
China, Israel & Amerika, Siapa Raja Nuklir Sesungguhnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik global semakin mencekam dunia dari perang Rusia-Ukraina hingga Israel-Hamas. Baru-baru ini muncul kabar bahwa anggota junior kabinet Israel menyuarakan keterbukaan terhadap serangan nuklir di Gaza. Israel sebagai negara yang tidak begitu besar nyatanya juga memiliki senjata pemusnah masal ini. Lantas negara mana saja yang memiliki senjata nuklir terbesar di dunia?
Pernyataan ini memicu kontroversi dan tanggapan berbagai petinggi dunia. Amerika Serikat (AS) dan Rusia terpantau telah menanggapi pernyataan yang semakin meningkatkan ketegangan di seluruh dunia.
Tanggapan Berbagai Negara Atas Ancaman Bom Nuklir Israel
AS yang telah menunjukkan keberpihakannya cenderung pada Israel juga menentang pernyataan berbahaya tersebut.
"Kami terus percaya bahwa penting bagi semua pihak dalam konflik ini untuk menahan diri dari retorika kebencian," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel, dilansir Reuters, Selasa (7/11/2023).
Pernyataan menteri Israel tersebut menimbulkan kegaduhan sekaligus kekhawatiran bahwa Israel yang tak pernah mengonfirmasi kekuatan nuklirnya, benar-benar menyiapkan senjata tersebut untuk dipakai di Gaza.
Menteri Warisan Amichay Eliyahu dalam wawancara dengan radio Kol Barama Israel mengatakan dia tidak sepenuhnya puas dengan besarnya pembalasan Israel.
Ketika pewawancara bertanya apakah dia menganjurkan menjatuhkan "semacam bom atom" di Gaza "untuk membunuh semua orang," Eliyahu menjawab: "Itu salah satu pilihan." Eliyahu kemudian mengatakan bahwa pernyataannya bersifat "metaforis". Israel diketahui secara luas mempunyai senjata nuklir tetapi tidak pernah mengakuinya.
Menanggapi pernyataan Eliyahu, Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut komentar tersebut tidak sesuai realita. Menurutnya, Israel tidak akan membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
"Eliyahu akan diskors dari semua pertemuan pemerintah sampai pemberitahuan lebih lanjut," The Jerusalem Post melaporkan.
Pernyataan tersebut memicu kemarahan di dunia Arab karena Arab Saudi - yang sebelum krisis telah melakukan pembicaraan awal untuk mengakui Israel - mengkritik pemerintah Netanyahu karena tidak memecat Eliyahu.
Negara Rival AS, Rusia turut buka suara. Dalam paparannya, Zakharova mengatakan bahwa masalah utamanya adalah Israel tampaknya telah mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir. Ia bertanya-tanya dimana Badan Energi Atom Internasional dan inspektur nuklir internasional dengan adanya pengakuan ini.
"Pertanyaan nomor satu, ternyata kita sedang mendengar pernyataan resmi tentang keberadaan senjata nuklir?" jelas Zakharova seperti dikutip kantor berita pemerintah RIA dan diwartakan Al Jazeera, Rabu (8/11/2023).
Pernyataan tersebut sejalan dengan data Statista yang menunjukkan Israel memiliki 20 senjata nuklir. Berikut jumlah hulu ledak nuklir di seluruh dunia per Januari 2023 yang dikutip dari Statista.
Terdapat 12.500 hulu ledak nuklir di seluruh dunia sebagai senjata pertahanan berbagai negara. Fakta dari data tersebut menunjukkan hampir 90% dari seluruh nuklir tersebut dimiliki oleh AS dan Rusia. Israel tercatat memiliki 90 hulu ledak nuklir, atau 0,7% dari global.
Meskipun jumlah senjata nuklir di seluruh dunia telah berkurang sejak Perang Dingin, kedua negara tersebut masih memiliki sebagian besar senjata nuklir. Senjata ini mampu menghancurkan seluruh kota dan membunuh jutaan orang.
Sebagai catatan, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 10.000 orang telah tewas sejak Israel melancarkan serangan balasan, dan lebih dari 4.000 di antaranya adalah anak-anak.
Adanya serangan nuklir Israel memungkinkan kerusakan yang lebih besar bahkan bisa menyebabkan jatuhnya korban jiwa berkali-kali lipat lebih besar dari saat ini. Tidak hanya itu, nyawa yang hilang dengan serangan bom nuklir dapat melenyapkan nyawa warga sipil Palestina lainnya.
Jumlah korban ini sudah sangat jauh dibanding serangan militan dari kelompok Palestina, Hamas, yang menyerbu ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, termasuk dengan menargetkan rumah dan orang yang bersuka ria di sebuah festival musik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)