruhi para pelaku pasar untuk mencari pasar negara berkembang. Alhasil dana asing akan mengalir deras ke domestik.

"Indonesia menawarkan imbal hasil investasi yang tinggi dengan latar belakang fundamental yang kuat." ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia.

Potensi tambahan inflow masing-masing sebesar Rp12 triliun dan US$185 juta di pasar obligasi Indonesia dan pasar ekuitas pada bulan Desember 2023. Salah satu yang menjadi perhatian yakni FR0100 dan FR0101.

Kendati demikian, pandangan yang sedikit berbeda datang dari Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro yang mengingatkan BI agar berhati-hati dalam menurunkan suku bunganya.

"Jika bank sentral AS menurunkan suku bunga, mungkin banyak orang mengira ini akan sangat positif bagi pasar saham dan obligasi di negara berkembang termasuk Indonesia. Tetapi sebenarnya, penurunan suku bunga secara historis diasosiasikan dengan resesi di AS yang biasanya tidak baik bagi sentimen pasar." kata Satria, kepada CNBC Indonesia.

"Dalam hal ini BI harus berhati-hati sebelum menurunkan suku bunga, karena risiko 'policy misstep' dari The Fed bisa berimplikasi sangat besar bagi pasar keuangan dan rupiah. Ada risiko kondisi likuiditas yang longgar ini menaikkan lagi inflasi di AS, dan akhirnya Fed terpaksa menaikkan suku bunga kembali setelah menurunkan," tutur Satria.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation