Gak ada Gairah, Harga Batu Bara Pekan Ini Lesu Darah!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 November 2023 14:20
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan sepanjang pekan ini terpantau lesu, meski sentimen dari musim dingin yang akan tiba belum dapat menggairahkan komoditas emas hitam tersebut.

Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Desember 2023 terpantau ambles 3,09% secara point-to-point (ptp).

Sedangkan pada perdagangan Jumat (17/11/2023), harga batu bara acuan juga melemah 0,36% ke posisi US$ 125,5/ton.

Harga batu bara melemah seiring rencana negara China pada Kamis pekan ini menyerukan perluasan produksi batu bara menjelang musim puncak permintaan musim dingin.

Pernyataan tersebut mengindikasikan akan ada lonjakan permintaan batu bara menjelang musim dingin nanti. Di sisi lain, kebijakan tersebut menjadikan sentimen harga batu bara tertekan akibat tingkat produksi yang berada di level tinggi.

Musim dingin menyebabkan peningkatan permintaan dari belahan bumi bagian utara seiring tingginya kebutuhan penghangat ruangan. Sebagai informasi, penghangat relatif mengonsumsi listrik yang lebih besar dibanding pendingin ruangan.

Sebagai catatan, China merupakan produsen sekaligus konsumen pasir hitam terbesar global.Sepanjang 2022, China memproduksi 3,2 miliar ton dan mengonsumsi 3,03 miliar ton batu bara.

Tentunya, berbagai aspek yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan produksi batu bara Negeri Tirai Bambu akan berdampak signifikan pada harga global.

Juru bicara Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (NDRC), Li Chao mengatakan dalam konferensi pers bahwa NDRC akan memperkuat pemantauan produksi batubara dan mendorong pemerintah daerah dan perusahaan untuk meningkatkan produksi batubara.

Beralih ke India sebagai konsumen terbesar kedua dunia, negara ini mencari pasokan batu bara kokas yang stabil dari Australia dalam upaya membantu pabrik baja dari penurunan pasokan.

Nagendra Nath Sinha, pejabat senior di Kementerian Baja India, akan bertemu dengan Philip Green, komisaris tinggi Australia untuk India, dan kedua belah pihak kemungkinan besar akan membahas kebutuhan India akan batu bara kokas.

Total ekspor batubara kokas Australia naik 14% bulanan menjadi 11,67 juta ton pada Oktober 2023, berdasarkan data CoalMint.

Australia menyumbang lebih dari 50% impor batu bara kokas India dengan jumlah sekitar 70 menit per tahun. Gangguan cuaca di Australia berdampak pada pasokan batu bara kokas yang menyebabkan pengguna India mencari sumber alternatif untuk impor batu bara kokas, terutama dari Rusia karena adanya tawaran impor yang lebih baik.

Adanya diversifikasi batu bara India yang diimpor dari Australia dan Rusia menjadikan pasokan yang tinggi dengan kompetisi yang lebih rendah. Hal ini menjadikan adanya tambahan pasokan batu bara global, sehingga turut menjadi sentimen yang menurunkan harga.

Empat pengiriman batu bara India dengan kapasitas rata-rata 75.000 ton diharapkan tiba pada Desember 2023. Sejak April 2023, Steel Authority of India Limited (SAIL) telah mengimpor delapan pengiriman dari Rusia.

Impor batubara kokas India pada Oktober 2023 naik 7% menjadi 4,40 juta ton secara bulanan (month to month/mtm). Impor meningkat dari bulan ke bulan karena melonjaknya kebutuhan industri di India dan urgensi untuk mengamankan pasokan batu bara kokas, terutama ketika stok semakin menipis.

Rendahnya biaya batubara Rusia telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi preferensi konsumen. Pengiriman dari Rusia naik sedikit secara bulanan menjadi 0,49 juta ton pada Oktober dibandingkan 0,48 menit pada September 2023.

Di lain sisi, sentimen dari mulai masuknya musim dingin masih belum menggairahkan harga batu bara bahkan harga gas sekalipun yang menjadi saingan batu bara.

Padahal, ketika musim dingin tiba, maka penggunaan listrik sebagai media untuk pemanas ruangan akan meningkat dan turut mendorong penggunaan batu bara atau gas alam juga meningkat.

Namun, sentimen dari China dan India masih mendominasi dan pada akhirnya kembali menahan laju pergerakan harga batu bara pada pekan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pgr/pgr)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation