Newsdata

Pengumuman Fed: Rupiah Ambruk, Mata Uang Ini Malah Perkasa

rev, CNBC Indonesia
20 September 2023 11:30
FILE PHOTO: A U.S. one-hundred dollar bill (C) and Japanese 10,000 yen notes are spread in Tokyo, in this February 28, 2013 picture illustration. REUTERS/Shohei Miyano/File Photo
Foto: REUTERS/Shohei Miyano

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian mata uang Asia dan global mengalami pelemahan sedangkan sisanya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (20/9/2023). Hal ini terjadi menjelang rilis data suku bunga AS pada Kamis (21/9/2023) pukul 01.00 WIB.

Dilansir dari Refinitiv, pukul 10.17 WIB, pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh baht Thailand yang melemah 0,53% terhadap dolar AS secara harian. Sedangkan rupiah Indonesia terpantau melemah 0,12% dan yuan China hanya melemah 0,02%.

Sementara mata uang global direpresentasikan oleh euro dan pound sterling yang masing-masing mengalami penguatan 0,02% bagi euro dan pelemahan 0,05% bagi pound sterling. Lebih lanjut, mata uang Asia yang mengalami penguatan tertinggi ditempati oleh rupee India yang terapresiasi sebesar 0,05%.

Indeks dolar AS (DXY) sejak 14 September terus mengalami depresiasi dari 105,40 menjadi 105,20 pada 19 September dan pada 20 September kembali melemah ke posisi 105,14.

Pergerakan mata uang yang mix/bervariasi ini terjadi akibat sikat wait and see pasar perihal bank sentral AS (The Fed) yang akan merilis suku bunganya pada Kamis (21/9/2023) dini hari waktu Indonesia.

Pengumuman The Fed menjadi yang paling banyak ditunggu para pelaku pasar di dunia pada hari ini, mengingat besarnya pengaruh AS dalam perekonomian global dan selaku negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya. Hal ini dibuktikan dengan prediksi pasar dalam CME FedWatch Tool yang mencapai probabilitas 99%, nyaris 100%.

Jika The Fed tidak menaikkan suku bunganya, maka The Fed semakin memperpanjang tren suku bunga di posisi 5,25-5,50% seperti pada Juli 2023.

Dengan suku bunga AS yang tidak dinaikkan akan meminimalisir tekanan bagi mata uang Asia maupun global lainnya dan mencegah terjadinya capital outflow yang berlebihan yang berujung pada lemahnya mata uang Asia dan global.

Selain suku bunga, investor juga akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan jalur suku bunga di masa depan.

Terlebih, data ekonomi AS terus-menerus memberikan kejutan positif, yang berarti para pejabat The Fed perlu mengubah pandangan mereka yang melihat pertumbuhan hampir mati, terutama meningkatnya pengangguran dan hanya sedikit perbaikan dalam inflasi.

Mengingat gambaran yang lebih cerah tersebut, para pengambil kebijakan The Fed mungkin tidak akan menaikkan suku bunga kebijakan lebih jauh. Mereka hanya belum siap untuk mengatakannya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation