
Sudah Ambles 28%, Begini Ramalan Saham GOTO

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten e-commerce dan ojek-taksi online PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kerap menjadi headline sepanjang pekan lalu seiring aksi jual besar-besaran oleh investor.
Saham GOTO anjlok 10,45% sepekan, menjadi salah satu saham di indeks LQ45 dengan penurunan terbesar, ke Rp60/saham per Jumat (20/10/2023) lalu.
Bahkan, pada perdagangan intraday Senin (16/10/2023) pekan lalu, saham GOTO sempat ambles ke level terendah sepanjang masa (all time low/ATL) Rp54/saham sebelum akhirnya memangkas penurunan menjadi 1,49% ke Rp66/saham di hari itu.
Dalam sebulan, saham GOTO juga sudah ambles 28,3%. Sementara itu awal perdagangan pekan ini, Senin (23/10/2023(, saham GOTO hanya mampu naik tipis 1,66% atau 1 poin ke Rp 61/unit.
Penurunan tajam saham GOTO terjadi seiring perseroan menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng investor strategis lewat skema private placement.
Dalam aksi korporasi ini, GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO di harga pelaksanaan Rp 90/saham.
Selain itu, saham GOTO kembali ambles seiring komisaris dan Co-Chairman GOTO, William Tanuwijaya telah melepas saham Seri A miliknya sebesar 332.220.000 lembar saham atau setara dengan 0,03% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendiri e-commerce Tokopedia tersebut menjual saham GOTO Seri A pada periode 9 hingga 13 Oktober saatharga saham GOTO dibanderol Rp 78,89 per lembar saham. Artinya, transaksi tersebut senilai Rp 26,2 miliar.
Sentimen negatif semakin muncul ke permukaan usai terbitnya keterbukaan informasi yang menyebut, sejumlah pemegang saham pengendali GOTO berniat melego saham perusahaan dalam jangka menengah, termasuk William Tanuwijaya.
Merespons kabar negatif, Direktur Utama GOTO Patrick Walujo pun angkat suara terkait aksi para pemegang saham pengendali melepas kepemilikan sahamnya. Patrick menegaskan bahwa aksi jual saham GOTO itu adalah keputusan pribadi mereka dan tidak berkaitan dengan strategi, kinerja, atau komitmen emiten teknologi itu kepada para pemegang sahamnya.
"Saya ingin menegaskan bahwa keputusan pribadi dari beberapa mantan anggota direksi untuk menjual saham yang dimilikinya tidak menunjukkan kehilangan kepercayaan kepada Perseroan atau prospek bisnisnya," ujar Patrick dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/10/2023).
Arah Saham GOTO
Namun, dalam waktu dekat, harga saham GOTO tampaknya masih berpotensi tertekan lantaran belum mendapatkan katalis baru. Secara teknikal, level support terdekat untuk saham GOTO berada di area 54 dan 53, sedangkan level resistance di 65 dan 70.
Rilis kinerja GOTO per kuartal III-2023 akan menjadi yang dinanti-nanti investor mengingat akhir bulan ini menjadi tenggat penyampaian laporan keuangan kuartal tersebut. Apabila lebih baik dari ekspektasi pasar, tren penurunan saham GOTO mungkin akan tertahan sejenak.
Sejumlah analis menyebut ada perbaikan kinerja GOTO dari sisi bottom line di kuartal ketiga ini. Maklum, dengan kapitalisasi pasar (market cap) yang sebesar Rp72,08 triliun (usai sempat di angka Rp400-an triliun di awal listing), GOTO masih menanggung rugi bersih.
Per semester I-2023, rugi bersih GOTO mencapai Rp7,16 triliun, dengan pendapatan mencapai Rp6,88 triliun.
Analis PT BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, dalam riset terbarunya, misalnya, menilai induk Gojek, Tokopedia, GoTo Financial, dan Goto Logistics ini akan membukukan pertumbuhan nilai transaksi bruto ataugross transaction value(GTV) dari kuartal sebelumnya.
Bahkan, dia memperkirakan GOTO akan meraih pertumbuhan GTV secara qoq, dengan total GTV bersih mencapai Rp 50 triliun per bulan atau sekitar 5% naik qoq. "Kami berharap GOTO dapat memberikan pemulihan nilai GTV dan kami melihat ruang untuk penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran," kata Niko, dalam riset per 6 Oktober 2023.
Secara keseluruhan, BRI Danareksa memperkirakan kenaikan margin kontribusi pada Q3-23 akan mendukung peningkatan EBITDA yang disesuaikan berpotensi di bawah negatif Rp 1 triliun di 3 bulan per September tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa GOTO masih memiliki jarak yang harus ditempuh sebelum mencapai titik impas EBITDA alias EBITDA positif.
Sementara itu, Norman Choong dan Aimee Garibaldi, dua analis dari CLSA, dalam riset 4 Oktober memprediksi pendapatan bersih GOTO bisa mencapai Rp 14,75 triliun, dengan rugi bersih bisa dipangkas menjadi Rp 10,27 triliun.
Analis UOB Kay Hian juga memperkirakan adanya peningkatan kinerja GOTO di kuartal ketiga seiring perusahaan tersebut tengah berupaya mengejar pasar yang lebih besar dan secara bersamaan memperoleh hasil dari strategi peluncuran layanan ramah anggaran.
GoTo juga akan mendapatkan keuntungan dari ditutupnya TikTok Shop di Indonesia yang semakin mendongkrak GTV.
Dengan sejumlah optimisme yang ada, rilis laporan keuangan kuartal III-2023 patut menjadi perhatian dan mungkin bisa menjadi 'obat kuat' jangka pendek untuk saham GOTO.
Namun, yang jelas, jalan menuju profitabilitas (terutama dalam bentuk laba bersih, bukan adjusted EBITDA) masih panjang sehingga tampaknya masih perlu bersabar menunggu uptrend solid dari GOTO.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(RCI/RCI)