
Masih Merugi Tapi Sahamnya Mulai Nanjak, Gimana Prospek MPPA?

- Harga saham mulai naik lebih dari 10% selama tiga bulan terakhir padahal kinerja keuangan masih merugi
- Kinerja yang masih merugi terjadi karena tingginya beban yang tidak bisa dikompensasi pendapatan, ini juga membuat neraca perusahaan makin tergerus dan tak sehat.
- Prospek dari right issue dan penggantian CEO baru diharapkan bisa memberikan revolusi baru terhadap strategi perusahaan yang bisa menyehatkan kinerja keuangan.
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pengelola jaringan ritel Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) sepanjang paruh pertama 2023 mengalami kerugian sebesar Rp145,38 miliar, tetapi harga sahamnya selama tiga bulan terakhir hingga perdagangan Jumat (1/9/2023) naik 13,58%.
Nilai kerugian sebesar Rp145,38 miliar ini susut 8,33% dibandingkan semester I-2022 yang rugi Rp158,6 miliar. Secara tren kerugian sudah berhasil ditekan cukup signifikan dari 2017 yang merupakan tahun kerugian MPPA paling parah, yakni sebesar Rp1,26 triliun.
Perbaikan kinerja disebabkan upaya perusahaan dalam melakukan efisiensi untuk menekan beban-beban. Keberhasilan efisiensi terlihat pada tren penurunan beban pokok pokok penjualan dan total beban usaha. Alhasil investor memberikan apresiasi yang tercermin dari kenaikan harga saham.
Nilai total beban yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan perusahaan membuat bottom line merugi selama bertahun-tahun dan mengakibatkan aset makin tergerus.
Kondisi rugi bertahun-tahun membuat kondisi keuangan MPPA menjadi tidak sehat. Kas dan setara kas perusahaan pada paruh pertama tahun ini susut nyaris 40% menjadi Rp192,59 miliar. Modal pun turun menjadi Rp20,63 miliar, anjlok -87,57% dari periode akhir 2022.
Kemudian total kewajiban berhasil ditekan tipis 1,65% menjadi Rp3,55 triliun, hanya saja untuk pinjaman berbunga bank mengalami kenaikan 10,29% jadi Rp750 miliar, dengan begitu rasio utang berbunga bank dibandingkan modal mengalami kenaikan drastis dari 4,10 kali menjadi 36,35 kali pada semester-I 2023.
Menilai dari tingkat utang berbunga yang tinggi sementara kas dan modal susut banyak membuat ketidakmampuan perusahaan melunasi kewajiban-nya meningkat. Ini menjadi PR ke depan, apabila kas tak bisa meningkat perusahaan masih berisiko mengalami kerugian pada periode mendatang.
Prospek Right Issue & Ganti CEO Baru
Guna 'mengobati' kondisi neraca, perusahaan ritel grup Lippo ini sempat melakukan right issue dengan rasio 133 : 164, dimana setiap investor yang memiliki 164 saham lama berhak menebus 133 HMETD pada Juli 2023.
MPPA berhasil meraih dana segar sekitar Rp550 miliar, dimana sebanyak Rp300 miliar disumbang oleh pengendalinya yaitu PT Multipolar Tbk (MLPL) yang bertindak sebagai standby buyer dari aksi korporasi tersebut.
Seluruh dana hasil rights issue tersebut rencananya akan digunakan untuk untuk pembayaran sebagian pokok utang terhadap PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk sebesar Rp 150 miliar. Sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja MPPA yang mencakup keperluan peningkatan kualitas persediaan melalui pembelian barang dagangan dari pemasok.
Tak hanya itu, untuk memperkuat strategi retail omni channel ke depannya. Presiden Direktur MPPA, Adrian Suherman akan merangkap jabatan sebagai Chief Executive Officer (CEO) menggantikan Wim Maris efektif mulai 29 Agustus 2023 berdampingan dengan Jerry Goei sebagai Deputy CEO. Profil Adrian Suherman sendiri sudah cukup dikenal di dunia teknologi dan retail.
Fendi Santoso selaku Presiden Komisaris MPPA mengatakan, pihaknya menyambut antusias keduanya ke perusahaannya.
"Dibekali dengan pengalaman yang luas, kami yakin sinergi Adrian dan Jerry akan mampu membawa MPPA tidak hanya beradaptasi untuk penjualan offline, tetapi juga siap dalam mendukung ekonomi digital melalui saluran penjualan digital," sambut Fendi dikutip pada Rabu, (30/8/2023).
Sekilas Tentang MPPA
Perlu diketahui, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) telah berdiri sejak 1986 menjadi peritel modern di Indonesia. Perseroan melakukan kegiatan usaha utama berupa jaringan toko swalayan yang menyediakan berbagai macam barang seperti barang kebutuhan sehari hari hingga barang elektronik.
Pada 2012 akhir lalu perusahaan sempat melakukan divestasi aset non inti untuk memfokuskan bisnis riten modern Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Tiga tahun berselang berbagai lokasi swalayan yang strategis direnovasi menjadi konsep baru, termasuk juga gerai-gerai baru yang dibangun mengikuti konsep baru ini. Perseroan juga memiliki beberapa format gerai lainnya seperti Foodmart, Hyfresh, Primo, Boston dan FMX.
Saat ini, MPPA telah menjadi sebuah tujuan berbelanja dan sukses mengoperasikan lebih dari 196 gerai di berbagai penjuru Indonesia didukung oleh jaringan distribusi-nya yang kuat.
Bagaimana Valuasi-nya?
Untuk mengukur mahal dan murahnya saham MPPA saat ini, CNBC Indonesia Research menggunakan valuasi dengan pendekatan price to sales ratio (P/S) yang dibandingkan dengan kompetitor-nya seperti PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Hero Supermarket Tbk (HERO), dan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) seperti terlihat pada tabel berikut :
Dari tabel di atas terlihat bahwa MPPA masih dihargai P/S paling rendah dibandingkan kompetitornya, berada di 0,16 kali P/S. Dengan begitu, secara teoritis MPPA terbilang paling murah di industri supermarket. Hanya saja, tetap perlu diwaspadai apabila hasil right issue tak tercermin pada perbaikan kinerja keuangan ke depan, ada potensi neraca masih bisa tergerus dari kerugian yang dialami perusahaan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH