
Sektor Teknologi Rungkad, IPO MSTI Justru Dibandrol Mahal

1. PER IPO MSTI sentuh 109, paling mahal dibandingkan kompetitornya.
2. Penggunaan dana IPO MSTI salah satunya untuk pembayaran hutang ke bank.
3. Sepanjang tahun 2023 sektor teknologi telah terkoreksi sebesar 24%.
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten di sektor teknologi akan kedatangan penghuni baru yakni PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI) yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO) dan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Harga penawaran berada di Rp1.355 hingga Rp1.595 per lembar saham. Penawaran umum dilaksanakan pada 2-6 November 2023. Penjatahan efek dilakukan 6 November 2023 dan pendistribusian saham akan dilaksanakan pada 7 November 2023. Perseroan akan listing pada 8 November 2023.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6,67 juta lot atau dana IPO yang diraih berkisar Rp903,78 miliar hingga Rp1,06 triliun. Market cap setara dengan Rp1,01 triliun hingga Rp1,19 triliun.
Penjamin emisi IPO MSTI adalah Indopremier Sekuritas. IPO MSTI tercatat dalam papan utama. Meskipun masuk dalam papan utama, sayangnya rencana penggunaan dana IPO MSTI salah satunya adalah untuk pembayaran hutang.
Penggunaan Dana IPO
a) Sekitar Rp101.572 juta akan digunakan untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) yang akan jatuh tempo. Per tanggal 31 Juli 2023, total pokok pinjaman kepada Bank OCBC adalah sebesar Rp205.604 juta. Perseroan akan melakukan pembayaran atas sebagian pinjaman kepada Bank OCBC, sehingga saldo pokok pinjaman Perseroan setelah pembayaran dana hasil emisi akan menjadi Rp104.032 juta.
b) Sisanya akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan usaha utama Perseroan termasuk namun tidak terbatas pada pembiayaan kegiatan operasional Perseroan (termasuk pembayaran gaji, pembayaran pembelian perangkat keras, pembayaran pembelian perangkat lunak, pembayaran jasa pihak ketiga, beban operasional lainnya serta biaya-biaya lainnya).
Bisnis
Kegiatan usaha utama sebagai distributor perangkat keras komputer (PC). Perseroan juga menawarkan berbagai solusi Information and Communication Technology (ICT). Perseroan juga menyediakan untuk data center and cloud infrastrucure, enterprise collaboration, digital business management, big data and analytics, dan adaptive security architecture.
Produk serta layanan Perseroan adalah sebagai berikut:
- Layanan Integrasi Infrastruktur IT (System Integration) Layanan Terkelola dan Pengoperasian Sistem IT (Managed Services)
- Layanan Paska Implementasi dan Perawatan Sistem (Service and Maintenance)
![]() |
Kinerja Keuangan
![]() |
![]() |
Penjualan Perseroan dominan ditopang dari penjualan perangkat keras (hardware), kemudian disusul penjualan perangkat lunak (software) dan didorong dari jasa perawatan dan instalasi.
![]() |
Pelanggan Perseroan diatas 10% berasal dari penjualan ke PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan Bank Indonesia. Pada periode April 2023 Telkom berkontribusi sebesar 23,46% terhadap penjualan Perseroan dan Bank Indonesia sebesar 4,88%.
Rasio Keuangan
Harga IPO yang ditawarkan Perseroan terbilang sangat mahal dengan PBV 4 kali, dimana calon investor harus membayar empat kali lebih mahal dari harga kewajarannya.
Margin Perseroan cukup baik dengan menghasilkan hampir 20% per April 2023. Dengan margin tersebut, Perseroan mampu mencatatkan Net Profit Margin (NPM) sebesar 6,67%. Angka NPM ini tidak begitu buruk untuk sektor teknologi.
Return On Equity (ROE) per April 2023 Perseroan mencatatkan 3,87%. Angka ini terbilang sudah berada di ROE rata-rata industrinya, sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersih tidak begitu buruk.
Begitu juga dengan Return On Asset (ROA) per April 2023 Perseroan mencatatkan 2,28% yang dimana sudah berada di rata-rata industrinya. Sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersih tidak begitu buruk.
Untuk Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan terbilang sehat dengan berada di bawah 100%. Hal ini berarti total modalnya jauh lebih besar dibandingkan total hutangnya. Total modal per April 2023 sebesar Rp1,28 triliun, sedangkan total hutangnya per April 2023 hanya Rp893,73 miliar. Sehingga kemampuan dalam membayar kewajiban terhadap modalnya sangat baik.
Dan Cash Ratio (CR) Perseroan sangat likuid dengan CR 240,74%. Hal ini berarti dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar sangat baik.
Kompetitor
Perseroan memiliki beberapa pesaing dari industri yang sama di sektor teknologi. Dari keenam emiten diatas, EDGE dan WIFI mampu menghasilkan margin paling tinggi dibandingkan kompetitornya. EDGE juga mampu mencatatkan NPM tertinggi dengan 25,79%, penghasil laba yang cukup besar di sektor teknologi.
Secara Price Earning Ratio (PER) untuk sektor teknologi dapat dikatakan murah jika berada dibawah PER 15, sehingga ATIC dan MTDL masih murah secara sektoral. Sedangkan IPO MSTI paling mahal dibandingkan kompetitor lainnya.
Prospek Bisnis
Melihat trend saham teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercermin pada IDX Technology, dimana sepanjang tahun 2023 sektor teknologi telah terkoreksi sebesar 24%.
Sektor teknologi sempat naik memuncak pada tahun 2021 dengan kenaikan 102% ketika masa Covid-19 masih menyerang.
Kemudian ketika Covid-19 mulai bisa diatasi dan mereda hingga berubah menjadi masa endemi dan bebas masker, sejak awal tahun 2022 hingga perdagangan kemarin Selasa (24/10/2023), sektor teknologi telah terjun bebas sebesar 56%.
Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2023 mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%.
Sektor teknologi sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga yang dapat memberatkan beban-beban operasionalnya yang berimbas pada tergerusnya laba.
Layak Beli Atau Tidak?
Mahalnya harga IPO yang ditawarkan MSTI membuat harga penawarannya menjadi kurang menarik. Secara sektoral pun nilai PER nya jauh lebih mahal dibandingkan kompetitornya. Selain itu, trend di sektor teknologi masih dalam trend penurunan yang tercermin dari jatuhnya harga indeks pada IDX Technology. Sehingga membuat IPO MSTI layak kurang dikoleksi saat ini.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
