IPO WATCH

Ada Risiko El Nino & Dendam Eropa, IPO PTPS Kurang Menarik

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
02 October 2023 10:30
Perkebunan kelapa sawit (The Washington Post via Getty Images)
Foto: Perkebunan kelapa sawit (The Washington Post via Getty Images)
  • Harga IPO PTPS ditawarkan tiga kali lebih mahal dibandingkan harga kewajarannya
  •  Banyak faktor yang mendorong penurunan harga CPO, mulai dari lemahnya permintaan, kebijakan suku bunga, fenomena El Nino hingga kebijakan Uni Eropa
  • Margin per 31 Maret 2023 lebih kecil dibandingkan margin per 31 Maret 2022.

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten di sektor jasa perindustrian akan kedatangan penghuni baru yakni PT Pulau Subur Tbk (PTPS) yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO) dan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Harga penawaran berada di Rp198 hingga R206 per lembar saham. Penawaran umum dilaksanakan pada 3 hingga 5 Oktober 2023. Penjatahan efek dilakukan 5 Oktober 2023 dan pendistribusian saham akan dilaksanakan pada 6 Oktober 2023. Perseroan akan listing pada 9 Oktober 2023.

Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 4,5 juta lot atau dana IPO yang diraih berkisar Rp89,1 miliar hingga Rp92,7 miliar. Market cap setara dengan Rp429,16 miliar hingga Rp446,5 miliar. Penjamin emisi IPO PTPS adalah NH Korindo Sekuritas.

Perseroan bergerak di bidang perkebunan sawit. Harga IPO yang ditawarkan tiga kali lebih mahal dibandingkan harga kewajarannya. Selain itu, masih banyak faktor yang mendorong penurunan harga CPO, mulai dari lemahnya permintaan, kebijakan suku bunga, fenomena El Nino hingga kebijakan Uni Eropa.

Namun, investor dapat melihat sisi kinerja Perseroan hingga prospek bisnis ke depan untuk menentukan layak atau tidaknya IPO PTPS untuk dibeli.

Penggunaan Dana IPO

Penggunaan dana IPO PTPS dibagi menjadi dua:

- 50% digunakan untuk pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) kapasitas 10 ton per jam.
- 50% digunakan untuk modal kerja seperti pembelian Tandan Buah Segar (TBS), pemeliharaan jalan, pembelian traktor dan peralatan produksi.

Kinerja Keuangan

prospektus ptpsFoto: prospektus ptps


Laba bersih tahun berjalan per 31 Maret 2023 Perseroan naik 11,06% menjadi Rp5,99 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,39 miliar.

Kenaikan laba bersih Perseroan didorong oleh meningkatnya pendapatan Perseroan per 31 Maret 2023 sebesar 12,37% menjadi Rp13,84 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp12,32 miliar.

Pendapatan Perseroan 100% dikontribusi dari penjualan kelapa sawit kepada pihak ketiga.

Meskipun pendapatan Perseroan meningkat, sayangnya beban pokok penjualan Perseroan juga meningkat, dapat terlihat pada margin yang didapatkan per 31 Maret 2023 sebesar 35,55%, angka ini lebih kecil dibandingkan dengan margin per 31 Maret 2022 sebesar 54%. Sehingga Perseroan belum dapat melakukan efisiensi pada beban pokok penjualan. Jika Perseroan berhasil melakukan efisiensi pada beban tersebut, maka dapat mendorong Perseroan untuk mendapatkan laba bersih yang lebih besar.

Rasio Keuangan

Harga IPO yang ditawarkan Perseroan tiga kali lebih mahal dari harga kewajarannya, di mana PBV nya berada di angka 3. Dalam menghasilkan margin Perseroan sudah berada di angka yang cukup baik di 35,55%. Angka ini adalah selisih pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.

Dalam menghasilkan laba bersih Perseroan juga berada di angka yang cukup tinggi dengan menghasilkan Net Profit Margin (NPM) 43,28% hingga 31 Maret 2023.

Dalam mengelola modal terhadap laba bersih Perseroan dinilai cukup sehat dengan Return On Equity (ROE) 11,10%.

Begitu juga dalam mengelola aset terhadap laba bersih Perseroan dinilai cukup sehat dengan Return On Asset (ROA) 7,88%.

Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan berada di angka yang sehat di bawah 100%. Hal ini berarti kemampuan Perseroan dalam membayar kewajiban terhadap modal cukup sehat. Dimana total modal Perseroan per 31 Maret 2023 sebesar Rp54 miliar, sedangkan total hutang Perseroan per 31 Maret 2023 sebesar Rp22 miliar.

Namun likuiditas Perseroan berada di angka yang kecil dengan Current Ratio (CR) 75,01%. Hal ini berarti dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar kurang baik.

Kompetitor

Emiten-emiten di perkebunan sawit dominan masih memiliki PBV di bawah satu yang berarti harganya sangat murah alias undervalued, sedangkan IPO PTPS memiliki PBV tiga sehingga membuatnya lebih mahal dibandingkan para kompetitornya.

Sedangkan secara sektoral atau Price Earning Ratio (PER) di industri perkebunan sawit dapat dikatakan murah jika di bawah PER 24, sehingga dari seluruh emiten sawit di atas hampir semua murah secara sektoral kecuali SIMP yang sudah berada di harga wajarnya secara sektoral.

Bisnis

PT Pulau Subur Tbk (PTPS) bergerak di bidang perkebunan sawit. PTPS berdiri sejak tahun 1980 yang memiliki lahan perkebunan Kelapa Sawit pada dua lokasi yaitu : Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin dan Desa Sukadarma, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Palembang, Sumatera Selatan.

Hingga saat ini pengembangan kelapa sawit Perseroan dengan total luas izin lokasi sebesar 1.180,39 Ha dengan total luas lahan 1.205,52 Ha. Jumlah produksi Ha/tahun 2022 sebesar 30.059 ton Tandan Buah Segar (TBS). Dapat dijabarkan luas lahan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Perseroan adalah sebesar 94,89 Ha atau sebesar (8,70%) dan luas lahan Tanaman Menghasilkan (TM) 995,75 Ha (94,89%).

Prospek Bisnis

Harga CPO masih berada di area sideaway MYR 3500 hingga MYR 4000. Selain masih lemahnya permintaan, sentimen negatif CPO masih dihantui oleh penguatan dolar AS yang menambah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar akan terhambat oleh bank sentral besar yang mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Bank Dunia pun memprediksi rata-rata harga minyak sawit sepanjang 2023 akan mencapai US$ 980 per ton, jauh lebih rendah dibanding 2022 yang rata-ratanya US$ 1.276 per ton.

Bank Dunia menyatakan ada sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi harga minyak sawit di masa mendatang, seperti fenomena cuaca El Nino dan kebijakan Uni Eropa. Bank Dunia menyebutkan bahwa kebijakan anti-deforestasi baru dari Uni Eropa menjadi faktor risiko jangka panjang bagi industri pertanian dan perkebunan, termasuk minyak sawit. Pasalnya, kebijakan tersebut melarang negara-negara Uni Eropa untuk mengimpor komoditas hasil pertanian dan perkebunan yang tidak memenuhi standar keberlanjutan.

Layak Beli atau Tidak

Harga IPO PTPS yang ditawarkan tiga kali lebih mahal dibandingkan harga kewajarannya. Bahkan melihat dari para kompetitornya yang jauh lebih murah dibandingkan harga saham IPO yang ditawarkan oleh PT Pulau Subur Tbk (PTPS).

Banyaknya faktor negatif yang masih mendorong penurunan harga CPO, mulai dari lemahnya permintaan, kebijakan suku bunga, fenomena El Nino hingga kebijakan Uni Eropa. Hal-hal ini lah yang membuat sektor sawit saat ini belum menarik, sehingga IPO PTPS belum menarik untuk dikoleksi.

Sebagai catatan, hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia memang tegang oleh langkah blok tersebut untuk membatasi impor komoditas yang terkait dengan deforestasi. Salah satu yang diincar adalah sawit.

Uni Eropa juga tengah melakukan penyelidikan apakah biodisel Indonesia menghindari bea UE melalui China dan Inggris. Penyelidikan mengikuti permintaan awal dari Dewan Biodiesel Eropa, sebuah asosiasi produsen Eropa.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation