
5 Saham Bank Raksasa Anjlok, Mana Terparah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan kredit perbankan lanjut bergerak naik. Kredit perbankan hingga Agustus 2023 tumbuh 9,06% secara tahunan (yoy). Angka ini meningkat lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya tercatat naik 8,54% secara tahunan (yoy).
Pertumbuhan ini sudah memasuki target BI, yakni rentang 9%-11%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa peningkatan ini terjadi pada seluruh sektor.
Secara rinci, Perry menyebutkan pertumbuhan kredit ditopang kinerja jasa sektor perdagangan dan jasa sosial. Menurutnya, pertumbuhan ini konsisten dengan sumber-sumber di Indonesia yang didukung sektor tersier khususnya sektor jasa.
Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, pembiayaan perbankan syariah juga juga tumbuh tinggi atau 14,52% yoy. Kemudian, Perry menyebut kredit UMKM juga membaik mencapai 8,90% yoy, didorong segmen mikro.
Namun peningkatan kredit perbankan hingga periode Agustus ini belum menjadi sentimen positif untuk beberapa saham perbankan dengan market cap besar. Beberapa perbankan ini mengalami penurunan kinerja harga saham selama sebulan.
Saham BTPS Jatuh Akibat Kinerja Anjlok
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) harus mencatatkan penurunan harga saham dalam sebulan sebesar 11,36%. Penurunan harga saham tersebut sejalan dengan penurunan kinerja Perseroan hingga Agustus 2023 yang telah dirilis di website BTPN Syariah. PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) membukukan laba bersih (segmen bank saja) sebesar Rp 915 miliar hingga Agustus 2023. Hasil laba bersih ini berada di bawah perkiraan.
Laba bersih BTPS turun 22% secara tahunan (yoy). Laba operasi pra pencadangan (PPOP) khusus bank BTPS masih tumbuh sebesar 7% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,2 triliun hingga Agustus 2023. Kenaikan ini disebabkan basis pinjaman yang lebih tinggi dan pendapatan non-bunga.
Pertumbuhan pinjaman bank pada Agustus 2023 meningkat 6% secara tahunan (yoy) dan turun 1% secara bulanan (mom). Sementara pertumbuhan simpanan naik 11% secara tahunan (yoy) dan naik 2% secara bulanan (mom).
Basis CASA turun 2% secara tahunan (yoy) dan turun 5% secara bulanan (mom). Sedangkan term deposito naik 15% secara tahunan (yoy) dan naik 5% secara bulanan (mtm).
Saham BBYB Longsor 8,52%!
Kemudian terdapat bank digital yang mencatat penurunan harga saham dalam sebulan yakni PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB). Bank digital ini mencatat penurunan harga saham 8,52% dalam sebulan.
Diketahui pada Senin (4/9/2023), Gozco Capital mulai mengurai kepemilikan saham di Bank Neo Commerce (BBYB). Gozco diketahui menjual 50 juta saham perseroan. Transaksi divestasi tersebut dibantu oleh Semesta Indovest Sekuritas.
Disisi lain, BBYB akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru. Pelaksanaan HMETD bertujuan agar bank selalu mengembangkan usaha.
Saham ARTO Ambles 8,68%
Bank digital lainnya yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga mencatatkan penurunan harga saham dalam sebulan sebesar 8,68%. Kolaborasi antara PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) membawakan hasil yang cukup baik, meskipun dari sisi kinerja harga saham belum dapat mendongkrak saat ini, namun sekitar 35% nasabah BBYB yang mencapai 8,3 juta, dikontribusikan oleh ekosistem GoTo.
Dari sisi funding pun kontribusinya cukup bagus dan terus meningkat. Dengan sekitar 2,9 juta nasabah Bank Jago merupakan akuisisi dari para pengguna di ekosistem GOTO.
Hingga semester I 2023, penyaluran kredit dan pembiayaan Bank Jago sudah mencapai Rp 11,2 triliun atau melonjak 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan pertumbuhan kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago juga tumbuh pesat 65 persen, dari Rp 6,1 triliun menjadi Rp 10,1 triliun.
Habis Rekor Saham BBRI Tekor
Penurunan harga saham perbankan juga terjadi pada bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dalam sebulan harga saham BBRI turun -5,36%. Namun secara kinerja Perseroan masih cukup baik.
BRI optimistis memacu kinerja di sisa tahun ini. Sejumlah faktor menjadi pendorong optimisme tersebut, diantaranya adalah fundamental kinerja perseroan hingga kondisi ekonomi yang lebih baik.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa BRI memproyeksikan pertumbuhan kredit akan berada di kisaran 10%-12%. Saat ini, BRI memiliki permodalan kuat dengan Return on Equity (ROE) yang tinggi. ROE BRI berada di level 20,01%, kemudian Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,76%. CAR tersebut menurutnya adalah hal yang perlu direspons dengan tepat karena merupakan salah satu tantangan mewujudkan pertumbuhan berkualitas.
ROE tersebut tumbuh sekitar 2,5% secara tahunan (yoy) dari 17,48%, sedangkan CAR bertumbuh 1,6% secara tahunan (yoy) dari 25,06%. Dengan kemampuan yang baik dalam mengelola permodalan tersebut, manajemen Perseroan optimistis mampu merealisasikan target pertumbuhan pada akhir 2023.
Hingga akhir Agustus 2023, aset kelolaan Bank Kustodian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menembus Rp 1.000 triliun. Peningkatan aset kelolaan ini didukung dengan penambahan jumlah kerjasama baru dan pertumbuhan aset kelolaan dari nasabah existing.
Kinerja BRIS Apik Sahamnya Miris
Dan penurunan harga saham juga terjadi pada saham syariah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dalam sebulan harga saham BRIS terkoreksi 3,86%.
Meski harga sahamnya terkoreksi, BRIS masih mencatatkan kinerja yang ciamik hingga semester II 2023. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berhasil mencatatkan kinerja solid pada kuartal II 2023. Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 32,41% menjadi Rp 2,82 triliun.
Sejumlah faktor yang mendorong capaian positif tersebut, di antaranya pertumbuhan pembiayaan berkualitas serta dana pihak ketiga (DPK) yang bergerak positif. Hingga Juni 2023, BRIS telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 221,90 triliun atau tumbuh 16% secara tahunan (yoy). Adapun pertumbuhan ini didominasi oleh segmen ritel dengan porsi pembiayaan sebesar Rp 158,38 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana, BSI mencatatkan DPK sebesar Rp 252,52 triliun pada kuartal II 2023. DPK didominasi produk tabungan yang mencatatkan kontribusi sebesar Rp 110,93 triliun.
Berkat capaian tersebut, porsi current account saving account (CASA) yang didominasi dana murah sebesar 59,93% semakin membaik. Penerapan governance, risk, and compliance (GRC) yang kuat juga menjadi salah satu kunci capaian positif perseroan sepanjang 2023.
Kemudian, BRIS terus berinovasi dan memperluas sinergi untuk mengembangkan berbagai solusi pembiayaan yang dibutuhkan masyarakat dan mendorong pengembangan ekosistem ZISWAF. Salah satunya melalui produk griya dan mitraguna.
Keseriusan BRIS dalam mengembangkan wakaf produktif diimplementasikan melalui skema pembiayaan griya dan mitraguna bagi pegawai salah satunya pegawai PLN.
BRIS berkomitmen untuk menjadikan pembiayaan griya dan mitraguna ini memiliki added values yang sustainable baik dari sisi financial maupun sustainable finance melalui penguatan instrumen wakaf.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/ras)