Review Sepekan

Terbang! Emas Cetak Rekor Pekan Ini, 2 Hal Ini Pemicunya

Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
21 October 2023 08:33
Emas. (Dok. Pixabay)
Foto: Emas. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar gembira kembali menyelimuti pemilik emas. Harga emas dunia kembali terbang pekan ini di tengah gejolak ekonomi global yang masih terjadi. Memanasnya hubungan Israel-Hamas dan ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan menghentikan kenaikan suku bunganya.

Pekan ini harga emas melesat 2,55% ke posisi US$ 1.981,04 per troy ons. Sementara pada perdagangan Jumat (20/10/2023) harga emas ditutup naik 0,37%. Posisi ini merupakan harga tertingginya sejak 19 Juli 2023 atau 3 bulan terakhir. Sementara, secara bulanan harga emas sudah melesat 7,1% dan naik 8,58% secara tahunan.

Lonjakan harga emas ini masih saja terjadi imbas perang Israel-Hamas yang masih memanas. Gejolak seperti ini membuat orang ramai-ramai membeli emas dengan cepat dan tak heran orang berbondong-bondong membeli emas di tengah kondisi seperti ini, sehingga harganya pun ikut terdongkrak.

Terlebih investor menilai bahwa eskalasi perang tampaknya bakal semakin meluas dan perang bisa berlangsung lama. Dalam perkembangan terbaru,Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan jika perang Israel vs Hamas akan berlangsung lama.

Israel meratakan distrik Gaza utara setelah memberikan peringatan setengah jam kepada keluarga-keluarga untuk melarikan diri, dan menyerang sebuah gereja Kristen Ortodoks di mana orang lain berlindung, karena jelas bahwa perintah untuk menyerang Gaza diperkirakan akan segera diberikan.

"Orang-orang beralih ke emas dan menemukan rasa aman di tengah risiko geo-politik. Jika terjadi eskalasi konflik di Timur Tengah, harga emas akan menembus US$ 2.000," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago yang dikutip dari CNBC International.

Selain karena gejolak yang terjadi di Timur Tengah ini, The Fed tentu menjadi pemicu kenaikan harga emas. Bagaimana tidak, Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, Kamis (19/10/2023) mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi. Namun, tingginya imbal hasil US Treasury akan membuat ekonomi AS mendingin.

Pernyataan ini mengisyaratkan jika The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.

"Inflasi terlalu tinggi dan butuh beberapa bulan untuk membuat keyakinan bahawa inflasi melandai bergerak sesuai target kami. Kita tidak tahu kapan inflasi akan melandai dalam beberapa kuartal ke depan. Jalan untuk menuju ke sana (inflasi rendah) mungkin akan penuh riak dan butuh waktu. Namun, kami tetap berkomitmen untuk membawa inflasi ke 2%," tutur Powell, dalam pidatonya, dikutip dari situs The Fed.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 7,8 % pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 11,5%.

Lantas saja, pernyataan Powell mengindikasikan jika ada risiko dari perlambatan ekonomi ke depan yang dikhawatirkan The Fed. Kondisi ini bisa membuat The Fed mengakhiri kenaikan suku bunga.

Pelaku pasar melihat pernyataan Powell bukan sebagai komen yang hawkish. Sepertinya ada banyak risiko dari outlook ekonomi ke depan dan ini akan menopang harga emas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation