
Cicilan AS Setahun Rp10.000 T, Bisa Bayarin Utang RI Lunas

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya tingkat imbal hasil US Treasury memaksa pemerintah Amerika Serikat (AS) membayar bunga utang yang sangat tinggi bahkan melampaui total utang yang dimiliki Indonesia.
Tingkat imbal US Treasury baik tenor pendek hingga tenor panjang telah mengalami kenaikan yang signifikan khususnya di tahun 2023. Lonjakan berawal dari kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang sangat hawkish sejak tahun lalu. Suku bunga AS sudah melonjak 525 bps sejak Maret 2022 hingga sekarang.
Kondisi ini membuat
Tercatat pada 26 Oktober 2023, imbal hasil US Treasury tenor 1 tahun sebesar 5,41%, tenor 5 tahun sebesar 4,8%, dan tenor 30 tahun sebesar 4,99%. Sementara untuk tenor 10 tahun yang biasanya digunakan sebagai benchmark di berbagai negara berada di angka 4,85% bahkan sempat berada di sekitar 5% beberapa waktu lalu yang merupakan posisi tertinggi sejak 2007 atau 16 tahun terakhir.
Beban bunga utang juga melonjak karena utang pemerintah AS menggunung hingga mencapai US$ 33 triliun.
Tingginya imbal hasil tersebut berdampak pada tingginya pengeluaran pemerintah AS untuk membayar bunga bersih tersebut. Menurut data akhir dari Departemen Keuangan (Treasury Department), biaya bunga bersih mencapai US$659 miliar (2,5% PDB) pada tahun fiskal 2023. Bila dirupiahkan maka angkanya menembus Rp10.487 triliun dengan kurs Rp15.915/US$.
Beban bunga utang pemerintah AS meningkat sebesar US$184 miliar dari tahun sebelumnya.
Sebagai informasi, terdapat setidaknya tiga fakta menarik dari naiknya beban bunga pemerintah AS. Pertama, biaya bunga hampir dua kali lipat selama tiga tahun terakhir, dari US$345 miliar pada tahun 2020 menjadi US$659 miliar pada tahun 2023.
Kedua, bunga kini menjadi program pemerintah terbesar keempat, setelah jaminan sosial, medicare, dan pertahanan. Ketiga, pemerintah federal pada tahun 2023 membelanjakan lebih banyak untuk bunga bersih dibandingkan pengeluaran untuk anak-anak, dan juga membelanjakan lebih banyak untuk bunga dibandingkan sebagian besar program termasuk medicaid program veteran, program pangan dan gizi, serta pendidikan.
Dilansir dari CNBC International, beban bunga yang semakin meningkat tersebut berkontribusi pada defisit fiscal yang semakin melebar dibandingkan 2022. Pada 2022 defisit fiskal tercatat sebesar US$1,37 triliun sementara di tahun 2023 tercatat naik sebesar 23,27% menjadi US$1,69 triliun.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pemerintah "berkomitmen untuk mengatasi tantangan terhadap prospek fiskal jangka panjang" dan menunjukkan beberapa langkah yang menurutnya akan menurunkan defisit selama dekade berikutnya.
"Ekonomi AS tetap tangguh meski ada tantangan global," kata Yellen. "Ekspektasi sebelumnya bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi pada tahun 2023 tidak terbukti," tambah Yellen.
Utang RI Bisa Lunas Dibayar Bunga Utang AS
Hal menarik di saat beban bunga utang AS sebesar US$659 miliar atau sekitar Rp10.487 triliun dengan kurs Rp15.915/US$ menjadi bukti bahwa beban bunga utang AS yang dibayarkan pemerintah mampu melunasi seluruh utang pemerintah Indonesia.
Dikutip dari buku APBN KITA (Kinerja dan Fakta) edisi September 2023 untuk periode Agustus 2023, tercatat total utang pemerintah Indonesia sebesar Rp7.870,35 triliun dengan didominasi oleh SBN sebesar Rp6.995 triliun (88,88%) dan pinjaman sebesar Rp875 triliun (11,12%).
Dengan melihat perbandingan bunga utang AS dan utang total Indonesia maka artinya seluruh utang RI bisa dilunasi AS hanya dari pos pembayaran bunga utang mereka.
Jika dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB), rasio utang ini turun dibandingkan 2022 yakni menjadi 37,84% dari yang sebelumnya 39,70%. Lebih lanjut, rasio utang Indonesia masih relatif aman karena masih di bawah 60% yang merupakan ketentuan dari UU No.17/2023.
Rasio tersebut juga masih sejalan dengan yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah tahun 2023-2026 di kisaran 40%.
Di samping itu, memperkuat afirmasi S&P dan peningkatan outlook menjadi positif oleh R&I, lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 1 September 2023. Menurut Fitch, keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang pemerintah terhadap PDB yang rendah.
Bunga Utang RI Juga Terus Naik
Anggaran pembayaran bunga utang RI juga terus melonjak sejalan dengan kenaikan imbal hasil (yield) dan jumlah utang yang terus naik. Bunga utang yang dibayar pemerintah pada 2023 mencapai Rp 437,4 triliun. Angka tersebut setara dengan 14% dari APBN. Pembayaran bunga utang juga melonjak 59% dari Rp 275,5 triliun pada 2019 menjadi Rp 437,4 triliun pada 2023.
Lonjakan utamanya disebabkan oleh melambungnya tambahan utang untuk mitigasi pandemi Covid-19. Utang pemerintah melonjak dari kisaran Rp 4.500 triliun pada 2019 menjadi di kisaran Rp 7.700an triliun pada saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)