Harga Batu Bara Menggeliat, Diam-Diam RI Ketiban Cuan Jumbo

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
16 November 2023 07:10
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat, setelah melemah dua hari sebelumnya. Kenaikan harga ditopang oleh mulai meningkatnya permintaan dari Asia menjelang musim dingin yang juga tercermin dari ekspor Indonesia yang catatkan rekor.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember ditutup di posisi US$ 127,25 per ton atau menguat 0,99% pada perdagangan Rabu (13/11/2023). Posisi saat ini masih tergolong pada level terpuruknya jika dilihat dalam 2 tahun terakhir.

Penguatan ini memungkinkan harga batu bara terendah tahun ini sudah tersentuh pada 6 November lalu pada US$ 122,25 per ton, sehingga akan relatif sulit berada di level yang lebih rendah. Di sisi lain, harga batu bara juga akan cukup berat untuk mengalami penguatan signifikan, khususnya jika tidak terdapat sentimen pendorong.

Penguatan ditopang oleh meningkatnya permintaan. Kenaikan tersebut tercermin dari ekspor batu bara Indonesia. Ekspor batu bara termal Indonesia melampaui 413 juta ton selama sepuluh bulan pertama 2023, pencapaian baru yang menjadikan status Indonesia sebagai eksportir terbesar batu bara thermal yang merupakan bahan bakar listrik beremisi tinggi.

Volume pengiriman dari Indonesia melonjak 11,5% dibandingkan periode yang sama pada 2022 (year on year/yoy). Peningkatan pencapaian ini sekitar dua kali lipat lebih tinggi dibanding pertumbuhan total ekspor batubara global.

Tidak hanya itu, permintaan global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi baru pada 2023 meskipun ada upaya untuk melakukan transisi pada beberapa sistem energi utama dari bahan bakar fosil.

Untuk pertama kalinya, Reuters mencatat Indonesia menyumbang lebih dari 50% ekspor batubara termal global selama periode Januari hingga Oktober, menurut data dari Kpler, yang menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam merebut pangsa pasar dari eksportir pesaingnya.

Pangsa pasar Australia sebagai eksportir batu bara terbesar kedua, adalah 19,4% pada 10 bulan pertama 2023, turun dibanding 2022 sebesar 20%. Sementara, eksportir batu bara terbesar ketiga, Rusia, memiliki pangsa sebesar 11%, turun dari 12,3% pada 2022.

Afrika Selatan dan Kolombia, masing-masing merupakan eksportir terbesar keempat dan kelima, juga kehilangan pangsa pasarnya dibandingkan Indonesia pada 2023. Amerika Serikat, eksportir terbesar keenam, sedikit memperoleh pangsa global.

Peningkatan pengiriman batu bara Indonesia sebagai raja ekspor global 2023 menunjukkan permintaan batu bara yang masih cukup tinggi.

Tingginya permintaan terlihat dari Tiongkok bersama dengan Hong Kong sebagai tujuan utama batu bara Indonesia, mengimpor 183 juta ton hingga Oktober, atau sekitar 44% dari total ekspor Indonesia.

Angka tersebut meningkat 33% dibandingkan periode yang sama pada 2022 dan menggambarkan peningkatan aktivitas industri Tiongkok tahun ini dibandingkan dengan tingkat permintaan yang terhambat akibat COVID pada tahun lalu.

India merupakan pembeli batubara Indonesia terbesar kedua, menguasai sekitar 20% dari total pembeli batubara India (82 juta ton). Baru-baru ini, India dikabarkan CoalMint sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk meningkatkan penambangan batu bara bawah tanah dan akan segera membuat kerangka kebijakan, kata Menteri Batubara Amrit Lal Meena.

Sentimen ini menunjukkan kebutuhan batu bara India yang masih tinggi. Meski berdampak pada kerusakan lingkungan yang lebih rendah disokong aktivitas yang dilakukan di bawah tanah, hal ini akan menjadi sentimen negatif untuk jangka panjang.

Menteri Batubara India, Pralhad Joshi mengatakan bahwa ada upaya untuk menghentikan impor batu bara pada tahun 2025-26. Usaha ini diperkirakan turut menjadikan harga batu bara berada pada level rendah dalam 2 tahun terakhir.

Masih di Asia, Filipina merupakan pasar terbesar ketiga dengan pangsa 7,2% (30 juta ton). Jepang, Korea Selatan dan Taiwan juga merupakan pembeli utama, dan, sama seperti Tiongkok, diperkirakan akan meningkatkan impor batubara mereka pada bulan-bulan terakhir tahun ini menjelang kenaikan permintaan listrik untuk pemanas akibat musim dingin mendatang.

Tingginya permintaan batu bara Indonesia disebabkan oleh harganya yang lebih murah dengan kalori yang lebih rendah dibanding Australia. Negara produsen listrik yang masih fokus menghasilkan listrik sebanyak mungkin dengan harga serendah mungkin, batu bara Indonesia akan tetap menjadi pilihan utama mereka.

Artinya, ekspor batu bara setahun penuh Indonesia diyakini akan memecahkan rekor sebelumnya pada 2023 secara keseluruhan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation