Amerika & Eropa Ramai-Ramai Tenggelamkan Harga Batu Bara

mae, CNBC Indonesia
21 September 2023 07:55
Labourers load coal on trucks at Bari Brahamina in Jammu May 20, 2010. REUTERS/Mukesh Gupta/Files
Foto: REUTERS/Mukesh Gupta/Files

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara jeblok setelah melaju kencang tiga hari. Melansir Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober pada perdagangan Rabu (20/9/2023) ditutup di posisi US$164,5 per ton. Harga batu bara ambruk 2,23%.

Pelemahan ini memutus tren positif harga pasir hitam yang melaju kencang selama tiga hari perdagangan sebelumnya.

Harga batu bara melemah karena aksi profit taking, masih hawkishnya kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS) serta proyeksi melemahnya permintaan.

Suhu musim gugur yang akan lebih 'mild' atau bersahabat diperkirakan membuat permintaan energi melandai, termasuk gas dan batu bara.

"Suhu udara selama Oktober hingga Desember relatif mild. Suhu beberapa wilayah bahkan di atas normal pada November. El Nino akan membuat permukaan laut di Atlantik lebih hangat," tutur Steve Silver, ahli meteorology dari Maxar, dikutip dari Montel News.

Dengan suhu yang lebih bersahabat maka pasokan gas diperkirakan akan terjaga. Pasokan akan berkurang sekitar 10% jika suhu turun secara drastis.
Pasokan gas Eropa saat ini ada di kisaran 94,2%.
Dengan harga gas yang terjaga maka kemungkinan harga batu bara naik menjadi mengecil karena kedua komoditas energi tersebut saling bersaing.

Harga batu bara juga melemah karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi masih hawkish ke depan. The Fed memang menahan suku bunga di level 5,25-5,5% pada Rabu kemarin.

Namun, The Fed mengisyaratkan adanya kenaikan lagi ke depan. Dengan suku bunga yang masih akan naik maka ekonomi AS dan global bisa tertahan sehingga permintaan akan komoditas melandai.

Faktor suhu dan kebijakan suku bunga lebih mendorong harga batu bara kemarin dibanding sentimen positif dari China. Impor batu bara China melonjak hingga 44,3 juta ton pada Agustus 2023, rekor tertingginya sepanjang sejarah. Volume impor melewati rekor sebelumnya yang tercatat pada Januari 2020 (43,56 juta ton).

Lonjakan impor terjadi karena produksi dalam negeri yang berkurang sementara permintaan meningkat.

Libur panjang ini akan mendorong Negeri Tirai Bambu menambah pasokan sebagai upaya mencegah kekurangan persediaan. Hari libur akan mendorong peningkatan permintaan, sehingga industri akan memaksimalkan kapasitas produksi yang akan mendorong kebutuhan listrik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation