Newsletter

Siaga Badai dari Amerika! Semoga RI Tak Jadi 'Lautan' Merah

Revo M, CNBC Indonesia
Jumat, 10/11/2023 06:00 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam dengan IHSG menguat sementara rupiah melemah
    Wall Street mengakhiri tren penguatan dengan kompak melemah
  • Pasar Keuangan Indonesia akan dibayangi oleh pernyataan hawkish dari The Fed serta data inflasi China

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif di tengah berbagai sentimen domestik maupun luar negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat dan Surat Berharga Negara (SBN) kembali dicari investor. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi tipis.

Pasar keuangan Indonesia pada hari ini diharapkan membaik. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (8/11/2023), IHSG ditutup di posisi 6.838,23 atau menguat 0,5%.

Sebanyak 253 saham menguat, 286 saham melemah sementara 216 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp7,762 triliun dan melibatkan 15,19 miliar saham. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp466,88 miliar di semua pasar.

Sejumlah saham menjadi penopang IHSG kemarin. Hingga pukul 16:00 WIB pada Rabu kemarin, saham BREN terbang 18,75% ke posisi harga Rp5.225/unit. Bahkan, saham BREN menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 32,3 indeks poin.

Saham BREN sudah ditransaksikan sebanyak 38.653 kali dengan volume sebesar 111,85 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp545,48 miliar.

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada kemarin.

Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah akhirnya rupiah ditutup di angka Rp15.650/US$ atau melemah 0,03%. Hal ini merupakan pelemahan yang terjadi sepanjang tiga hari beruntun sejak 7 November 2023.

Salah satu tekanan terhadap rupiah datang dari Negara China yang merupakan mitra dagang Indonesia. China mencatat deflasi 0,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, dibandingkan dengan angka yang datar pada bulan sebelumnya dan perkiraan pasar yang turun sebesar 0,1%, menunjukkan bahwa berbagai langkah stimulus dari China tidak memberikan banyak manfaat dalam merangsang pengeluaran secara keseluruhan.

Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil diketahui menurun tipis menjadi 6,74% yang menandai naiknya harga obligasi karena SBN sudah mulai dicari investor.


(rev/rev)
Pages