
Jeratan Saham Kurang LIkuid di Portofolio Dapen

- Aset investasi dana pensiun (dapen) terpantau terjerat saham-saham kurang likuid, ini menyebabkan efek domino mulai dari tunggakan cicil, imbal hasil rendah, hingga terjadi kerugian.
- Ada 70% dari 48 dapen yang dikelola perusahaan pelat merah terindikasi bermasalah.
- Menteri BUMN, Erick Thohir menyatakan telah melaporkan dugaan dapen BUMN bermasalah ke Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk diusut lebih lanjut.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengelolaan dana pensiun di Indonesia dibayangi segudang masalah. Bila dibiarkan berlarut-larut, hal ini akan menjadi bom waktu bagi industri keuangan.
Masih segar di ingatan, bagaimana kasus Jiwasraya dan Asabri membuat ratusan ribu orang susah dan merugikan negara hingga puluhan triliun rupiah. Skandal ini kemudian menjadi pintu masuk bagi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membersihkan perusahaan pelat merah, termasuk pengelolaan dapen.
"Setelah kasus Jiwasraya, saya curiga dan khawatir bahwa ada persoalan yang sama pada dana pensiun BUMN," ujar Erick dalam Konferensi Pers bersama Jaksa Agung ST Burhanuddin di Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (3/10).
Pada saat yang sama, Erick juga menjabarkan ada sekitar 70% atau 34 dari 48 dapen yang dikelola perusahaan plat merah BUMN terindikasi tidak sehat. Dari hasil temuan tersebut kemudian Erick meminta bantuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan Audit Dengan Tujuan Tertentu.
Audit tersebut kemudian dilakukan secara bertahap, pada tahap pertama dilaksanakan pada empat dapen BUMN yang ternyata terkuak ada penyelewengan tata kelola terjadi. Oleh karena itu, Kementerian BUMN menyerahkan laporan empat dapen tersebut ke Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Empat dapen tersebut, di antaranya PT Inhutani (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN, dan ID Food. Total kerugian ditaksir bisa mencapai Rp300 miliar, akan tetapi ini baru perkiraan sementara dan masih potensi lebih besar.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, satu permasalahan utama dapen adalah penempatan dana investasi. Usut punya usut sejumlah dapen menempatkan uang di saham kurang likuid dan bahkan saham yang sudah kena delisting dari Bursa Efek Indonesia.
Berikut beberapa saham yang masuk portofolio dapen BUMN, berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) :
Dari data di atas ada 12 emiten yang harganya terjerembab di Rp50/saham dan PT Agung Semesta Sejahtera Tbk (TARA) yang harganya di Rp10/saham, bahkan ada emiten kertas, PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo (DAJK) yang sudah delisting. Mirisnya, jumlah kepemilikan dari saham-saham tak likuid tersebut cukup besar menyebabkan pengaruhnya cukup besar dalam total portofolio.
Dampaknya, pergerakan potensial gain/loss dalam portofolio akan sangat volatil. Memang dalam jangka pendek ketika tren naik potensial mendapatkan return tinggi memungkinkan, hanya saja saham tidak likuid juga berisiko turun dalam dengan cepat.
Padahal, pada instrumen untuk dana pensiun merupakan investasi yang tujuannya untuk jangka panjang bagi para pensiunan yang ingin menikmati hari tua kelak. Jadi jangka waktunya tak hanya memikirkan jangka pendek tapi bisa puluhan tahun lamanya.
Pemilihan saham pada portofolio yang tidak masuk akal tersebut mengindikasikan tata kelola dapen yang buruk dan analisis aset investasi yang kurang komprehensif.
Memang, hingga kini tak ada ketentuan lebih jelas terkait likuiditas saham yang baik sebagai konstituen portofolio dapen. Akan tetapi, kewajiban dapen membayarkan cicilan pada pensiunan tentu akan selalu terjadi tiap bulan.
Saham yang kurang likuid memiliki karakteristik sulit untuk ditransaksikan, memerlukan waktu yang lebih lama untuk saham tersebut bisa dijual atau bahkan dibeli. Dengan demikian perusahaan dana pensiun tetap perlu mempertimbangkan saham yang likuid beserta kondisi fundamental saham yang baik agar bisa dipegang dalam jangka panjang dan mudah dicairkan.
Tak hanya itu, diperlukan evaluasi berkala agar pemilihan strategi untuk investasi maupun trading guna meraih keuntungan jangka pendek dapat disesuaikan dengan kondisi market agar bisa meraih keuntungan yang lebih optimal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)