Banyak Sentimen Positif, Rupiah Perkasa Pekan Ini

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
04 November 2023 12:45
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan ini sangat perkasa dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) berkat kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ditahan serta keyakinan ekonomi Tanah Air yang masih akan tumbuh positif.

Melansir data Refinitiv, rupiah pada akhir pekan ini, Jumat (3/11/2023) berakhir di posisi Rp15.725/US$, menguat 0,79% secara harian. Sebagai catatan, pada kemarin Jumat, mata uang Garuda menguat tajam hanya dalam hitungan sekitar 30 menit dimana pada pembukaan rupiah masih di sekitar Rp15.820/US$, kemudian pada 09.28 WIB menguat nyaris 100 perak.

Penguatan tajam dalam sehari tersebut akhirnya mengakumulasi kekuatan rupiah selama seminggu sebesar 1,32% dan mengakhiri tren pelemahan rupiah selama delapan minggu beruntun.

CNBC Indonesia Research mencatat ada lima faktor yang berhasil menjadi sentimen positif bagi gerak rupiah pekan ini :

1. The Fed menahan suku bunga

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023.

Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar. Chairman Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh.

Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3,7% (yoy) pada September 2023. Inflasi inti masih bergerak di 4,1%.

Powell juga mengingatkan jika The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.

"Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.

Kendati belum memutuskan apapun, pelaku pasar mengatakan pernyataan Powell lebih dovish dari sebelumnya sehingga ada peluang suku bunga ditahan di 5,25-5,50% hingga akhir tahun.

Peter Cardillo, kepala ekonom market Spartan Capital Securities, juga menilai pernyataan The Fed lebih dovish.

"Pernyataan The Fed kini lebih dovish. Fakta bahwa The fed menahan suku bunga dua kali beruntun mengindikasikan ada kemungkinan The Fed juga akan melakukan hal sama di Desember. Jika memang demikian maka siklus kenaikan suku bunga memang sudah berakhir," ujar Cardillo, kepada CNN Busines.

2. Imbal Hasil US Treasury dan Indeks Dolar Melandai

Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun terus melandai hingga ke posisi 4,55% pada Jumat kemarin (3/11/2023) . Posisi tersebut menjadi yang terendah sejak 29 September 2023 sejak Imbal hasil US Treasury sempat melonjak ke 5% pada akhir Oktober yang menjadi rekor tertingginya dalam 16 tahun terakhir.

Pada saat yang bersamaan, indeks dolar juga turun ke 105,02 kemarin, dari 106,12 pada hari sebelumnya. Imbal hasil US Treasury dan indeks dolar juga turun karena pelaku pasar semakin optimis The Fed akan segera mengakhiri siklus bunga tinggi.

Melandai-nya imbal hasil dan indeks dolar ini menjadi kabar positif bagi Indonesia karena ada peluang bagi inflow di pasar saham, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN).


Dengan imbal hasil yang lebih rendah maka return berinvestasi di US Treasury juga akan lebih kecil sehingga investor bisa mencari pasar yang lebih menarik seperti Indonesia.

3. Data Tenaga Kerja AS Memburuk

Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan data tenaga kerja yang semakin mendingin, terlihat dari data pekerjaan yang tercatat di luar dari sektor pertanian atau non farm payroll per Oktober 2023 sebesar 150.000. Nilai tersebut lebih baik dari perkiraan pelaku pasar di 180.000 dan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 297.000.

Penurunan jumlah pekerjaan membuat tingkat pengangguran negeri Paman Sam terkerek naik, pada periode Oktober 2023 unemployment rate menjadi 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,8%.

Sebagai catatan, sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan tajam pada Oktober lalu karena demo besar-besaran yang dilakukan ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, hingga tenaga kesehatan.


Data Tenaga Kerja AS menyebut sekitar 48.100 pekerja melakukan demo Oktober lalu. Angka tersebut menjadi rekor tertingginya sejak Februari 2004 atau 19 tahun lalu.

4. Kenaikan Suku Bunga BI 

Bank Indonesia secara mengejutkan mengerek suku bunga sebesar 25 bps ke 6,00% pada 19 Oktober lalu. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak Januari 2023.

Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah dan membuat return di investasi Indonesia lebih menarik.

Sebelum kenaikan suku bunga BI, spread antara suku bunga acuan BI dan suku bunga tertinggi The Fed hanya 25 bps.

Selisih yang kecil ini menjadi alasan banyaknya capital outflow.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Jumat (3/11/2023), menegaskan kenaikan suku bunga untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dari meningkatnya ketidakpastian global dan langkah pre-emptif memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

" Kebijakan suku bunga itu didukung oleh penguatan stabilisasi nilai rupiah melalui intervensi pasar valas di pasar spot, dan pembelian surat berharga di pasar sekunder," tutur Perry.

Data BI berdasarkan transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan investor asing sudah mencatat net buy sebesar Rp 1,04 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan pekan-pekan sebelumnya di mana asing mencatat net sell.

Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (31/10/2023) juga menunjukkan asing sudah mulai melirik Surat Berharga Negara (SBN).
Hasil penawaran yang masuk, baik dari investor lokal dan asing pada lelang sebesar Rp35,87 triliun, dengan nilai serapan dari pemerintah sebesar Rp19,3 triliun. Dari nilai tersebut baik dari penawaran hingga yang terserap berhasil melampaui target indikatif sebesar Rp19 - 28,5 triliun.

Minat asing juga terpantau mulai kembali masuk ke Tanah Air, ditandai dengan penawaran pada lelang SUN kali ini mencapai nilai yang tertinggi sejak tiga bulan terakhir, mencapai Rp4,85 triliun, dengan yang terserap sebesar Rp3,41 triliun.Kepemilikan asing pada SBN juga mulai menanjak ke 14,71% per 1 November 2023, dari 14,68% per 31 Oktober 2023.

5. Keyakinan Perekonomian Indonesia Tumbuh Positif

Selain itu, keyakinan akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tetap positif menjadi penopang rupiah pekan ini.

Sebagai informasi, pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan atauKSSK yang digelar kemarin Jumat (3/11/2023) yang mengikutsertakan Menteri Keuangan SriMulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua OJK Mahendra Siregar, hingga Ketua Lembaga Penjamin Simpanan Purbaya Yudhi Sadewa turut meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III/2023 akan tetap di atas 5%.

Ketua KSSK Sri Mulyani menyampaikan keyakinannya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 masih akan tumbuh di atas 5%. Dengan demikian, selama 8 bulan berturut-turut ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% menjadi salah satu yang tertinggi di negara G20.

"Outlook tadi saya sudah sampaikan keseluruhan tahun pertumbuhan terjaga di 5% atau di atasnya, kita optimistis juga di kuartal III," kata Sri Mulyani saar konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (3/11/2023).

Fundamental ekonomi Indonesia juga tercatat cukup baik melihat data inflasi yang masih cukup terkendali meskipun terdapat kenaikan menjadi 2,56% year on year/yoy namun masih dalam rentang target pemerintah dan Bank Indonesia tahun ini di level 2-4% untuk tahun 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation