RI Kekeringan Uang, Warga Miskin Makan Tabungan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
01 December 2023 11:15
Suasana penjualan daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana penjualan daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (6/10/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan dia sudah mendapat keluhan dari pengusaha mengenai keringnya peredaran uang di masyarakat karena perbankan lebih senang menghabiskan likuiditas untuk membeli surat berharga dibandingkan menyalurkan kredit ke masyarakat.  Di sisi lain, uang tabungan yang dimiliki warga miskin terus berkurang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam  Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Tahun 2023, Rabu (29/11/2023), Jokowi menyentil keras industri perbankan terkait pembelian obligasi. Jokowi pun meminta agar perbankan tidak menghabiskan likuiditas untuk membeli instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI).

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengingatkan perbankan untuk lebih menyalurkan kredit ke sektor riil, terutama UMKM.

Data memang menunjukkan peredarar uang di Indonesia menipis. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 hanya tumbuh 3,4% (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Pertumbuhan tersebut adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia. Anjloknya uang beredar juga diperparah dengan pertumbuhan kredit yang jalan di tempat serta Dana Pihak Ketiga (DPK).

DPK per Oktober 2023 hanya tumbuh 3,43% atau jauh lebih rendah dibandingkan September yang tercatat 6,54%. DPK terus melambat dari 9% pada akhir tahun lalu menjadi di kisaran 3% pada Oktober. Kondisi ini mencerminkan makin tipisnya dana yang tersedia di bank.

Biasanya DPK akan melambat sejalan dengan kenaikan kredit perbankan atau karena belanja masyarakat yang terus naik. Namun, tahun ini DPK dan kredit justru berjalan sama-sama melambat. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga melambat 5,06% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023 dibandingkan 5,22% (yoy) pada kuartal II-2023.

Warga Miskin Makan Tabungan, Menengah ke Atas Masih Bisa Bersenang-Senang

Dalam survei konsumen Bank Indonesia rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) Oktober 2023 tercatat sebesar 75,6%, menurun dari 76,3% pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, rata-rata proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) dan proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) masing-masing sebesar 8,8% dan 15,7% tercatat relatif stabil dibandingkan dengan proporsi pada bulan sebelumnya.

Semua kelompok pengeluaran harus mengalokasikan pengeluaran lebih untuk membayar cicilan. Proporsi cicilan naik di semua kategori pengeluaran terutama di kategori pengeluaran Rp 2,1-3 juta yakni menjadi 8,2% pada Oktober 2023 dari 7,4% pada September 2023.

ikkFoto: SK-BI

Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun terutama kecuali pada kelompok pendapatan di atas Rp5juta yang meningkat dari 68,3 pada periode September menjadi 68,4 pada periode Oktober 2023 (Grafik 19).

Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi meningkat. Namun, untuk kelompok pengeluaran Rp 2,1-3 juta, proporsi tabungan terus menurun dari 15,8% pada Agustus 2023 menjadi 15,5% pada September 2023 dan sebesar 15,3% pada Oktober.

SK-BIFoto: SK-BI

Selain data BI, Mandiri Spending Index juga merekam turunnya tabungan di masyarakat kelas bawah.  Data Mandiri Spending Index menunjukkan belanja kelompok lower sedikit melambat di November, sementara middle dan higher masih menguat.

"Belanja kelompok bawah yang masih dalam tren meningkat berpotensi melambat seiring pelemahan tingkat tabungannya pasca Lebaran 2023," tulis Mandiri Institute dalam laporannya Perkembangan Belanja Masyarakat Terkini.

Indeks tabungan kelas bawah anjlok ke 47,4% pada November dari sekitar 100 pada April 2023. Indeks tabungan melemah sejalan dengan naiknya indeks belanja.

Tingkat belanja semua kelompokFoto: Bank Mandiri
Tingkat belanja semua kelompok


Kelompok bawah menghabiskan 62% konsumsinya untuk consumer goods pada November. Porsi konsumsi consumer good yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari naik drastis dari 59,2% pada Oktober.
Konsumsi untuk pembelian peralatan rumah tangga turun drastis menjadi 3,6% pada November dibandingkan 9,5% pada Oktober.

Di segmen kelas menengah, indeks tabungan relatif stabil mendekati angka 100 tetapi belanja naik tipis. Kelas menengah menghabiskan 61,4% konsumsi untuk consumer goods dan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian produk elektronik serta leisures atau bersenang-senang.

Pengeluaran kelompk lowerFoto: Bank Mandiri
Pengeluaran kelompk lower

 


Sementara itu, di kelompok atas, indeks tabungan juga relatif stabil bahkan menguat tipis karena konsumsinya relatif stabil di angka 120.  
Kelompok atas hanya menghabiskan 49,7% konsumsi untuk pembelian consumer goods dan meningkatkan konsumsi untuk produk elektronik dan leisures atau terkait hobi dan hiburan.

Belanja kelompok masyarakat atasFoto: Bank Mandiri
Belanja kelompok masyarakat atas

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation