CNBC Indonesia Research

Emas Berkilau Lagi, Emiten Emas Langsung Senyum-Senyum

Putra, CNBC Indonesia
17 October 2023 08:20
Emas. (Dok. Pixabay)
Foto: Emas. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja sejumlah saham emiten produsen emas melompat di awal pekan, Senin (16/10/2023), seiring harga emas yang rebound pada Jumat pekan lalu (13/10).

Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) memimpin kenaikan dengan melompat 17,22% secara harian ke Rp422/saham pada Senin.

Namun, kenaikan tinggi ARCI tampaknya lebih didorong oleh rumor PT Rajawali Corpora yang dikendalikan Peter Sondakh akan melepas kepemilikan saham mayoritasnya di emiten tersebut.

Kabar itu sudah beredar di kalangan pelaku pasar sejak Jumat pekan lalu (13/10). Pada Jumat, saham ARCI ditutup naik 6,51%. Kemudian, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yang melesat 6,86% usai memerah selama 3 hari beruntun.

Saham emiten BUMN PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga berbalik arah setelah terkoreksi pada Kamis dan Jumat lalu. Saham ANTM naik 2,85% pada Senin.

Saham emiten Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga melompat 2,60%, bersama dengan PSAB (2,38%) dan MDKA (1,96%).

Secara umum, saham emiten emas mulai menggeliat lagi didorong harga emas yang mulai bergerak ke utara lagi setelah tertekan dalam beberapa waktu lalu.

Harga emas pada perdagangan awal pekan ini, Senin (16/10/2023), pukul 05:30 menguat 0,07% di posisi US$ 1.933,11 per troy ons. Akan tetapi, per 17.15 WIB, harga berbalik arah dengan minus 0,92% ke US$ 1.914 per troy ons.

Maklum, harga si logam kuning sempat melompat tinggi di akhir pekan lalu. Harga emas di pasar spot pada Jumat (13/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.931,70 per troy ons. Harganya terbang 3,37%.


Posisi penutupan US$ 1931,70 pada Jumat pekan lalu adalah yang tertinggi sejak 6 Oktober 2023 atau lima hari perdagangan terakhir.

Lonjakan harga emas tersebut membuat sang logam mulia langsung mencetak dua rekor sekaligus.

Pertama, kenaikan terbesar dalam sehari. Harga emas yang melonjak 3,37% sehari merupakan yang terbesar sejak 17 Maret 2023 atau hampir tujuh bulan terakhir.
Pada periode tersebut harga emas terbang 3,58% sehari. Emas melesat setelah AS tengan diguncang oleh krisis perbankan setelah tiga bank AS ditutup yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.

Krisis menjalar ke Eropa dengan ambruknya kinerja Credit Suisse.

Rekor kedua yang dicatat emas pada perdagangan Jumat kemarin adalah kenaikan tertinggi dalam sepekan.

Emas melesat 5,43% dalam sepekan pada pekan lalu. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Maret (13-17 Maret 2023) di mana harga emas terbang 6,43% sepekan.

Prestasi emas pada pekan lalu terbilang sangat luar biasa mengingat emas terpuruk pada awal Oktober tahun ini.Kenaikan emas di atas 3% dalam sehari juga jarang sekali terjadi.
Kenaikan di atas 3% sehari hanya pernah terjadi enam kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yakni pada 3, 23, dan 24 Maret 2020, 4 November 2022, 17 Maret 2023, dan kemarin yakni 13 Oktober 2023.

Emas dan Perang Israel-Hamas

Analis OANDA, Edward Moya, menjelaskan pergerakan harga emas masih akan sangat dipengaruhi perkembangan perang Israel vs Hamas serta di Amerika Serikat (AS).
Emas melesat pekan lalu setelah situasi di Timur Tengah memanas. Emas adalah aset aman yang dicari saat kondisi ekonomi memburuk atau terjadi ketegangan geopolitik.

Moya bahkan memperkirakan harga emas bisa terbang ke level US$ 2.000 jika perang memanas dan meluas.

"Investor ramai-ramai beralih ke aset aman setelah ketegangan di Faza. Ini Jika situasi semakin memburuk maka ada peluang emas akan terbang ke level US$ 2.000 tahun ini. Emas memang masih akan bergerak di level US$ 1.800-1.900 per troy ons tetapi ada kemungkinan melenceng hingga US$ 2.000," tutur Moya, dikutip dari Reuters.

Selain perang, salah satu faktor pendukung lainnya adalah minimnya data-data penting yang dirilis AS pada pekan ini.

Namun, sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menyampaikan pidato dalam beberapa forum, termasuk Chairman The Fed Jerome Powell. Powell dijadwalkan akan berpidato dalam acara Economic Outlook yang digelar oleh the Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, pada Kamis pekan ini (19/10/2023).

Pidato Powell akan menjadi pegangan pelaku pasar untuk memproyeksi arah kebijakan The Fed pada November.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 10,6% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini naik dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 8,1%.

Penopang harga emas lainnya adalah melandainya kekuatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury.

Indeks dolar ada di posisi 106,45 pada Senin sore, turun dibandingkan pada akhir pekan lalu (106,65). Sementara itu, imbal hasil US Treasury melandai ke 4,68% pada Senin sore, dari 4,7% pada pekan lalu.

Melandainya dolar AS akan membuat emas lebih terjangkau untuk dibeli sehingga semakin menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melandainya imbal hasil membuat emas semakin menarik.

Potensi emas menuju level psikologis US$ 2.000 di tahun ini tentu akan menjadi sentimen positif untuk saham emitennya di RI. Hanya saja, investor sebelumnya akan menyimak terlebih dahulu kinerja keuangan per kuartal III-2023 emiten-emiten tersebut.

Kinerja keuangan yang moncer dan ditambah harga emas yang berkilauan tentu akan menjadi dua kabar baik bagi emiten-emiten di atas. Dan begitu pula sebaliknya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation