Dihujani Kabar Buruk, Harga Batu Bara Ambles 2%

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
07 September 2023 07:17
FILE PHOTO: A worker walks past coal piles at a coal coking plant in Yuncheng, Shanxi province, China January 31, 2018. Picture taken January 31, 2018.  REUTERS/William Hong/File Photo
Foto: REUTERS/William Hong

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara terkoreksi, berbalik arah setelah menanjak pada empat hari perdagangan sebelumnya. Pelemahan pada perdagangan disinyalir akibat permintaan konsumen terbesar dunia melambat yang juga terlihat dari turunnya ekspor Indonesia dan koreksi harga gas akibat ditundanya mogok pekerja LNG Australia. 

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 163 per ton atau ambles 2,01% pada perdagangan Rabu (6/9/2023).

Sepanjang bulan ini, harga batu bara telah masih berada di zona hijau, naik 2,84%.Harga si pasir hitam masih mampu bertahan di atas level psikologis US$ 160.

Koreksi harga batu bara terjadi seiring produsen batu bara terbesar dunia dengan aktivitas jasa mereka turun ke 51,8 pada Agustus, terendah dalam delapan bulan. Nilai ini juga melesat jauh dari perkiraan pasar yang berada 53,6.

Aktivitas jasa menurun karena permintaan yang terus melandai. Tekanan ekonomi China akan membuat permintaan batu bara industri tertahan, alhasil harga batu bara harus merana.

Masih di Asia, Kementerian Kementerian Batu Bara di India pada hari Selasa meyakinkan bahwa terdapat jumlah batu bara yang cukup di negara ini untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik dengan stok kumulatif sebesar 86 juta ton pada Agustus 2023.

Tingginya stok akan menahan tingkat impor, sehingga sentimen ini juga masih mengerem tren bullish harga batu bara.

Kurang bergairahnya sisi permintaan batu bara Asia berdampak pada negara eksportir batu bara terbesar dunia, Indonesia. Data BPS yang dikutip dari CoalMint mencatat ekspor batu bara thermal Indonesia jatuh 9% secara bulanan (month on month/mom) menjadi 27,51 juta ton.

Penurunan ekspor utamanya diakibatkan penurunan pada pengiriman ke Tiongkok sebesar 14% (mom) menjadi 7,27 juta ton. China berkontribusi sebesar 26% ekspor batu bara Indonesia. Berkurangnya ekspor menandakan keterbatasan permintaan, sehingga harga tertekan.

Australia yang juga eksportir batu bara terbesar dunia meningkatkan royalti ekspornya sebesar 2,6 sen pada tahun depan. Hal ini akan meningkatkan gairah pelaku industri untuk melakukan ekspor, sehingga disinyalir terjadi pasokan berlebih dan menekan harga si pasir hitam.

Beralih ke industri gas Australia yang sedang menghadapi pertikaian dengan serikat kerja pada gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG). Serikat kerja telah sepakat untuk menghentikan sementara aksi mogok yang direncanakan selama satu hari. Sebelumnya, aksi mogok ini dilakukan dalam rangka perselisihan mengenai gaji dan kondisi kerja.

Hal ini diperkirakan menimbulkan spekulasi pasar akan batalnya mogok kerja. Sentimen ini mengkhawatirkan industri gas, sebab batalnya aksi ini akan mendorong pasokan gas Australia ke pasar global masih akan tetap tinggi di tengah spekulasi berkurangnya persediaan sebelumnya.

Sebagai informasi, Australia merupakan eksportir LNG terbesar dunia, sehingga sentimen mampu menggerekkan pasar gas Eropa jatuh dalam. Harga ambles 9,8% ke 31,08 euro per MWh. Gas merupakan sumber energi pilihan Eropa dan substitusi batu bara, sehingga pergerakannya memiliki korelasi dengan si pasir hitam.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation