
Saham Murah Tapi Tak Murahan, Modal Rp 100 Ribu Dapat Banyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham seharga Rp1.000-an perak alias seceng yang ramah kantong investor ritel tercatat memiliki valuasi yang menarik. Beberapa di antaranya juga merupakan pemain utama di masing-masing industri. Ini artinya dengan hanya merogoh kocek sebesar sekitar Rp 100 ribu anda bisa menjadi pemilik dari saham-saham berkualitas ini.
Saham emiten asuransi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), misalnya, bisa dibeli dengan hanya merogoh kocek Rp107.000 untuk 1 lot di harga Rp1.075/saham per 13 November 2023. Dengan dana Rp1,07 juta, investor bisa mendapatkan 10 lot saham perusahaan Grup Pertamina tersebut.
Kinerja saham TUGU juga positif. Secara year to date (YtD), saham TUGU melonjak 23,92%.
Seiring dengan kinerja saham yang moncer, valuasinya juga murah (undervalued). Rasio price-to earnings (P/E) atau PER, perbandingan harga saham dengan laba perusahaan, TUGU hanya 2,55 kali.
Angka PER tersebut jauh di bawah aturan umum alias rule of thumb 10-15 kali. PER yang rendah tersebut tak lepas dari rapor keuangan TUGU yang solid.
Kinerja teranyar, TUGU membukukan laba bersih Rp1,12 triliun selama periode 9 bulan di 2023 atau hingga kuartal III-2023. Angka tersebut melonjak 378,4% secara tahunan (YoY) dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp235,13 miliar.
Hal tersebut terutama berkat pendapatan sekali waktu atau one off dari dari pembayaran dari kasus hukum yang dimenangkan oleh TUGU atas Citibank N.A senilai gross Rp1 triliun.
Pendapatan premi neto TUGU sendiri tumbuh 15,08% (yoy) menjadi Rp2,34 triliun per akhir September 2023 dan pendapatan underwriting naik 17,31% (yoy) menjadi Rp1,97 triliun.
Selain TUGU, emiten bank BUMN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) juga memiliki valuasi yang murah. PER BBTN hanya 5,76 kali, di bawah rerata historis (5 tahunan) yang mencapai 12,7 kali.
Memang, harga saham BBTN tengah terkoreksi, minus 10,37% (ytd) tetapi kinerja fundamental perusahaan tetap dalam kondisi baik. BBTN sendiri belum melaporkan kinerja per kuartal III-2023.
Sebelumnya, BTN mencatatkan laba bersihhingga semester I/2023 sebesar Rp 1,47 triliun, naik 0,23% secara tahunan (yoy).
Sementara itu,BBTN mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan mencapai Rp 308 triliun sepanjang semester I-2023, naik 7,52% yoy.
Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit BTN pada semester I-2023. Adapun kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Juni 2023 mencapai Rp 269,48 triliun.
Kemudian, saham emiten migas keluarga Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang memiliki PER 5,95 kali dan dihargai Rp1.185/saham.
Saham MEDC melompat 16,75% sepanjang 2023, terutama di tengah sempat adanya sentimen kenaikan minyak seiring memanasnya situasi geopolitik global.
Kinerja keuangan terbaru, MEDC mencatat laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal III tahun 2023 sebesar US$ 242,37 juta. Angka tersebut turun sebesar 39,5% secara year-on-year (YoY) dari US$ 400,92 juta.
Sementara, laba bersih per saham MEDC menurun menjadi US$ 0,00968 dari sebelumnya yang sebesar US$ 0,01605.
Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, penurunan laba bersih karena pendapatan MEDC turun 4,52% menjadi US$ 1.66 miliar dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,74 miliar.
Ini usai perusahaan berpesta selama commodities boom tahun lalu. MEDC membukukan laba bersih US$ 531 juta selama 2022 atau melonjak lebih dari 10 kali lipat secara YoY dari tahun sebelumnya US$ 47 juta.
MEDC sendiri akan membagikan dividen interim kepada para pemegang sahamnya. Perseroan akan membayarkan dividen interim untuk tahun buku 2023 sebesar Rp 15 per saham.
Selain BBTN, 3 emiten bank lain dengan harga Rp1.000-an perak juga tergolong murah, seperti BJBR dengan PER 6,19 kali, NISP 6,2 kali, dan PNBN 7,82 kali.
Pemain utama properti milik Grup Sinar Mas PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga memiliki PER di bawah 10 kali, tepatnya 9,2 kali.
Catatan saja, meskipun harga sahamnya terjangkau, keputusan investasi sebaiknya didasarkan pada analisis mendalam terhadap kinerja dan proyeksi perusahaan. Investor perlu mempertimbangkan secara cermat potensi dan risiko dari masing-masing emiten.
Selalu penting untuk mengikuti perkembangan pasar dan melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)