
Raja Cuan Dagang RI: Jokowi, SBY Atau Soeharto?

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca dagang membukukan surplus sepanjang 40 bulan terakhir. Catatan surplus menjadi yang terbaik selama era Presiden Joko Widodo(Jokowi) bahkan salah satu yang terpanjang dalam sejarah Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Agustus 2023 mencapai US$ 3,12 miliar. Surplus jauh lebih tinggi dibandingkan pada Juli yang tercatat US$ 1,29 miliar.
Surplus pada Agustus memperpanjang pencapaian positif pada neraca perdagangan Indonesia. Surplus kini sudah menyentuh 40 bulan beruntun yakni dari Mei 2020 hingga Agustus 2023.
Pencapaian ini terbilang luar biasa mengingat neraca dagang Indonesia pada 2018 hingga 2019 lebih kerap diwarnai defisit. Pada periode Juli 2018-Januari 2020, neraca dagang mencatat defisit 13 kali defisit dan lima kali.
Panjangnya surplus selama 40 bulan terakhir disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya adalah melambungnya harga batu bara dan CPO serta komoditas lain setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022.
Sebaliknya, impor jeblok setelah pandemi Covid-19 menghantam Indonesia.
Namun, pencapaian Jokowi masih kalah dibandingkan dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Surplus perdagangan pernah mencapai 42 bulan di era SBY yakni Oktober 2004 hingga Maret 2008.
Pencapaian tersebut adalah yang terpanjang dan terbaik dalam satu periode pemerintahan presiden pasca reformasi. Surplus ditopang oleh melambungnya harga komoditas di era booming komoditas pada 2010-2012.
Surplus terpanjang yang dicatat Indonesia adalah selama 153 bulan yang terbentang dari Juli 1995-Maret 2008. Periode tersebut terbentang dari periode pemerintahan Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputri.
Presiden Soeharto yang memerintah selama 32 tahun di Indonesia pernah mencatatkan surplus panjang selama 91 bulan pada periode Agustus 1975 hingga Februari 1983.
Siklus tersebut adalah yang terpanjang selama sejarah Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH