Macro Insight

3 Momok Baru Hantui Ekonomi RI, Termasuk Pilpres

Revo M, CNBC Indonesia
18 October 2023 10:10
Pantas Disetop Jokowi! Puluhan Tahun RI Cuma Bikin Maju China
Foto: Infografis/ Pantas Disetop Jokowi! Puluhan Tahun RI Cuma Bikin Maju China/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia dihantui tiga momok baru dalam bentuk melemahnya harga komoditas, ketidakpastian global, dan kekhawatiran menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Kehadiran tiga momok tersebut sudah tercermin dari pergerakan neraca dagang Indonesia serta aktivitas manufaktur September. Impor Indonesia pada September 2023 mengalami penurunan tajam sebesar 12,45% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$17,34 miliar yang dipicu oleh penurunan nilai impor nonmigas, terutama barang modal.

Impor juga melemah 8,15% dibandingkan Agustus 2023 (month to month/mtm). Impor semua golongan penggunaan barang turun (mtm) baik barang konsumsi, barang modal, dna bahan baku/penolong.
Impor barang modal jeblok 12,27%, impor barang konsumsi jatuh 22,1%, dan impor bahan baku/penolong turun 4,86%.

Secara tahunan, impor barang modal ambles 10,01% sementara impor bahan baku/penolong jeblok 14,83%. Impor barang konsumsi masih naik 4,74% pada September 2023.
Melemahnya impor barang modal dan bahan baku/penolong pada September menjadi hal yang tak biasa.
Pasalnya, impor kedua jenis barang tersebut biasanya sudah menanjak sejak September dan terus naik hingga Desember karena produsen bersiap untuk ekspansi.

Nilai ekspor Indonesia September 2023 mencapai US$20,76 miliar atau turun 5,63% (mtm) dan jeblok 16,17% (year on year/yoy). Pelemahan ekspor disebabkan melandainya harga komoditas serta aktivitas ekonomi mitra dagang.

Bank Central Asia (BCA) dalam laporannya Monthly Economic Briefing dengan judul Trade: Pivoting to consumption? menyatakan terdapat tiga hal yang turut berperan dalam hal ini melemahkan selera dunia usaha untuk berbelanja.

"Tiga ketidakpastian dalam bentuk pelemahan harga komoditas, prospek ekonomi global, dan kekhawatiran pemilu berperan besar dalam melemahnya daya tarik aktivitas bisnis untuk berbelanja," tutur ekonom senior Barra Kukuh Mamia, dalam laporan tersebut.

Barra menambahkan pelemahan impor non-migas bisa dipahami mengingat harga komoditas juga terus melemah. Namun, pelemahan barang impor perlu diwaspadai karena itu menjadi pembalikan arah dari semester I-2023 di mana impor naik. Kondisi tersebut juga menandai pelemahan aktivitas investasi yang lebih luas. 

BCA memperkirakan belanja sektor swasta akan naik menjelang pemilu atau kuartal III dan kuartal IV-2023 tetapi itu belum menyentuh fundamental.
"Dengan sektor bisnis enggan berbelanja maka itu akan memicu pelemahan konsumsi dari swasta dan publik. Pemerintah mungkin harus bertindak lebih jauh (untuk mengerek pertumbuhan) tergantung pada seberapa buruk tekanan harga komoditas global," tulis BCA.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan impor migas September 2023 turun 2,85%, dibandingkan September 2022. Sementara itu, impor nonmigas September 2023 turun 14,46% dibandingkan September 2022 menjadi US$14,01 miliar. Dari sisi nonmigas, impor bahan baku dan barang modal Indonesia mengalami penurunan yang dalam pada September 2023.

"Secara tahunan impor bahan baku/penolong dan barang modal mengalami penurunan terdalam," kata Amalia, Senin (16/10/2023).

Bahan baku, secara tahunan, turun terdalam sebesar 14,83% (year on year/yoy) menjadi US$12 miliar. Sementara itu, barang modal turun 10,01% (yoy) menjadi US$ 1,67 miliar.

Amalia mengungkapkan impor secara kumulatif, Januari-September 2023, turun 8,34% menjadi US$138,76 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$148,44 miliar. 

Menanggapi anjloknya impor, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro menilai perlambatan impor ini lebih disebabkan oleh 'wait and see' dari pengusaha dan investor.

"Iya sebagian karena pemilu, wait and see," ungkapnya kepada CNBC Indonesia. Selain itu, Andry mengatakan penurunan impor bahan baku juga tanda adanya penurunan aktivitas industri pengolahan.

Senada dengan Andry, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan penurunan impor ini terjadi akibat sikap wait and see menjelang pemilu untuk ekspansi kapasitas produksi serta permintaan external yang lemah sehingga ekspansi kapasitas jg terbatas di lakukan industri.

Salah satu alasan penurunan impor barang konsumsi yakni larangan e-commerce untuk menjual barang impor senilai kurang dari US$100 serta penurunan pembelian peralatan listrik, mesin, dan suku cadang kendaraan.

Pelemahan aktivitas bisnis juga tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia. PMI tercatat sebesar 52,3 poin pada September 2023. Angka ini turun sebesar 2,97% dibandingkan pada bulan sebelumnya yang sebesar 53,9 poin. Selain itu, dari sisi konsumsi masyarakat pun tampak terjadi pelemahan pada September.

Keyakinan konsumen Indonesia turun menjadi 121,7 pada September 2023 dari 125,2 pada bulan sebelumnya, yang merupakan angka terendah sejak Desember lalu, karena hampir semua sub-indeks mengalami penurunan.

Selain itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indonesia terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan pun mengalami kemunduran menjadi 131,3 dari periode sebelumnya yang menyentuh angka 135,0.

Hal ini tak lepas dari kondisi dan situasi global yang masih tak menentu. Inflasi yang masih cukup tinggi di Amerika, Eropa, dan negara lainnya, suku bunga yang masih tinggi bahkan cukup tinggi di waktu yang lama, dan pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksikan lebih rendah pada tahun 2024 mencerminkan perilaku masyarakat untuk meminimalisasi konsumsi. Alhasil jumlah impor terus mengalami penurunan dalam beberapa waktu ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation