
Bedah Segudang Prospek Cerah Emiten BBRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI sukses mencatatkan kinerja keuangan yang apik selama semester I 2023. Prospek bisnis BRI juga tergolong cerah ke depan.
BRI menjadi peraih laba bersih terjumbo di antara perbankan RI, yakni Rp29,42 triliun selama 6 bulan pertama 2023.
Tidak hanya di antara raksasa perbankan, BRI juga merupakan emiten dengan laba terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama semester I tahun ini.
Hal tersebut semakin mengokohkan perolehan laba bersih BRI dari tahun ke tahun, termasuk sejak 2007 hingga paruh pertama 2023.
Bahkan, perolehan laba bersih semester I tahun ini yang mencapai Rp31,07 triliun sudah hampir mendekati laba bersih tahun penuh 2021 yang sebesar Rp31,07 triliun. (Lihat grafik di bawah ini).
BRI berhasil mencatat kinerja impresif pada paruh pertama tahun ini dengan mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk (laba bersih) sebesar Rp 29,14 triliun, naik 18,7% yoy.
Perolehan laba tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih yang naik 1,43% menjadi Rp 65,54 triliun pada semester I-2023.
Seiring dengan peningkatan tersebut, beban bunga BRI juga naik 63,71% menjadi Rp 20,05 triliun. Rasio beban bunga terhadap bunga enam bulan pertama tahun ini pun membengkak jadi 23,42%, dari yang sebelumnya hanya 15,93%.
Pada penyaluran kredit, BRI secara konsolidasi tercatat sebesar Rp 1.202,13 triliun, meningkat 5,54% yoy pada semester I-2023.
Pendorong pertumbuhan kredit BRI adalah segmen mikro. Emiten bersandi BBRI ini mencatat kredit mikro tumbuh double digit 11,41% yoy menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian kredit mikro berkontribusi 48,08% terhadap total penyaluran pembiayaan kepada pihak ketiga.
Total sumbangsih kredit UMKM terhadap portofolio BRI mencapai 84,48%, atau secara nilai mencapai rekor sebesar Rp 1.015,54triliun. Ini menjadi kali pertama kredit UMKM BRI menembus di atas Rp1.000 triliun.
Dengan ini, target BRI untuk mencapai rasio kredit UMKM85% akan tercapai lebih cepat.
Terkait perkembangan Holding Ultra Mikro (UMi), hingga akhir kuartal II 2023 Holding UMi telah berhasil mengintegrasikan lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro dengan didukung 1.013 unit kantor co-location SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro).
Pertumbuhan kredit itu membawa aset BRI naik 9,21% yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun.
Selain itu, penyaluran kredit yang optimal turut membuat cost of credit Bank BRI turun dari semula 3,11% pada triwulan kedua 2022, kini menjadi 2,26% saja di triwulan kedua 2023.
Rasio Keuangan BRI
Pertumbuhan kredit tersebut juga diikuti dengan perbaikan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) grossper Juni 2023 sebesar 3,1% turun 22 basis poin (bps). Kemudian rasio NPLnetturun 10 bps menjadi 0,76%.
Berdasarkan rasio keuangan, bank masih memiliki ruang untuk menyalurkan kredit hingga akhir tahun. Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) BRI sebesar 87,83% dengan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) atau capital adequacy ratio (CAR) 24,65%.
Pertumbuhan kredit yang positif membawa aset BRI naik 9,21% yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) tercatat mencapai Rp 1.245,11 triliun per 30 Juni 2023.
Penopang utama pertumbuhan DPK BRI bersumber pada dana murah (CASA) yang tercatat tumbuh 10,13% yoy menjadi Rp815,42 triliun. Porsi CASA (Giro dan Tabungan) BRI pun terus meningkat, dari sebesar 65,12% pada kuartal II 2022 menjadi 65,49% pada periode yang sama 2023.
Berdasarkan rasio keuangan, bank masih memiliki ruang untuk menyalurkan kredit hingga akhir tahun. Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) BRI sebesar 87,83% dengan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) 24,65%.
Dari segi rasio profitabilitas, return on asset (ROA), yang dihitung menggunakan laba setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset, BRI tumbuh dari 3,11% per 30 Juni 2022 menjadi 3,14% pada 30 Juni 2023.
Metrik penting lainnya, return on equity (ROE), menggunakan perhitungan laba setelah pajak dibagi dengan rata-rata ekuitas, BRI juga meningkat menjadi 18,4% per semester I-2023 dari periode yang saham tahun sebelumnya 17,08%.
Perkuat Sektor UMKM
Di tengah dengan keberhasilan BRI dalam menjaga performa keuangan yang konsisten, BRI terus berkomitmen untuk menguatkan dimensi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) secara menyeluruh dalam seluruh aspek bisnis dan operasional perusahaannya.
Sampai akhir Triwulan II 2023, sekitar 67,2% dari total portofolio kredit BRI, setara dengan Rp732,3 triliun, telah diberikan dalam bentuk kredit yang mengikuti prinsip-prinsip ESG.
Salah satu pilar utama pertumbuhan kredit ESG BRI adalah pemberdayaan UMKM dalam aspek sosial.
Sebagai contoh, program Desa BRILian telah mencakup 2.449 desa di seluruh Indonesia hingga akhir Triwulan II 2023. BRI memberikan berbagai pelatihan kepada desa-desa tersebut, seperti manajemen keuangan, literasi digital, kewirausahaan, komunikasi, dan lainnya.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan perangkat desa, pengurus BUMDes, dan pelaku UMKM di desa-desa tersebut.
Sementara itu, dalam program Klasterku Hidupku, BRI telah memberdayakan 17.418 klaster usaha di seluruh Indonesia. Klaster-klaster ini telah menerima setidaknya 1.155 pelatihan dan literasi, serta 372 bantuan untuk sarana dan prasarana produktif.
Tidak hanya itu, program Rumah BUMN BRI saat ini juga mencakup 54 Rumah BUMN, yang memberikan dukungan kepada lebih dari 400 ribu pelaku UMKM dan telah menyelenggarakan lebih dari 10 ribu pelatihan.
Prospek 2023
BRI optimistis pertumbuhan kredit akan tetap melaju kencang pada semester kedua tahun ini.
Sebagai informasi, pada paruh pertama tahun ini emiten bersandi BBRI tersebut menyalurkan kredit Rp 1.202,1 triliun, naik 8,8% secara tahunan (yoy). Segmen UMKM menyumbang Rp 1.015,5 triliun atau 84,5% dari total pembiayaan.
Pada paruh pertama tahun ini pertumbuhan kredit perusahaan di atas rata-rata industri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran dana perbankan 7,76% yoy.
Direksi mengatakan BBRI masih memiliki ruang untuk menyalurkan kredit lebih agresif pada semester kedua, meski likuiditas industri mengetat.
Sebagaimana diketahui, inflasi yang terjadi di banyak negara membuat berbagai bank sentral mengerek suku bunga acuan. Hal tersebut akhirnya membuat Bank Indonesia juga mengambil kebijakan moneter yang ketat. BI telah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps) menjadi 5,75%, pada periode Agustus 2022 hingga Januari 2023.
Per Juni 2023, rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) BRI sebesar 87,83%, turun 112 bps. Menurut direksi BRI, posisi LDR tersebut belum optimal, sehingga manajemen akan berupaya mengerek kredit agar LDR menyentuh 90%.
BRI menargetkan pertumbuhan kredit masih dapat sesuai dengan target yang telah dipatok sejak awal, yakni 10%-12%, didorong oleh momentum kontestasi politik.
Dalam riset BRI, pertumbuhan kredit akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Penyaluran kredit akan bergerak positif saat konsumsi rumah tangga naik.
Satu tantangan domestikbagi perbankan pada paruh kedua tahun ini adalah tren suku bunga acuan yang tinggi. Pada paruh pertamaBRI telah merasakan dampak yang terlihat dari beban bunga yang melesat 63,7% yoy.
Kendati demikian bisnis bank tetap harus tumbuh di tengah tantangan tersebut. Pada akhirnya bank menjaga margin denganmeningkatkan efisiensi. Pada tahun lalu BRI menjagacost of fund(biaya dana) atauCoF di level 1,9% hingga 1,8%. Tahun ini, CoF bank berada di atas 2 persen.
Selain itu, BRI menyiasati tantangan suku bunga tinggi dengan menjaga rasio dana murah ataucurrent account savings account(CASA). BRI pada semester I 2023 meraup hampir Rp 100 triliun dana murah.
Incar Laba Rp58 Triliun
BRI pada tutup buku tahun ini mengincar laba sebesar Rp 58 triliun hingga Rp 60 triliun. "Kami optimistis target laba Rp 58 triliun bisa kita capai. Itu komitmen kita untuk leverage capital kami yang tinggi," kata Direktur Utama BRI Sunarso pada 12 September lalu.
Sunarso menjelaskan, pada tahun lalu, BRI membidik laba Rp 40 triliun hingga Rp 45 triliun.
Adapun realisasi laba tahun 2022 senilai Rp 51,4 triliun. Dia menjabarkan hingga semester I 2023, BRI telah mengantongi laba Rp 29,56 triliun, naik 18,8% secara tahunan (yoy). Dengan demikian capaian laba paruh pertama tahun ini telah mencapai lebih dari 50% dari target.
Sementara itu, bank membukukan tingkat pengembalian modal ataureturn on equity(ROE) 23,11% dan tingkat pengembalian aset (return on asset/ROE) 3,93%.
Terkait profitabilitas, Sunarso menilai saat ini BRI memiliki ROE lebih dari 20% meski dengan modal yang tambun. Capital adequacy ratio (CAR) bank per Juni 2023 sebesar 26,76% atau jauh di atas ketentuan.
"Jadi ini bank yang saya katakan bank yang sangat jarang di dunia. Modal kuat dan returnya di atas 20%," katanya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/ras)