
Seribu Jurus China Buat Yuan Perkasa, Akankah Sia-Sia?

- Nilai tukar yuan terhadap dolar AS melemah lebih dari 5% sepanjang 2023
- Bank sentral China berupaya untuk menahan laju pelemahan yuan terhadap dolar AS
- Di tengah perlambatan ekonominya, China terus memberikan stimulus untuk menggerakkan ekonominya
Jakarta, CNBC Indonesia - Yuan China terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama 2023. Bank sentral China (PBoC) pun melakukan banyak intervensi agar pelemahan ini tidak semakin parah.
Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar yuan China terhadap dolar AS berada di CNY 7,3287/US$ pada Jumat (8/9/2023). Posisi ini merupakan yang terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam.
Secara year to date/ytd, yuan China telah melemah sebesar 5,88% dengan basis yuan China terhadap dolar AS. Alhasil, PBoC melakukan berbagai cara untuk menjaga stabilitas nilai tukar yuan dengan kebijakan moneternya.
Sejak pelemahan nilai tukar yuan China terhadap dolar AS pada pertengahan Mei 2023, China akan dengan tegas mengekang fluktuasi besar dalam nilai tukar dan mempelajari penguatan pengaturan mandiri simpanan dolar.
Pada 6 Juni 2023, sebuah badan regulasi mandiri China yang diawasi oleh bank sentral meminta bank-bank besar milik negara untuk menurunkan suku bunga deposito dolar, dalam upaya untuk menopang pelemahan mata uang yuan.
27 Juni 2023 terjadi penguatan yuan terhadap dolar AS karena bank-bank besar milik negara China terlihat menjual dolar di pasar luar negeri.
Belum puas dengan penguatan yang sesaat, bank-bank besar milik negara China kembali menurunkan suku bunga deposito dolar mereka untuk kedua kalinya dalam sebulan, hal ini dilakukan untuk menahan depresiasi nilai tukar yuan.
Hasil dari penurunan suku bunga deposito dolar AS tersebut membuat yuan menguat sejak awal Juli hingga pertengahan Juli 2023. Namun karena pelemahan ekonomi China pasca Covid-19 ditambah dengan ekonomi AS yang stabil dengan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang tinggi, membuat yuan kembali tak berdaya melawan dolar AS hingga akhirnya kembali melemah.
Melihat hal tersebut, regulator valuta asing dan PBoC membuat kebijakan untuk menaikkan rasio penyesuaian makroprudensial lintas batas bagi korporasi dan lembaga keuangan menjadi 1,5 dari 1,25, sehingga memudahkan perusahaan domestik untuk mengumpulkan dana dari pasar luar negeri pada 20 Juli 2023.
Selanjutnya, Politbiro mendesak sikap fiskal yang "proaktif", kebijakan moneter yang "hati-hati", yuan yang stabil, pasar modal yang lebih hidup, langkah-langkah untuk meredakan meningkatnya risiko keuangan, dan peningkatan kepercayaan bisnis dan konsumen pada 24 Juli 2023 dan membuat yuan menguat secara temporer.
Awal Agustus, pernyataan optimis datang kembali dari regulator valuta asing China yang mengatakan bahwa China telah menjaga kesinambungan dan konsistensi kebijakan serta akan terus menjaga stabilitas nilai tukar yuan.
Kendati demikian, penguatan yuan hanya terjadi pada 3 Agustus 2023 lalu kembali melemah secara signifikan.
Kemudian PBoC menegaskan bahwa akan dengan tegas mencegah risiko nilai tukar yuan yang melampaui batas dan menangkis risiko keuangan sistemik, katanya dalam laporan implementasi kebijakan moneter kuartal kedua. Ia menambahkan bahwa yuan pada dasarnya akan mempertahankan tingkat yang stabil, wajar dan seimbang dalam jangka menengah dan panjang.
Pada 17 Agustus 2023 tercatat penguatan yuan setelah bank-bank besar China kembali menjual dolar AS untuk membeli yuan di pasar valuta asing dalam negeri dan luar negeri. Cabang bank-bank negara China di luar negeri pun terlihat menjual dolar selama jam perdagangan London dan New York.
Pada pertengahan Agustus bahkan sempat terjadi peningkatan yuan shorting yang membuat yuan sempat menguat dalam waktu pendek.
Melihat kondisi yang semakin tak karuan, PBoC membuat kebijakan untuk memangkas rasio persyaratan cadangan devisa (Reserve Requirement Ratio/RRR) sebesar 200 basis poin (bps) menjadi 4% dari 6% mulai 15 September 2023.
Penurunan ini merupakan yang pertama pada tahun ini, seiring bank sentral berupaya membendung pelemahan yuan lebih lanjut dan membantu pemulihan ekonomi yang melemah.
Namun demikian sebagai catatan, PBoC sempat memangkas rasio persyaratan cadangan devisa untuk lembaga keuangan sebesar 200 basis poin pada September 2022, dalam upaya untuk mengendalikan pelemahan yuan dan membuat bank lebih murah untuk menyimpan dolar.
Bank sentral pada bulan Juli menyesuaikan parameter untuk memungkinkan perusahaan meminjam lebih banyak dari luar negeri, sehingga mereka dapat membawa mata uang asing untuk dikonversi ke dalam negeri, sehingga mendukung yuan. Selain itu, bank-bank domestik bahkan diminta untuk mengurangi investasi luar mereka.
Pemotongan RRR ini secara efektif akan membebaskan devisa senilai US$16,4 miliar dengan simpanan mata uang asing yang terhutang sebesar US$821,8 miliar pada akhir Juli, turun 13,8% dari tahun sebelumnya.
Pada tujuh bulan pertama, simpanan valuta asing turun sebesar US$32,1 miliar, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$11,2 miliar. Pada bulan Juli, simpanan mata uang asing turun sebesar US$15,5 miliar, dibandingkan penurunan sebesar US$33 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pemangkasan RRR ini juga akan menurunkan biaya pendanaan dolar di pasar antar bank dan mengurangi tekanan terhadap yuan, kata para pedagang dan analis, dikutip dari Reuters.
"Pemotongan RRR FX akan membantu meringankan tekanan depresiasi yuan, ketika putaran pelonggaran moneter baru PBOC sedang berlangsung," kata Ken Cheung, kepala strategi FX Asia di Mizuho Bank.
Namun begitu, langkah untuk membebaskan devisa senilai US$16,4 miliar dinilai tidak signifikan jika dilihat dari prospektif likuiditas dan suku bunga AS.
Merujuk dari scmp.com, langkah-langkah countercyclical seperti itu tidak pernah menjadi kebijakan tunggal, dan langkah ini menegaskan kembali sikap tegas PBoC untuk mengekang pelemahan yuan lebih lanjut di masa mendatang, kata Becky Liu, kepala Strategi Makro China dengan Standard Chartered.
"Pemotongan ini akan memberikan lebih banyak ruang kebijakan untuk penurunan suku bunga lebih lanjut guna menstimulasi perekonomian" tambah Cheung.
Dewan menyebutkan, tindakan ini untuk meningkatkan kemampuan lembaga keuangan dalam menggunakan dana valuta asing.
Bank-bank China baru-baru ini mulai memangkas suku bunga deposito yuan berdasarkan panduan dari PBoC, yang diperkirakan akan meningkatkan likuiditas lokal dan menyebabkan pelemahan yuan dalam beberapa bulan mendatang.
Hal tersebut dilakukan untuk menggerakkan perekonomian China dan mengurangi simpanan yuan di bank-bank China. Alhasil diharapkan agar perekonomian China dapat tumbuh ke depannya.
Sebagai catatan, untuk meningkatkan potensi konsumsi dan memotivasi masyarakat khususnya dalam hal membeli rumah, China mengumumkan pemotongan persyaratan uang muka minimum (Down Payment/DP) dan suku bunga hipotek untuk pembelian. Hal ini terjadi di tengah semakin parahnya krisis properti yang menjadi hambatan besar bagi perekonomian nasional.
"Hal ini dapat mengarah pada stabilisasi, atau bahkan sedikit peningkatan, pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan," kata Liu dari Standard Chartered.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/ras)