Newsletter

Ekonomi AS Tumbuh Solid, IHSG Bisa Tersenyum Hari Ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 27/10/2023 05:55 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
  • Ekonomi Amerika Serikat Tumbuh di atas ekspektasi pada kuartal ketiga 2023
  • Laju tingkat yield obligasi Amerika Serikat yang naik signifikan masih akan membatasi gerak IHSG hari ini
  • Pergerakan IHSG hari ini akan banyak dipengaruhi oelh sentimen eksternal dibandingkan dalam negeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia 'kebakaran' pada perdagangan kemarin, Kamis (26/10/2023).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles 1,75% ke posisi 6.714,52. IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 6.700, setelah kemarin bangkit ke level psikologis 6.800.

Beberapa sektor menjadipemberat IHSG, dengan sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 3,02%. Selain teknologi, sektor keuangan dan industri juga menjadi pemberat besar yakni masing-masing 2,55% dan 2,39%.

Pasar saham yang lesu terjadi akibat beberapa hal, diantaranya karena pelemahan rupiah dan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun.

"Memang hari ini sentimen sangat negatif, Rupiah kembali melemah, dan yield juga naik," terang Rully Wisnubroto, Analis Mirae Asset Sekuritas.

Selain itu, CEO at PT YUGEN Bertumbuh Sekuritas mengatakan bahwa capital outflow yang tercatat secara ytd serta fluktuasi nilai tukar Rupiah maka adanya potensi koreksi wajar tetap perlu diwaspadai.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga menjelaskan bahwa penyebab IHSG tumbang pada sesi I perdagangan hari ini disebabkan oleh sentimen dari sentimen eksternal terutama dari Amerika Serikat.

Sementara analis senior Mitra Andalan Sekuritas kejatuhan IHSG berkaitan dengan kondisi inflasi yang masih konsolidatif, kebijakan suku bunga ke depan yang relatif hawkish, dolar yang cenderung menguat dan perlambatan ekonomi. Menurutnya salah satu faktor terbesar adalah terkait kenaikan Yield Treasury US

Alamsyah menuturkan kinerja keuangan dua big bank melambat sehingga tidak terlalu mempengaruhi keyakinan investor terhadap sektor perbankan.

"Sampai dengan saat ini saham big bank yang telah merilis Laporan Keuangan 3Q2023 yaitu BBCA (+12,15% YoY) dan BBRI (+1,4 % YoY), yang mana menurut saya hal tersebut walaupun masih positif namun relatif dibawah pertumbuhan kinerja rerata beberapa periodik belakangan ini, maka hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat harga saham big bank saat ini (relatif) belum terapresiasi (terlepas faktor perkembangan perekonomian, yield treasury, moneter dan lainnya saat ini)," tutur Alamsyah kepada CNBC Indonesia.

Sementara itu, nilai tukar rupiah semakin tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.915/US$ atau melemah 0,32%. Posisi ini meneruskan pelemahan kemarin (25/10/2023) yang juga terdepresiasi sebesar 0,13% di angka Rp15.865/US$.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.01 WIB menguat sebesar 0,21% menjadi 106,74. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (25/10/2023) yang berada di angka 106,52.


(ras/ras)
Pages