
Libur Nasional 2024 Ada 27 Hari, IHSG Terancam Buntung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah baru saja mengumumkan hari libur nasional dan cuti bersama 2024. Totalnya adalah 27 hari, tetapi jika menyertakan pemilihan presiden (Pilpres) maka, bisa menjadi 29 hari.
"Untuk 2024, pemerintah memutuskan jumlah 27 hari libur nasional dan cuti bersama, terdiri dari libur nasional 17 hari dan cuti bersama 10 hari," kata Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dalam konferensi pers, SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024, Selasa (12/9/2023).
Libur panjang ini seringkali diantisipasi oleh masyarakat sebagai waktu untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga, atau pergi berlibur.
Namun, bagaimana dampak dari libur terhadap performa pasar saham, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
Biasanya, libur nasional dan cuti bersama yang paling panjang terjadi ketika Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Untuk itu, mari kita sedikit simak pengaruh libur panjang ini terhadap IHSG.
Selama 2024 mendatang, akan ada hari libur nasional untuk merayakan idul Fitri selama 2 hari (10-11 April 2024) dan ditambah dengan cuti bersama lebaran (8, 9, 12, 15 April).
Menurut catatan historis selama 5 tahun belakangan, IHSG bisa dibilang cenderung melemah sehari sebelum cuti bersama lebaran.
Pada Ramadan 2018, misalnya, IHSG ditutup melemah 1,85% pada 8 Juni 2018. Kemudian, pada hari terakhir bursa jelang lebaran pada 2020 dan 2021 secara berturut-turut IHSG ditutup memerah minus 0,06% dan 0,63%.
Hal tersebut bisa dipahami lantaran ada kecenderungan investor mengambil keuntungan (taking profit) dan bersih bersih portofolio jelang libur lebaran.
Kendati demikian, kecenderungan tersebut tidak begitu kuat lantaran IHSG berhasil naik 1,72% pada hari terakhir sebelum libur lebaran 2019 dan 0,45% pada 2022, serta 0,50% pada 2023.
Sementara, IHSG cenderung menguat pada hari pertama pasca Lebaran.
Pada periode 2014-2023 atau 10 tahun terakhir, IHSG ditutup di zona hijau sebanyak tujuh kali pasca Lebaran dan hanya tiga kali melemah.
Pelemahan terjadi pasca Lebaran 2018, 2021, dan 2022.
Pada periode pra-pandemi, ada kecenderungan IHSG ditutup menghijau setelah Lebaran.
Namun, nasib buruk IHSG justru terjadi pasca pandemi. Dalam dua tahun IHSG selalu melemah setelah libur panjang Lebaran.
Pada 2021, IHSG langsung ambruk 1,76% pasca libur Lebaran sementara pada 2022 anjlok 4,42%.
Apabila melihat data di atas, tidak ada tren konsisten dalam pengaruh libur Lebaran terhadap IHSG. Pengaruhnya tampaknya cenderung bervariasi dari tahun ke tahun.
Ada baiknya perlu juga mengingat, selain faktor musiman, terdapat pula banyak faktor yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG, termasuk faktor-faktor ekonomi global dan domestik, serta sentimen pasar.
Kendati demikian, kita bisa melihat gambaran umum, baik pengaruh positif atau negatif libur panjang terhadap IHSG.
Pengaruh Positif
1. Kesenjangan Pasar Saham Global
Libur panjang di Tanah Air seringkali tidak bersamaan dengan libur di pasar saham global. Ini dapat menciptakan kesenjangan antara pasar saham Indonesia dan pasar saham global.
Ketika pasar saham global sedang libur, IHSG mungkin tetap bergerak karena perdagangan saham Indonesia hanya terbuka untuk investor domestik.
Hal ini dapat menciptakan peluang bagi investor untuk merespons peristiwa global setelah libur selesai, yang dapat menghasilkan lonjakan IHSG.
2. Volume Transaksi yang Mini
Menjelang atau sesaat pasca libur panjang, volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung menurun karena banyak pelaku pasar yang sedang menjauh dari pasar atau melakukan aksi profit taking.
Penurunan volume perdagangan ini dapat menciptakan volatilitas yang tinggi dalam IHSG.
Pengaruh Negatif
1. Ketidakpastian Pasar
Libur panjang seringkali menciptakan ketidakpastian di pasar. Ketidakpastian ini dapat mendorong investor untuk menjual saham mereka sebelum libur dimulai atau bahkan untuk menghindari berinvestasi selama periode libur.
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan IHSG karena penawaran saham meningkat, sedangkan permintaan menurun.
2. Dampak Berita Negatif
Selama libur panjang, berita atau peristiwa negatif yang mempengaruhi ekonomi atau perusahaan dapat terjadi. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan IHSG ketika pasar dibuka kembali setelah libur.
Selain pemaparan di atas, bisa dibilang, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dampak libur terhadap IHSG.
Pertama, karakteristik libur. Tidak semua libur panjang memiliki dampak yang sama pada IHSG. Libur yang terkait dengan peristiwa keagamaan atau budaya mungkin memiliki dampak yang berbeda dibandingkan dengan libur yang terkait dengan libur nasional.
Sebagai contoh, libur panjang yang terkait dengan perayaan tahun baru Imlek dapat memiliki dampak yang berbeda karena keterkaitannya dengan pasar regional.
Kedua, sentimen pasar juga dapat memainkan peran penting dalam pengaruh libur panjang terhadap IHSG.
Jika investor memiliki pandangan positif terhadap masa depan ekonomi Indonesia, mereka mungkin lebih cenderung untuk tetap berinvestasi sebelum atau pasca libur panjang. Sebaliknya, jika ada ketidakpastian politik atau ekonomi, sentimen pasar dapat menjadi negatif.
Yang terang, seperti dijelaskan di atas, investor sebaiknya tetap perlu lebih memperhatikan fundamental hingga sentimen, entah itu kabar dari dalam maupun luar negeri, sebagai pedoman untuk melihat IHSG.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/ras)