Batu Bara Melesat Sepekan Berkat India dan Eropa

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
12 November 2023 12:15
Tambang batu bara Asam-Asam yang dikelola PT Arutmin, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI). (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Foto: Tambang batu bara Asam-Asam yang dikelola PT Arutmin, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI). (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus merangkak naik didorong dengan hasil output industri di India yang meningkat dan negara Eropa yang akan meningkatkan penggunaan batu baranya.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember ditutup di posisi US$ 129,50 per ton atau naik 0,58% pada penutupan perdagangan Jumat (10/11/2023).

Dalam sepekan harga batu bara telah melesat 2,98%. Harga batu bara menyentuh level terendahnya sepanjang tahun 2023 pada 6 November 2023 di level US$ 122,25 per ton. Hingga Jumat kemarin, sepanjang tahun 2023 harga batu bara telah terkoreksi 66,76% dari penutupan akhir tahun 2022 di level US$ 389,6 per ton.

India sebagai pengguna batu bara terbesar kedua di dunia, pada Jumat kemarin merilis hasil output industri India (INIP=ECI). Output industri India naik 5,8% secara tahunan (yoy) di bulan September, tertinggal dari ekspektasi terhadap pertumbuhan listrik dan manufaktur yang lebih lambat, namun para ekonom tetap optimis terhadap permintaan yang meriah.

Pertumbuhan produksi industri turun hampir setengahnya dalam sebulan karena kelebihan curah hujan dan tertundanya perayaan di India, menurut Aditi Nayar, ekonom di ICRA. Musim perayaan selama berbulan-bulan di India mencapai puncaknya pada Diwali, festival lampu, yang akan dirayakan pada 12 November.

Output manufaktur pada bulan September naik 4,5% secara tahunan (yoy), pembangkitan listrik naik 9,9% dan aktivitas pertambangan meningkat 11,5%.

Batu bara akan berperan terus dalam ekonomi India. Data Badan Energi Internasional menunjukkan bahwa konsumsi listrik di India dari AC meningkat sebesar 21% antara tahun 2019 dan 2022.

Hampir 10% kebutuhan listrik negara ini berasal dari pendingin ruangan dan jumlah ini akan meningkat sembilan kali lipat pada tahun 2050, menurut IEA.

Pada saat yang sama, konsumsi batubara India meningkat pesat.

Produksi batu bara negara ini meningkat menjadi 893 juta ton pada tahun 2022 hingga 2023, meningkat 14% dari 778 juta ton pada tahun 2021 hingga 2022, menurut data Kementerian Batubara.

Jha memperkirakan produksi batu bara bisa mencapai 1,335 juta ton pada tahun 2031 hingga 2032.

Batubara tetap menjadi pilihan alternatif yang dapat diandalkan bagi India untuk memastikan pembangkit listrik yang konsisten dan dapat diandalkan, terutama karena India berupaya memenuhi permintaan populasi dan ekonomi yang berkembang pesat.

Dari Eropa, wilayah Eropa dapat membakar sekitar 185 juta ton batu bara lebih banyak dari perkiraan sebelumnya pada tahun 2030 karena berkurangnya impor gas Rusia menyusul invasi negara tersebut ke Ukraina.

Tercatat bahwa Eropa mengimpor 140bcm gas dari Rusia pada tahun 2021, sebelum perang di Ukraina, namun jumlah ini diperkirakan akan turun menjadi lebih dari 23bcm tahun ini.

Negara-negara Uni Eropa kini ingin berhenti menggunakan pipa gas Rusia pada tahun 2027.

Dengan demikian, permintaan batubara tahunan pasca tahun 2023 sekitar 20 juta ton/tahun lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelum konflik.

Eropa kemungkinan akan membakar sekitar 60 juta ton pada tahun 2023, meskipun turun dari 84 juta ton tahun lalu. Sebagian besar volume tambahan akan datang dari Afrika Selatan, dengan Amerika Serikat dan Kolombia sebagai pemasok utama lainnya.


CNBC Indonesia Research

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation