Review Sepekan

Asing Bawa Kabur Duit Rp 5 Triliun, Rupiah pun Tersungkur

mae, CNBC Indonesia
16 September 2023 12:00
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah tersungkur di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Masih panasnya data ekonomi AS membuat investor kabur sehingga rupiah jeblok.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (15/9/2023), nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp 15.350/US$1. Nilainya tidak bergerak dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sepekan, nilai tukar rupiah ambles 0,19%. Pelemahan ini memperpanjang derita rupiah yang juga jeblok 0,56% pada pekan sebelumnya.

Rupiah dalam tekanan hebat setelah data-data ekonomi AS masih panas,, seperti inflasi dan klaim pengangguran. Data tersebut membuat pelaku pasar meyakini bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) belum akan melonggarkan kebijakannya.

Kondisi ini membuat investor asing memilih kabur dari Tanah Air dengan menjual aset berdenominasi rupiah dan membeli aset berdenominasi dolar.

Hal ini tercermin dari indeks dolar yang sempat menembus 105,41 atau tertinggi sejak awal Maret tahun ini.

Data Bank Indonesia (BI) berdasarkan transaksi pada 11-September 2023, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 4,45 triliun atau hampir Rp 5 triliun. Net sell pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 3,98 triliun sementara pada pasar saham senilai Rp 0,47 triliun.

Net sell ini lebih kecil dibandingkan pada awal September (4-7 September) yang mencapai Rp 7,57 triliun. Artinya, sepanjang September net sell sudah mencapai Rp 11 triliun lebih.

Data Kementerian Keuangan mencatat kepemilikan asing pada SBN per 13 September Rp 838, 89 triliun atau 15,28%. Angkanya lebih kecil dibandingkan Rp 846,3 triliun atau 15,37% per Agustus 2023.

Asing memilih kabur karena adanya proyeksi The Fed masih akan hawkish setelah data ekonomi AS bergerak di bawah ekspektasi pasar.

AS mengumumkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% YoY. Inflasi tersebut adalah yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Namun, inflasi inti melandai sesuai ekspektasi ke 4,3% YoY dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 4,7%.

Data klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir 9 September 2023 naik ke 220.000 dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217.000. Nilai tersebut masih berada di bawah ekspektasi pasar yang proyeksi bisa naik ke 225.000.

Kemudian ada data penjualan ritel AS untuk periode Agustus 2023 tumbuh 0,6% secara bulanan (MoM) dibandingkan sebelumnya sebesar 0,5% MoM.

Sementara itu data inflasi untuk produsen atau producer price index (PPI) periode Agustus 2023naik 1,2% (yoy), lebih panas dibandingkan konsensus sebesar 1,2% dan bulan sebelumnya sebesar 0,8%.

Data-Data ekonomi AS sebenarnya mendukung The Fed untuk melanjutkan kebijakan ketatnya. Namun, market sepertinya sudah priced in dengan kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pekan depan sehingga kekhawatiran mereda dan emas pun menguat.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 99% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan pekan depan.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang hanya 97%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation