
Batu Bara Diramal Kiamat, Saham Ini Direkomendasi "Buy"!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham batu bara di pasar modal Indonesia ambruk pada tahun ini, bahkan sampai jeblok 30% lebih. Akan tetapi menurut konsensus Refinitiv saham-saham batu bara masih direkomendasikan untuk dibeli oleh sekuritas.
Boom commodity pada 2022 tidak terulang lagi pada 2023. Momen jaya batu bara tahun lalu sudah meredup dan menyeret kinerja keuangan dan saham emiten produsen emas hitam tersebut.
![]() Harga Saham emiten Batu Bara Bulanan |
Mengacu data Refinitiv harga saham-saham emiten batu bara anjlok sepanjang 2023, diantaranya:
- PT Indo Tambangraya Tbk (ITMG) : -34,79%
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO): -34,81%
- PT Indika Energy Tbk (INDY): -39,38%
- PT Harum Energy Tbk (HRUM): -6,17%
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA): -34,96%
- PT Byan Resources Tbk (BYAN): -11,9%
- PT Bumi Resources Tbk (BUMI): -29,81%
- PT United Tractors Tbk (UNTR): -8,9
Meskipun harga saham emiten batu bara melemah, sekuritas masih merekomendasikan emiten-emiten tersebut untuk dibeli. Alasannya adalah valuasi yang atraktif.
Misalnya saja UNTR, sepanjang sembilan bulan pertama anak usaha Astra tersebut memperoleh laba yang diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp15,35 triliun. Perolehan tersebut menyusut 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) yakni sebesar Rp15,87 triliun.
Laba minus yang dibukukan oleh UNTR disebabkan oleh beberapa faktor. Berawal dari pendapatan yang tumbuh moderat, marjin laba yang turun, hingga lonjakan beban bunga utang yang harus dibayar.
Meskipun demikian UNTR memiliki valuasi yang atraktif atau saat ini bisa dikatakan murah.
Menggunakan valuasi P/E Band yakni melihat valuasi price earning ratio secara historis, valuasi UNTR saat ini berada di bawah garis standar deviasi -1 yang berarti relatif murah.
Saat ini PE UNTR berada di 5,05 kali dengan garis standar deviasi -1 berada di 6,2 kali. Secara historis, jika P/E menyentuh di level 4,8 kali - 5 kali ada potensi naik ke garis standar deviasi -1. Sehingga masih ada potensi kenaikan harga sebesar 24%.
![]() PE Band UNTR |
Begitu juga dengan ADRO yang mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$1,21 miliar (Rp19,42 triliun) pada kuartal III-2023. Jumlah ini 35,96% menurun dari periode yang sama setahun sebelumnya sebesar US$1,90 miliar (Rp30,33 triliun).
Penurunan kinerja bottom line ini tidak terlepas dari penurunan kinerja top line yang mana pendapatan usaha tercatat turun 15,76% menjadi US$4,98 miliar (Rp79,38 triliun) pada kuartal III-2023. Keterangan resmi perusahaan menjelaskan bahwa produksi dan penjualan masing-masing naik 12% dan 11% menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton, yang diofset dengan penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).
Akan tetapi memiliki valuasi relatif murah karena memiliki PE 2,8 kali, masih berada di bawah PE rata-rata dalam lima tahun yalni 9,27 kali. Sehingga dianggap masih memiliki potensi untuk harganya menguat.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)