Newsletter

Siaga 1! Badai Ekonomi Bisa Datang dari AS dan Eropa Hari Ini

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 September 2023 06:00
Ilustrasi Wall Street. (AP/J. David Ake)
Foto: REUTERS/Francois Lenoir

Bursa AS Wall Street mengakhiri perdagangan dengan beragam pada Rabu (13/9/203). Indeks Dow Jones melemah 0,2% atau 70,46 poin ke 34.575,53.
Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,29% atau 39,97 poin ke 13.813,59 dan indeks S&P 500 menanjak 0,12% atau 5,54 poin ke 4.467,44.

Penutupan pada perdagangan kemarin masih lebih baik dibandingkan hari sebelumnya di mana tiga indeks semuanya anjlok.

Indeks Dow Jones melemah setelah AS mengumumkan data inflasi kemarin. Sementara itu kenaikan Nasdaq dan S&P ditopang penguatan beberapa saham. Saham Tesla (TSLA) menguat 1,43% sementara Amazon (AMZN) terbang 2,56% kemarin. 

Pergerakan Wall street dibayangi rilis data inflasi AS pada periode Agustus. AS mengumumkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% YoY. Inflasi tersebut adalah yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Ketenagakerjaan AS dari dikutip Trading Economics, Rabu (13/9/2023) kenaikan inflasi tersebut menjadi yang kedua kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan indeks harga konsumen (IHK).

Nilai inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang proyeksi naik sebesar 3,6% YoY. Sementara inflasi inti berhasil melandai sesuai ekspektasi ke 4,3% YoY dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 4,7%.

Namun, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh di atas target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di angka 2%.

Bursa wall street yang ditutup beragam dengan mayoritas menguat pasca rilis data inflasi yang semakin memanas  menjadi satu fenomena yang di luar kebiasaan. Pasalnya, bursa biasanya langsung kompak merah saat inflasi di laur ekspektasi.

Pelaku pasar masih perlu memantau efek domino selanjutnya yang potensi terjadi di kemudian hari mengingat masih ada pertemuan the Fed pada pekan depan.

"Data inflasi membuat kita sulit mengatakan jika inflasi akan melandai. Pasar selama ini tidak menangkap adanya perubahan sikap dari The Fed. Kemungkinan The Fed baru akan berubah di November," tutur Vincent Reinhart, analis dari Dreyfus and Mellon, dikutip dari Reuters.

Nilai inflasi yang masih naik akan menjadi pertimbangan cukup kuat bagi the Fed untuk melanjutkan kebijakan ketatnya. Kendati begitu, pemikiran pelaku pasar juga sepertinya mulai berubah lebih forward looking dari yang sebelumnya seberapa besar kenaikan suku bunga menjadi seberapa lama bank sentral AS akan memberikan jeda.

Hal tersebut juga semakin didukung dengan data yang ditunjukan CME Fedwatch Tool yang mengukur peluang suku bunga akan ditahan pada level 5,25% - 5,50% sudah semakin dominan, mencapai 97%.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular