Bisa Boncos Karena Perang, Israel Kuras Cadev Sampai Rp 470 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank of Israel mengatakan akan menjual cadangan devisa (cadev) hingga US$30 miliar atau sekitar Rp 470,44 triliun (US$1= Rp 15.685) dalam upaya untuk menjaga stabilitas shekel selama perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza.
Pada perdagangan berjalan Selasa (10/10/2023) hingga pukul 06.50 WIB, shekel Israel masih melemah 0,17% di level 3,9506 terhadap greenback, menandai nilai terlemahnya dalam tujuh tahun.
Shekel telah turun 10% terhadap dolar sejauh ini pada tahun 2023, sebagian besar disebabkan oleh upaya pemerintah Israel untuk merombak sistem peradilan.
Pada Senin (9/10/2023), bank sentral Israel merilis pernyataan,"Bank sentral akan beroperasi di pasar pada periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar Shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi dengan baik."
Selain program senilai US$30 miliar, dikatakan bahwa Bank sentral akan menyediakan likuiditas di pasar hingga US$15 miliar melalui mekanisme SWAP, sebuah kontrak derivatif di mana satu pihak menukar arus kas atau nilai satu aset dengan aset lainnya.
Bank Israel akan terus memantau perkembangan, melacak semua pasar, dan bertindak dengan alat yang tersedia jika diperlukan.
Mata uang Israel akan sedikit terdevaluasi karena baik masyarakat Israel maupun asing akan mengurangi paparan mereka terhadap Israel seiring dengan meningkatnya risiko perekonomian negara tersebut.
Pada hari Minggu, indeks acuan TA-35 Israel ditutup turun 6,47% dan membukukan kerugian terbesar dalam lebih dari tiga tahun, sejak Maret 2020. Indeks tersebut naik tipis 0,11% pada jam pertama perdagangannya pada hari Senin setelah pengumuman yang dibuat oleh Bank Dunia. Israel.
![]() |
Adapun, harga saham dan obligasi Israel pada Minggu turun 7% sementara banyak bisnis tutup setelah orang-orang bersenjata Hamas pada hari sebelumnya melancarkan serangan multifront terhadap Israel, menewaskan sedikitnya 800 warga Israel dan menculik puluhan lainnya dalam serangan paling mematikan ke wilayah Israel dalam beberapa dekade.
Israel telah mengumpulkan cadangan devisa lebih dari US$200 miliar, sebagian besar berasal dari pembelian valas sejak tahun 2008 untuk menjaga Shekel agar tidak terlalu menguat dan merugikan eksportir.
Terakhir kali bank melakukan intervensi adalah pada Januari 2022. Cadangan devisa (cadev) Israel sudah jatuh ke US$ 198,56 miliar per akhir September 2023, dari US$ 202,86 miliar per Agustus 2023. Posisi cadev per September 2023 adalah yang terendah sejak Februari 2023 atau tujuh bulan terakhir.
Bulan lalu, Gubernur bank sentral Israel Amir Yaron mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa meskipun pelemahan Shekel mendorong inflasi tetapi bank sentral tidak perlu melakukan intervensi karena tidak ada kegagalan pasar.
Namun, perang akhirnya membuat bank sentral Israel menyerah. Mereka akan menjualcadev demi menjaga stabilitas shekel.
Dunia dikejutkan oleh perang yang meletus antara Palestina dan Hamas pekan lalu. Eskalasi konflik antara Kelompok Militan Islam Palestina yakni Hamas dengan Israel kian meningkat di Jalur Gaza. Serangan balasan dari kedua kubu itu terus berjalan sampai pada Minggu (8/10/2023) pasca pertama kali Hamas melakukan serangannya kepada Israel, Sabtu (7/10/2023).
Pertempuran kedua negara semakin memanas yang akan berimbas kepada perekonomian.
Rusia Juga Menelan Pil Pahit yang Sama pada 2022
Nasib Israel mirip dengan apa yang dialami Rusia setelah menyerang Ukraina pada akhir Februari 2022. Rubel Rusia ambruk 40% hanya tujuh hari setelah Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Rubel jatuh dari RUB 81,15/US$ menjadi RUB 135,5/US$1.
Untuk menahan pelemahan rubel, bank sentral Rusia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan dari 9,5% menjadi 20% pada 28 Februari 2023. Ini adalah yang tertinggi dalam hampir 20 tahun terakhir.
Bank sentral Rusia juga menguras cadev untuk menjaga stabilitas rubel. Cadev turun drastis dari US$ 468,63 miliar per akhir Januari 2022 menjadi US$ 389,95 miliar per akhir September 2022.
Namun, status Rusia sebagai pemasok energi dunia, mulai dari minyak hingga batu bara mampu membuat rubel kembali menguat dan cadev mereka naik.
Langkah Rusia menjual murah minyak dan batu bara mereka ikut membantu menaikkan cadev dan menguatkan kembali rubel. Rubel bahkan mampu menjadi salah satu mata uang dengan penguatan terbesar di dunia pada 2022 yakni sekitar 2,8%.
CNBC Indonesia Research
